Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia

Kontroversi Valentino Rossi dalam 21 Tahun di Kelas Premier

Tidak ada yang menampik kehebatan Valentino Rossi di Kejuaraan Dunia Balap Motor. Namun, sejumlah kejadian kontroversial juga pernah dibuatnya, khususnya di kelas premier.

Valentino Rossi, Petronas Yamaha SRT

Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images

Keputusan yang dibuat Valentino Rossi untuk mundur pada akhir MotoGP 2021, menjelang akhir pekan GP Styria, awal bulan ini, membuat banyak pihak sedih. Utamanya penggemarnya.

Tidak ada yang meragukan kehebatan Rossi, pemegang juara dunia sembilan kali – 125cc 1997, 250cc 1999, 500cc 2001, dan MotoGP 2002-2005, 2008, 2009.

Namun, tidak sedikit kontroversi yang dibuatnya sepanjang 25 musim turun di seluruh kelas Kejuaraan Dunia Balap Motor (tahun ini ke-26). Di balik 89 kemenangan dan tujuh gelar Rossi di kelas premier (500cc dan MotoGP), ternyata banyak insiden kontroversial yang dibuatnya. 

Berikut beberapa kejadian kontroversial yang pernah dibuat Valentino Rossi dalam 21 tahun berkarier di kelas premier (500cc/MotoGP).

Suzuka 2001

Valentino Rossi turun di kelas 500cc untuk Honda dengan rival terberat saat itu tak lain kompatriotnya, Max Biaggi, yang menggeber Yamaha YZR500. Seri pertama di Sirkuit Suzuka, Jepang, pun menjadi saksi perseteruan mereka.

Saat mencoba melewati Biaggi, Rossi agak menggeser sikunya ke arah luar sehingga membuat lawannya keluar trek. Tak lama setelah itu, Rossi mengambil posisi Biaggi dan berhasil memenangi lomba. Biaggi sendiri harus puas finis di P3.  

Saat jumpa pers usai balapan, Biaggi menyebut apa yang dilakukan Rossi sebagai “tindakan tidak pantas” dan seharusnya tidak boleh terjadi saat overtaking.  

Catalunya 2001

Lima seri setelah GP Jepang, Rossi dan Biaggi kembali berseteru di GP Catalunya. Rossi kembali menang dan Biaggi podium kedua. Posisi ketiga direbut pembalap Italia lainnya, Loris Capirossi (West Honda Pons).

Namun, Rossi dan Biaggi terlibat adu mulut hebat di podium. Foto-foto di podium GP Catalunya 2001 itu diyakini membuat kondisi Biaggi tidak stabil sehingga empat musim kemudian ia mundur tanpa mampu merebut gelar di kelas premier.

Valentino Rossi (kanan) berduel dengan Sete Gibernau di tikungan terakhir Sirkuit Jerez pada MotoGP Spanyol 2005.

Valentino Rossi (kanan) berduel dengan Sete Gibernau di tikungan terakhir Sirkuit Jerez pada MotoGP Spanyol 2005.

Foto oleh: Gauloises Fortuna Racing

Jerez 2005 

Kontroversi pertama yang dibuat Rossi pada era MotoGP (mesin 1.000cc 4-tak, dimulai sejak 2002) terjadi pada GP Spanyol 2005 di Sirkuit Jerez. Kali ini, rivalnya pembalap tuan rumah, Sete Gibernau.

Gibernau yang saat itu membela tim satelit Movistar Honda MotoGP, memimpin pada lap terakhir diikuti Rossi yang sudah berseragam tim pabrikan Yamaha.

Di tikungan terakhir, Rossi yang berada di sisi dalam, terlihat menggiring Gibernau sehingga agak melebar (foto utama). Rossi pun berhasil memenangi balapan dengan manuver yang tidak lazim.

Race Direction tidak melakukan apa-apa atas aksi ini. Namun, aksi Rossi ini memicu pergunjingan di paddock saat itu.  

“The Wall”, Yamaha 2008

Jorge Lorenzo bergabung ke tim pabrikan Yamaha pada 2008. Keputusan Yamaha ini membuat Rossi marah kepada para bos pabrikan asal Iwata, Jepang, tersebut.

Puncak perselisihan keduanya terjadi saat Rossi lebih memilih memakai ban Bridgestone sementara Lorenzo – dan dua pembalap tim satelit Yamaha – tetap mengandalkan Michelin.

Untuk mengurangi panasnya tensi dan atas permintaan Rossi, Yamaha pun memisahkan paddock Lorenzo dengan The Doctor dengan “tembok” di setiap balapan. Rossi berdalih set-up bannya tidak mau dicontek pembalap asal Spanyol tersebut.

Valentino Rossi, Fiat Yamaha Team memimpin atas rekan setimnya, Jorge Lorenzo, di MotoGP Jepang 2010.

Valentino Rossi, Fiat Yamaha Team memimpin atas rekan setimnya, Jorge Lorenzo, di MotoGP Jepang 2010.

Foto oleh: Bridgestone Corporation

Jepang 2010

Kontroversi dalam tubuh tim pabrikan Yamaha berlanjut. Saat lomba di GP Jepang, Jorge Lorenzo datang sebagai pemimpin klasemen. Pasalnya, kans Rossi untuk juara mengecil setelah mengalami serangkaian cedera.

Saat balapan, Lorenzo seharusnya diprioritaskan, saat bertarung merebut P3 melawan Rossi. Alih-alih membantu, kontroversi muncul saat Rossi melakukan overtaking yang membuat Lorenzo nyaris terjatuh. Rossi finis P3 di Twin Ring Motegi dan Lorenzo P4.

Valentino Rossi, Ducati Team di MotoGP Spanyol 2011.

Valentino Rossi, Ducati Team di MotoGP Spanyol 2011.

Foto oleh: Ducati Corse

Jerez 2011

Hujan yang turun sebelum lomba menyulitkan para pembalap, termasuk Rossi yang saat itu sudah memakai Ducati, untuk melakukan overtaking. Namun, The Doctor justru tampil agresif hingga terjatuh dan menyeret Casey Stoner (Repsol Honda).

Seusai balapan, Rossi yang finis di P5 mengakui kesalahannya dan meminta maaf kepada Stoner yang tidak bisa melanjutkan balapan. Dari situlah muncul ucapan Stoner yang terkenal sampai saat ini: “Ambisi Anda lebih kuat daripada bakat.”

Argentina 2015

Di seri ketiga musim 2015 inilah perseteruan Valentino Rossi dan Marc Marquez (Repsol Honda), salah satu rivalitas paling sengit di MotoGP dalam beberapa tahun terakhir, dimulai.  

Marquez sedang memimpin lomba diikuti Rossi. Pada lap 22 (dari 25 lap lomba), keduanya terlibat kontak saat Marquez menyenggol ban belakang Yamaha YZR-M1 milik Rossi. Marquez terjatuh dan tidak mampu finis sementara Rossi berhasil menang untuk kali kedua musim tersebut.

Steward melihat ini sebagai kecelakaan balap dan tidak ada sanksi untuk Rossi. Dari sinilah perseteruan antara dirinya dengan Marquez mulai memanas.  

Assen 2015

Rossi datang ke MotoGP Belanda, seri kedelapan dari 18 lomba, dengan status pemimpin klasemen. Namun, ia hanya unggul satu poin atas rekan setimnya di Movistar Yamaha MotoGP, Jorge Lorenzo.

Menariknya, di Sirkuit Assen ini perseteruan Rossi dengan Marquez kembali mencuat. Pada tiga lap terakhir, Rossi berhasil mendekati Marquez yang saat itu di posisi terdepan.

Pada lap terakhir, keduanya bersenggolan di chicane Geert Timmer yang membuat Rossi keluar trek dan masuk gravel. Namun, Rossi tetap mampu mengendalikan motor dan memenangi lomba. Marquez yang “lolos” dari senggolan harus puas finis di P2.

Seusai lomba, Marquez sangat tidak puas karena Rossi telah “memotong tikungan” dan terus membicarakan itu. Saking marahnya, dalam jumpa pers Marquez mengatakan bukan tidak mungkin ia akan membantu Lorenzo untuk merebut gelar saat itu.

Valentino Rossi, Yamaha Factory Racing, Marc Marquez, Repsol Honda Team di lomba MotoGP Malaysia 2015.

Valentino Rossi, Yamaha Factory Racing, Marc Marquez, Repsol Honda Team di lomba MotoGP Malaysia 2015.

Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images

Sepang 2015 

MotoGP Malaysia 2015 bisa dibilang puncak memburuknya hubungan Rossi dengan Marquez. Setelah adu mulut dengan Rossi menyebut Marquez sebagai bodyguard Lorenzo, Sirkuit Sepang menjadi saksi salah satu sikap buruk juara dunia MotoGP tujuh kali tersebut.

Marquez pun menjawab pernyataan Rossi dengan performa di trek. Saat keduanya bertarung untuk P3, Rossi terlihat menendang Marquez sehingga terjatuh. Rossi pun dihukum start dari posisi buncit pada lomba berikutnya (terakhir) di Valencia.

San Marino 2016

Lima belas tahun setelah melakukan “manuver tak pantas” Biaggi, Rossi kembali melakukannya di GP San Marino. Kali ini terhadap pembalap Aprilia, Aleix Espargaro.

Espargaro terlihat sangat kesal terhadap manuver yang dilakukan Rossi hingga membuatnya terjatuh. Pasalnya, pembalap Spanyol merasa tidak keluar dari racing line-nya. Espargaro pun menilai Rossi telah melakukan manuver tidak sportif.

Argentina 2018

Inilah duel panas terakhir Valentino Rossi dengan Marc Marquez. Rossi mengkritik Marquez setelah insiden di Sirkuit Termas de Rio Hondo yang membuat The Doctor terjatuh.

Marquez yang kemudian dihukum dalam balapan tersebut berusaha meminta maaf kepada Rossi di paddock. Dalam jumpa pers usai balapan, Marquez pun membela diri seraya mengatakan: “Rossi juga pernah berusia 25 tahun.” 

Baca Juga:

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Pol Espargaro: Kami Belum Temukan Solusi untuk Ban Belakang
Artikel berikutnya Valentino Rossi Tak Kesampingkan Wildcard di MotoGP 2022

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia