Hernandez Sebut Motor Honda Hanya Bisa Ditaklukkan Marquez
Track engineer Honda Racing, Santi Hernandez, membantah motor Honda untuk MotoGP mudah dikendalikan oleh siapa pun. Menurutnya, hanya pembalap dengan kepercayaan diri tinggi seperti Marc Marquez, yang bisa menaklukkan.
Hernandez, yang bekerja dengan Marquez selama sembilan musim, kerepotan setelah juara dunia MotoGP enam kali tersebut cedera. Ia dan kru mesti mengubah setelan motor agar sesuai dengan Stefan Bradl, sang pembalap pengganti.
Dalam podcast Por Orejas, Motorsport.com, mantan pembalap tersebut, ia menekankan mesti siap dengan apa pun yang terjadi. Saat ini, pembalap Spanyol tersebut baru menjalani separuh dari pemulihannya padahal tim mulai sibuk untuk persiapan musim pada Februari mendatang.
Jadi dengan atau tanpa Marquez, peperangan harus dijalani. Mereka mesti menyiapkan motor terbaik.
“Berpikir tentang kapan Marc kembali tidak akan memberi apa pun kepada kami. Kami harus siap berperang ketika mereka memanggil kami. Yang harus siap Februari nanti adalah saya, karena jika Marc tidak sembuh tepat waktu atas apa pun alasannya, mereka akan memberikan saya pembalap lain. Itu mentalitas,” ia menandaskan.
Dari pengalaman satu dekade bekerja di Honda, Hernandez tak setuju dengan pendapat bahwa Honda hanya membuat motor untuk Marquez.
“Honda bukan motor yang sederhana, tapi saya tidak setuju kalau itu hanya untuk Marc. Pada merek ini, ada pembalap yang menonjol dibanding lainnya. Apa yang terjadi adalah Marc dapat melakukan hal-hal yang mungkin tidak dilakukan pembalap lain. Itu kenapa kami bekerja di motor yang lebih seimbang. Tapi kami punya motor yang rumit dan tiba-tiba Nakagami mulai mengendarai dengan kencang,” ujarnya.
“Honda adalah motor balap. Untuk mencapai limit tertentu, Anda harus melakukan gerakan yang yakin, percaya, tapi itu juga menciptakan keraguan. Ini di mana para pembalap memutuskan apakah mencoba (lebih) atau bertahan di titik itu. Stefan melakukan lompatan kualitas ketika dia yakin dan mulai melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukannya hingga saat itu.”
Salah satu kelebihan Marquez yang digarisbawahi teknisi tersebut adalah kemudahannya beradaptasi pada apa yang dimiliki. Itu adalah tahun di mana ban belakang membuat masalah, itu sangat sulit.
“Apa yang bisa saya katakan adalah Marc, di antara para pembalap yang pernah bekerja dengan saya, merupakan salah satu yang bisa menyesuaikan diri dengan kondisi kurang menguntungkan. Pada 2016, contohnya, dia memenangi kejuaraan dunia di motor yang lebih buruk dari yang lain. Dan dia menang karena dia bisa menutup apa yang tidak dimiliki motornya,” katanya.
Musim 2020 membuktikan bahwa pembalap bisa membuat perbedaan. Meski menggunakan motor yang sama dan berada satu tim, hasil bisa berbeda antara satu sama lain.
Hernandez dan kru merasa sangat aneh karena mesti menurunkan target secara drastis, dari biasanya selalu mengincar kemenangan.
“Tentu saja, itu bagian dari tanggung jawab tim. Tapi ketika keluar ke trek, salah satu yang harus mengendalikan motor adalah pembalap. Perbedaan dibuat ketika pembalap mempertanyakan tak punya motor terbaik. Sangat penting bagi tim mengatasi masalah ini dan bagaimana Anda menyalurkan kepada mereka, tapi itu dia yang membuat perbedaan,” ujarnya.
“Di akhir tahun, kami sangat bangga dengan apa yang telah kami lakukan sebagai sebuah tim. Ketika kami sadar bahwa Marc tidak kembali ke trek dalam jangka waktu dekat, kami mesti mengubah chip. Chip baru itu untuk mencoba mendapat poin.
“Dalam kasus kami, di atas segalanya, saya telah belajar nilai yang saya miliki ketika menyadari bahwa saya beruntung bekerja dengan yang terbaik. Beralih bekerja untuk Marc ke Bradl, jelas bagi saya bahwa sebagian besar dalam grid, target tiap pekan bukan menang, tapi meraih poin. Saya telah bersama Marc sejak 2011 dan target kami tahun-tahun ini hanya menang.”
Hernandez mengakui bahwa sekian lama mereka mabuk kesuksesan sehingga punya pandangan menyimpang dari realitas.
“Itu membuat Anda berpikir bahwa menang adalah sesuatu yang normal, tapi itu tidak normal di paddock MotoGP. Hasil bagus bisa finis di 10 besar. Apa yang terjadi membuat saya menghargai apa yang saya miliki di samping Marc,” ia melanjutkan.
Tanpa target biasa setiap tahun, memenangi kejuaraan dan jumlah balapan maksimum, tim punya beragam motivasi.
“Hal paling indah terjadi pada kami tahun ini adalah setiap dari kami punya motivasi masing-masing. Kami punya contoh motivasi ini di Portimao. Stefan, saat pemanasan, jatuh dan merusak motor. Saya tidak pernah melihat motor sangat rusak dan dari Marc kami sudah melihat banyak,” ucapnya.
“Bahkan bos kami, Takeo Yokoyama, mengatakan paham dengan situasinya dan kalau tidak ada waktu memperbaikinya, dia akan mengatasi situasi. Tapi para mekanik langsung bekerja dan punya waktu minum kopi setelah mereparasi motor. Yang paling mudah, untuk tim yang tidak memainkan segala sesuatu, di balapan terakhir dan ketika, sebagai tambahan, bos mengizinkannya, itu sangat rileks. Grup mengambil risiko dan itu bicara sendiri.”
Hernandez mengaku tidak dituntut berlebihan untuk menyelesaikan situasi buruk karena cedera Marquez.
“Honda tidak meminta apa pun dari kami saat itu. Mereka mengerti situasinya dan memberi kami ketenangan pikiran, yang paling penting dalam kasus ini. Dalam satu tahun, yang sangat rumit dan dipengaruhi virus corona. Saya hanya berterima kasih kepada Honda atas perlakuannya, saya angkat topi,” ia menjelaskan.
Be part of Motorsport community
Join the conversationShare Or Save This Story
Top Comments
Subscribe and access Motorsport.com with your ad-blocker.
From Formula 1 to MotoGP we report straight from the paddock because we love our sport, just like you. In order to keep delivering our expert journalism, our website uses advertising. Still, we want to give you the opportunity to enjoy an ad-free and tracker-free website and to continue using your adblocker.