Jack Miller: Saya Benci Mengheningkan Cipta
Jack Miller sadar akan peningkatan bahaya olahraga balap motor, yang dalam empat bulan terakhir menewaskan tiga pembalap belia. Rider MotoGP itu mendorong pihak terkait memperbaiki faktor keselamatan.
Jack Miller, Ducati Team
Gold and Goose / Motorsport Images
Tragedi meninggalnya Jason Dupasquier, Hugo Milan dan Dean Berta Vinales, yang tergolong masih remaja, menimbulkan keprihatinan.
Risiko kematian memang sudah diketahui siapa pun yang mengaspal di trek. Hanya saja, perlu ada tindakah pencegahan.
Jika jatuh lebih banyak korban terutama di level awal, bukan tak mungkin bikin olahraga itu tak diminati lagi.
“Ketika Anda tumbuh sebagai anak-anak di Australia, Anda berhadapan dengan berbagai insiden. Ketika saya berusia tujuh tahun, saya selalu diberitahu saat pengarahan pembalap, ‘Balap motor sangat berbahaya’.
“Kami selalu diinstruksikan untuk mengenakan perangkat keselamatan profesional, kalau tidak, Anda bisa meninggal atau mengalami cedera serius. Selalu ada bahaya itu…Saya kehilangan sejumlah teman akibat kecelakaan balap, beberapa bahkan masih belia. Sangat sulit dicerna,” tutur Miller, dikutip dari Speedweek.com.
“Olahraga kita keras, brutal. Tapi itu juga bagian dari kegembiraan motorsport yang mentah dan sangat berbahaya. Saya kira sudah bicara dengan kolega, bahwa saya benci mengheningkan cipta. Kita berduka untuk anak-anak yang masih sangat muda. Tidak bisa seperti itu.”
Rider Ducati tersebut mengungkapkan bahwa bayangan seputar kecelakaan akan terus menghantui mereka yang terlibat kecelakaan. Apalagi sampai menyebabkan temannya meninggal.
“Hal-hal seperti yang dialami Dean Berta Vinales dapat terjadi…Tapi setiap pembalap seharusnya dikelilingi kru yang memberikan dukungan mental dalam fase tersebut. Secara pribadi, saya tidak pernah terlibat secara langsung dalam kecelakaan fatal, jadi tak bisa berkomentar lebih banyak,” ia melanjutkan.
“Tapi, saya melihat drama di Grand Prix beberapa kali. Saat Marco Simoncelli kecelakaan di Sepang, saya baru 16 tahun dan menjalani balapan ketiga kelas 125cc. Itu tragis.Bagaimana peristiwa itu terpatri di benak Anda. Saya ingat pada penonton melemparkan botol kosong kepada para mekanik yang menambahkan infrastruktur di pit wall karena balapan tak kunjung dimulai, malah dibatalkan.”
Jack Miller, Ducati Team
Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images
Miller memperhatikan tingkat bahaya di Moto3 lebih rendah dibanding World Supersport 300 (WSSP300). Banyaknya pembalap dan jenis motor jadi pemicu.
“Anda dapat meningkatkan kondisi, Anda bisa membuat balapan lebih aman. Kami berdiskusi tentang kondisi di Moto3. Tapi, juga di WSS300, motor-motor ini sangat kencang dan ada banyak pembalap menaikinya,” katanya.
“Lagipula, motor-motor ini adalah untuk jalan raya sehingga lebih berat dari Moto3. Zona start yang penuh meningkatkan kans bahwa pengemudi berikutnya tak bisa menghindar setelah kecelakaan parah. Peluang kecelakaan meningkat dua hingga tiga kali lipat karena saking banyak pembalap di grid.
“Saya bisa merekomendasikan kepada pembalap yang tidak punya kesempatak di Moto3, bisa ke SSP600 atau 1000cc SBK. Tapi, Anda harus memikirkan juga bagaimana membuat balapan aman. Tak bisa berjalan seperti ini. Musim ini, sangat buruk. Tapi, kita tidak bisa membiarkan tiga remaja kehilangan nyawa dalam empat bulan.”
Be part of Motorsport community
Join the conversationShare Or Save This Story
Subscribe and access Motorsport.com with your ad-blocker.
From Formula 1 to MotoGP we report straight from the paddock because we love our sport, just like you. In order to keep delivering our expert journalism, our website uses advertising. Still, we want to give you the opportunity to enjoy an ad-free and tracker-free website and to continue using your adblocker.
Top Comments