Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia

Kemajuan Pesat Teknologi Bikin MotoGP Menderita

Manajer Yamaha WSBK, Paul Denning, mengidentifikasi beberapa masalah mendasar di MotoGP dan berbicara tentang masa depan pabrikan Jepang di dunia balap.

Fabio Quartararo, Yamaha Factory Racing

Foto oleh: Yamaha

MotoGP telah banyak berubah dalam beberapa tahun terakhir. Sekarang lebih sulit bagi para pembalap untuk membuat perbedaan (kepala kru Fabio Quartararo, Diego Gubellini, menegaskan hal ini). Situasi tersebut mengingatkan pada Formula 1, di mana mobil yang bagus adalah syarat mutlak untuk menjadi yang teratas.

Teknologi baru, seperti ride height device atau fairing aero yang rumit, telah mengubah persaingan di kelas utama balap motor. Pabrikan Eropa, terutama Ducati, sebagai pionir, memiliki pengaruh yang kuat pada MotoGP selama beberapa tahun terakhir. Di sisi lain, pabrikan-pabrikan Jepang telah tertinggal dan berusaha mengejar ketertinggalan mereka.

Honda dan Yamaha mendominasi olahraga ini beberapa tahun yang lalu, namun kini jelas tertinggal dari Ducati, KTM, dan Aprilia - baik dari segi kualitas maupun kuantitas.

Dengan mundurnya Suzuki dan tak ada tim satelit Yamaha, praktis hanya enam motor dari pabrikan Jepang yang tersisa di grid. Ducati sendiri diwakili oleh delapan pembalap, KTM dan Aprilia masing-masing menyuplai empat rider.

Motorsport.com Jerman berbicara eksklusif dengan mantan manajer tim MotoGP, Paul Denning, mengenai perkembangan kompetisi itu dan peran pabrikan Jepang. Ia bertanggung jawab atas proyek MotoGP Suzuki selama bertahun-tahun dan menangani proyek WSBK Yamaha sejak 2016.

Apakah pabrikan Jepang tidak memiliki komitmen yang sama seperti dulu? "Menurut saya tidak ada yang berubah dalam hal dedikasi," katanya.

"Ini bukan tentang dedikasi, melainkan tentang kecepatan reaksi untuk mengadopsi filosofi baru dan mengubah arah pengembangan. Orang Jepang tidak bereaksi secepat pabrikan Eropa.

"Selain itu, pabrikan Eropa telah melibatkan banyak ahli dari sektor otomotif dan Formula 1, yang memiliki solusi teknis yang maju. Orang Jepang telah tertinggal oleh kecepatan pengembangan yang tinggi ini.”

Honda dan Yamaha sukses dalam waktu yang lama dengan hanya menyempurnakan detail motor MotoGP dari tahun ke tahun. Ducati, di sisi lain, memulai revolusi nyata dan menciptakan teknologi baru yang cepat atau lambat akan ditiru oleh para pesaingnya.

"Motor MotoGP tiga atau empat tahun lalu adalah versi superbike yang lebih cepat dan lebih keras. Sekarang motor MotoGP tidak memiliki banyak kesamaan dengan motor biasa," Denning menambahkan.

Sprint Race MotoGP Solusi

"Teknologi telah menjadi begitu canggih sehingga balapan yang sebenarnya menderita," keluh Denning. "Sprint Race diperkenalkan sebagai solusi untuk masalah yang lebih besar."

"Idenya adalah untuk menunjukkan kepada para penonton sebuah balapan yang menarik di hari Sabtu, dengan semua orang berusaha keras untuk mendapatkan setidaknya sepuluh lap yang menarik. Ini adalah jawaban dari masalah yang jauh lebih besar yang tidak mereka ketahui bagaimana cara mengatasinya.”

Perkembangan teknis yang baru telah membuat motor MotoGP semakin cepat. Batas kecepatan 370 km/jam akan segera terpecahkan. Namun, motor MotoGP juga menjadi lebih cepat di tikungan. Di sisi lain, ruang camber di beberapa trek tradisional belum berkembang.

Baca Juga:

"Masalah terbesar saat ini adalah kesesuaian sirkuit berdasarkan kecepatan, karena motor memiliki downforce dan mesin dengan tenaga lebih dari 300 hp," katanya, mengacu pada balapan pembuka musim di Portugal. "Kecelakaan Pol Espargaro di Portimao adalah salah satu contohnya. Tidak ada yang menyangka ada orang yang terbang sampai menabrak pagar pembatas pada saat itu.

"MotoGP harus melambat. Tapi itu berarti Superbike juga harus melambat. Ini tentang keselamatan dan juga keberlanjutan.”

Menurut mantan pembalap tersebut, yang terpenting pelaku MotoGP perlu melihat target jangka panjang yang terbaik bagi iklim kejuaraan.

"Dalam jangka pendek, tujuan besar saya adalah menjadi kompetitif. Namun dalam jangka panjang, Anda harus tetap memperhatikan gambaran besar untuk mencapai yang terbaik bagi olahraga ini. MotoGP dan Kejuaraan Dunia Superbike adalah acara olahraga yang fantastis dengan para gladiator yang tetaplah manusiawi. Kami harus berhati-hati untuk tidak mengambil risiko,” tuturnya.

Apakah pengembangan aero bisa dicegah di MotoGP? "Dalam sebuah kejuaraan dengan prototipe, Anda membutuhkan seseorang yang dapat menilai kemungkinan aerodinamika secara akurat," Denning melanjutkan.

"Pabrikan mempekerjakan orang-orang super pintar yang pekerjaannya selama bertahun-tahun di Formula 1 adalah menemukan cara dan sarana untuk menyiasati peraturan dan menghasilkan solusi cerdas.

“Jadi saya tidak akan mengatakan bahwa mereka telah melakukan kesalahan. Tapi sekarang seseorang harus bergerak dari satu sisi ke sisi lain untuk mengendalikan pengembangan dengan cara yang masuk akal.”

Paul Denning

Paul Denning

Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Tardozzi: Kondisi Bastianini 80 Persen, Bagnaia Kencang Lagi
Artikel berikutnya Remy Gardner Lebih Menikmati WSBK daripada MotoGP

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia