Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia

Jorge Lorenzo: Fabio Quartararo Lakukan Pekerjaan Sulit dengan Yamaha

Fabio Quartararo berhasil memberikan gelar MotoGP pertama untuk Yamaha dalam enam tahun terakhir. Ia dinilai mampu melakukan pekerjaan sangat sulit bersama Yamaha.

World Champion Fabio Quartararo, Yamaha Factory Racing, Jorge Lorenzo

Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images

Fabio Quartararo (Monster Energy Yamaha MotoGP) memastikan gelar juara dunia pembalap MotoGP 2021, dua balapan sebelum musim berakhir. Bagi Yamaha, itulah trofi kategori pembalap di MotoGP pertama sejak 2015.

Jorge Lorenzo yang menjadi juara dunia terakhir Yamaha di MotoGP pun menyambut antusias kesuksesan Quartararo. Ia terlihat menghampiri Quartararo dan memberikan selamat, seusai lomba GP Emilia Romagna di Misano, Minggu (24/10/2021) lalu.

“Hal tersulit di kejuaraan seketat dan seberat MotoGP adalah menahan tekanan. Itu akan selalu Anda temukan di setiap akhir pekan lomba. Sirkuit yang tidak sesuai atau motor yang sulit di-set-up. Di Yamaha, hal tersebut banyak terjadi,” kata Lorenzo.

“Tetapi pembalap ini mampu menyelesaikan seluruh 16 balapan yang sudah berlangsung di zona poin, tanpa pernah terjatuh. Ini sangat sulit dilakukan ketika Anda dalam tekanan.”

World Champion Fabio Quartararo, Yamaha Factory Racing

World Champion Fabio Quartararo, Yamaha Factory Racing

Foto oleh: Yamaha

Mantan pembalap asal Spanyol yang memutuskan mundur dari MotoGP pada akhir musim 2019 lalu itu pun menyebut, selain Quartararo, Francesco “Pecco” Bagnaia (Ducati Lenovo) juga memiliki kecepatan luar biasa musim ini.   

“Bedanya, Quartararo sedikit lebih konsisten ketimbang Pecco dan membuat kesalahan lebih sedikit. Itulah yang mambuatnya menjadi juara dunia,” tutur Lorenzo.

Setelah merebut gelar juara dunia kelas 250cc (Moto2 sejak 2010) pada 2006 dan 2007, Lorenzo dipromosikan ke MotoGP dan langsung memperkuat tim pabrikan Yamaha pada 2008. Bersama Yamaha, Lorenzo merebut tiga gelar kampiun MotoGP (2010, 2012, 2015).

Karena itulah ia tahu benar apa yang dirasakan Quartararo setelah merebut gelar juara dunia MotoGP.

“Mustahil (pembalap atau orang lain) tidak merasa iri. Mungkin, iri bukan kata yang tepat,” kata pembalap yang di MotoGP juga pernah membela skuad pabrikan Ducati (2017, 2018) dan Honda (2019) tersebut.

“Saya kira, perasaan iri itu harus dibuang karena kegembiraan dan euforia pada saat itu (juara) tidak bisa dibandingkan dengan hal lain di dunia.

“Saya bisa bilang begini karena sudah merasakannya tiga kali plus 60-an (tepatnya 68) lebih jumlah kemenangan lomba (dari seluruh kelas).”

Jorge Lorenzo memperkuat Yamaha di MotoGP antara 2008 sampai 2016. Sepanjang itu, ia turun dalam 156 Grand Prix dengan torehan 44 kemenangan, 110 finis podium, dan 39 pole position.

Fabio Quartararo, Yamaha Factory Racing, saat dibayang Enea Bastianini, Avintia Esponsorama, pada lomba MotoGP Emilia Romagna sebelum akhirnya memastikan gelar juara dunia MotoGP 2021.

Fabio Quartararo, Yamaha Factory Racing, saat dibayang Enea Bastianini, Avintia Esponsorama, pada lomba MotoGP Emilia Romagna sebelum akhirnya memastikan gelar juara dunia MotoGP 2021.

Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images

“Saya senang Yamaha akhirnya kembali menjadi juara dunia pembalap karena sebelumnya mereka tidak mampu memenanginya dalam lima musim (2016-2020),” tutur Lorenzo.

Saat disinggung apakah membela Fabio Quartararo atau Pecco Bagnaia pada perburuan gelar MotoGP musim ini, Lorenzo pun dengan tegas menyebut Yamaha.

“Saya merasa ‘lebih terlibat’ bersama Quartararo. Saya tidak terlalu dekat dengan Pecco, kami tidak perah bicara banyak juga. Yang pasti, saya orang Yamaha karena tiga kali memenangi gelar bersama mereka,” ujar Lorenzo.

“Sebagai penggemar, tentu saya berharap gelar bisa diperebutkan sampai balapan terakhir sehingga akan lebih emosional. Saya terkejut Pecco terjatuh dan tidak ada yang mengharapkan ia juara di sini (Misano) setelah melihat performanya pada Sabtu.

“Tetapi, MotoGP seperti itu. Setiap detik dan situasi akan menjadi hal yang kritis dan itu memang benar-benar terjadi.”

 

 

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Pol Espargaro Lega Bisa Raih Podium Perdana di Honda
Artikel berikutnya Razlan Razali Ungkap Biang Kerok Perpisahan Petronas dan SRT

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia