Jarvis Ingin MotoGP Mencegah Terjadinya Piala Ducati
Lin Jarvis percaya bahwa konsesi akan mencegah pabrikan Jepang meninggalkan MotoGP. Managing Director Yamaha itu juga menganggap bahwa jumlah motor per pabrikan di grid harus dibatasi maksimal enam.
Kepala Yamaha di bidang balap menyambut implementasi konsesi di MotoGP dengan optimistis. Pengumuman yang menghancurkan tentang kepergian Suzuki dari Kejuaraan Dunia MotoGP, Mei tahun lalu, masih membekas dalam ingatan para penggemar.
Hasil buruk Honda dan Yamaha, telah membuat MotoGP memulihkan konsesi, sebuah sistem bantuan yang di masa lalu digunakan untuk memperkuat tim-tim seperti Ducati, Aprilia, dan KTM dalam menghadapi superioritas Jepang. Sebaliknya yang sekarang, akan menyelamatkan pabrikan Iwata dan Tokyo.
Ide tersebut, yang diumumkan oleh Motorsport.com pada pertengahan November, telah muncul sejak liburan musim panas. Reaksi dari manajemen olahraga kejuaraan dunia langsung muncul, dan setelah musim ditutup di Valencia, langkah-langkah dan sistem bantuan baru yang mulai berlaku dari tes pascamusim MotogGP diadakan pada Selasa (28/11/2023), di Cheste.
Tujuan dari penyelenggara kejuaraan adalah untuk menyamakan kedudukan, tetapi juga untuk mencegah mereka yang bertanggung jawab atas Honda atau Yamaha jatuh ke dalam godaan untuk mempertimbangkan meninggalkan MotoGP, sebuah kemungkinan yang menurut Lin Jarvis, layak dilakukan.
"Tepat sekali. Konsesi lebih baik untuk kejuaraan dan dengan demikian kami dapat mencegah pabrik-pabrik Jepang meninggalkan MotoGP di masa depan. Sesuatu yang sangat penting dalam jangka panjang," kata pria Inggris berusia 65 tahun itu, dalam perbincangan dengan Speedweek.
Terlepas dari peringatan tersebut, Jarvis percaya bahwa Yamaha tak akan meninggalkan kejuaraan, setidaknya dalam jangka pendek.
"Sayangnya, mereka sangat penting bagi kami," ujarnya, mengacu pada berbagai konsesi baru. "Jika kami ingin melangkah lebih maju lagi, kami membutuhkan lebih banyak kesempatan untuk menguji.
“Tahun depan kami hanya memiliki dua pembalap. Tes akan membantu kami, mereka akan memberi kami lebih banyak kebebasan. Kami bisa menggunakan lebih banyak mesin dan juga mengubah spesifikasi selama musim ini.”
Yamaha, yang baru-baru ini memperbarui kontrak test rider, Cal Crutchlow, untuk dua musim lagi, bukanlah salah satu tim yang paling memanfaatkan wild card. Mereka baru melakukan satu kali musim ini di Jepang. Dengan sistem baru, tim garpu tala bisa mendapatkan hingga enam wild card selama satu musim.
"Tidak ada gunanya membuat enam jika wild card ini tidak menjadi bagian dari program pengembangan kami," Jarvis menandaskan. "Tapi tanpa ragu kami akan melakukan lebih dari tahun ini, karena satu terlalu sedikit. Saya yakin kami akan melakukan setidaknya tiga, mungkin lebih. Kami telah memperpanjang kontrak dengan Cal selama dua tahun dan kami juga akan melakukan lebih banyak tes di Eropa.”
Ducati, pabrik yang paling terpengaruh oleh sistem konsesi baru, mendukung penerapannya untuk membantu tim-tim Jepang. Mereka menunjukkan penolakannya terhadap pabrikan seperti Aprilia atau KTM, yang telah menang dan naik podium tahun ini, yang diuntungkan oleh sistem tersebut.
"Ya, itu adalah sesuatu yang bisa saya pahami," Jarvis berempati sebelum berkata, "Tapi ada juga yang berpikir bahwa kami memiliki terlalu banyak Ducati di Kejuaraan Dunia, itu juga pendapat saya, meskipun mungkin tidak adil.
“(Ducati) telah menawarkan mesinnya, yang sangat kuat, dengan harga yang bagus dan itu bekerja dengan baik untuk mereka, yang sekarang memiliki delapan pembalap. Untuk kejuaraan, saya pikir akan lebih baik untuk memberi batas, katakanlah, enam mesin, daripada menjadi 'Ducati Cup'.”
Meskipun ia mengakui bahwa saat ini KTM dan Aprilia jelas berada di depan Yamaha, Jarvis percaya bahwa mereka masih belum setingkat dengan Ducati. Jika Yamaha dan Honda mendapatkan keuntungan dari konsesi, tentu saja akan makin sulit bagi kedua tim tersebut.
Negosiasi dengan VR46
Sementara Ducati menyediakan mesin kelas atas untuk banyak tim independen, "pabrikan lain tidak melakukannya," tutur Jarvis mengacu pada Yamaha sendiri, yang kehilangan tim satelitnya, RNF, karena harga tinggi yang dibebankannya.
Pabrikan Iwata adalah satu-satunya yang tidak memiliki tim satelit. Mereka berharap memilikinya pada 2025.
"Untuk tahun itu, kami berharap bisa memiliki tim satelit," jelas Massimo Meregalli kepada Motorsport.com. "Kami sedang bernegosiasi untuk bisa memiliki tim satelit, sekali lagi, mulai tahun 2025. Jelas, hal yang paling alami, karena hubungan yang ada dan Valentino Rossi adalah duta merek kami, adalah tim tersebut adalah VR46.”
Namun, Jarvis mengakui itu tak mudah karena Ducati dan KTM telah mengajukan penawaran resmi kepada tim yang bermarkas di Tavaullia untuk membalap dengan motor mereka musim 2025-2026.
Be part of Motorsport community
Join the conversationShare Or Save This Story
Top Comments
Subscribe and access Motorsport.com with your ad-blocker.
From Formula 1 to MotoGP we report straight from the paddock because we love our sport, just like you. In order to keep delivering our expert journalism, our website uses advertising. Still, we want to give you the opportunity to enjoy an ad-free and tracker-free website and to continue using your adblocker.