Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia

Jorge Lorenzo Kangen Raih Kemenangan MotoGP

Jorge Lorenzo kangen dengan balapan MotoGP ketika melihat rekan-rekannya, seperti Dani Pedrosa dan Andrea Dovizioso kembali ke trek sesekali. Satu yang paling dirindukan adalah kemenangan.

Polesitter Jorge Lorenzo, Team Ducati

Gold and Goose / Motorsport Images

Pria 34 tahun tersebut pensiun dari MotoGP pada 2019. Kala itu, ia memberikan peringkat ke-19 untuk Repsol Honda. Kemenangan terakhir diraihnya dalam Grand Prix Austria 2018.

Sadar kariernya suram, Lorenzo memutuskan gantung helm. Ia pun menerima tawaran jadi test rider Yamaha. Sayangnya, pandemi Covid-19 yang menerpa membuat tak maksimal membantu pengembangan YZR-M1.

Alhasil, Yamaha mendepaknya dan mengganti dengan Cal Crutchlow yang mengumumkan pensiun akhir musim 2020.

Lorenzo berusaha tak memutus sepenuhnya ikatan dengan dunia MotoGP. Ia membuat kanal Youtube berjudul ’99 seconds’ yang membahas seputar balap motor. Setiap kali menyaksikan balapan, hasrat ingin menang selalu muncul.

“Yang saya rindukan adalah orang-orang yang saya kenal, teman-teman selama 18 tahun di kejuaraan dunia dan di atas segalanya adalah kemenangan. Yang tidak saya rindukan, tekanan yang ditujukan kepada saya dan cedera,” katanya dilansir ABC.es.

Juara dunia MotoGP 2012 dan 2015 tersebut mengaku perjalanannya tak mulus. Ada beberapa momen di mana ia ingin menyerah.

“Yang paling berat adalah berusaha memenangi sebuah balapan, lalu kejuaraan. Kemudian, semua menjadi lebih mudah karena sudah tahu lebih mudah untuk mencapainya. Anda tinggal mengulanginya,” tuturnya.

“Meski Anda ragu apakah bisa atau tidak, Anda telah melakukan itu sekali sehingga lebih mudah menjaga motivasi, yang kadang rumit.

“Ya, ada dua periode di mana saya mempertimbangkan untuk keluar, terutama dengan cedera parah yang membuat Anda bertanya-tanya apakah layak mempertaruhkan hidup Anda untuk mencapai impian. Tapi ketika hari-hari berlalu, saya berpikir dengan (kepala) dingin, saya selalu kembali mencoba.

“Terakhir kali, saya cedera tulang belakang ketika saya berusia 22 tahun. Itu ketika saya berpikir tentang semuanya.”

Baca Juga:

Lorenzo saat ini tinggal di Swiss dengan kemewahan versinya sendiri. Meski jauh dari trek, ia selalu memasukkan olahraga dalam aktivitas hariannya.

“Kemewahan bagi saya adalah menikmati waktu luang dan tak perlu bekerja,” ia mengungkapkan. “Setiap hari, saya mencoba tidur cukup, bangun, sarapan dan mendedikasikan waktu pagi untuk berolahraga. Beberapa hari menitikberatkan pada cardio dan hari lain, lebih pada bebab.

“Setelah itu, saya memantau investasi sebentar, bursa saham dan sore hari, saya biasanya istirahat. Ketika saya bepergian, saya mencoba melakukan rutinitas serupa.”

Pemilik 47 kemenangan MotoGP tersebut melihat ke depan dan ke belakang. “Seandainya tidak jadi pembalap, mungkin saya akan bekerja berhubungan dengan olahraga atau desain. Profesi berhubungan dengan kreativitas karena saya selalu punya imajinasi tinggi sejak kecil,” ucapnya.

“10 tahun dari sekarang? Saya melihat diri saya dengan rambut abu-abu, tua (meski dalam bentuk tubuh bagus), gembira, sehat, pada akhirnya itu yang utama.”

Podium: pemenang Jorge Lorenzo merayakan dengan Dani Pedrosa dan Valentino Rossi

Podium: pemenang Jorge Lorenzo merayakan dengan Dani Pedrosa dan Valentino Rossi

Foto oleh: Yamaha Motor Racing

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Joan Mir Mulai Perang Psikologis untuk Ganggu Fabio Quartararo
Artikel berikutnya Jack Miller Dukung Darryn Binder Lompat Kelas

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia