Lorenzo dan ketidakberuntungan dalam tiga balapan
Keberuntungan masih enggan memihak Jorge Lorenzo. Belum habis akan nasib sial di Qatar dan Argentina, ia harus dipaksa gagal finis pada MotoGP Amerika.
Foto oleh: MotoGP
Menempati grid ke-11, pembalap anyar Repsol Honda itu melorot turun empat posisi saat lap pembuka. Ketika berhasil menembus 10 besar, Lorenzo dibuat gigit jari lantaran RC213V yang dikendarainya mogok pada Lap 11.
Masalah itu jelas menambah rentetan kesialan X-Fuera sejak bergulirnya musim baru. Kendati demikian, ia membantah kegagalan finis di Circuit of The Americas (COTA) bukan lantaran rantai lepas.
Spaniard sebelumnya cedera fraktur minor tulang rusuk pertama bagian kanan akibat terjatuh dalam kualifikasi di Losail. Kemudian ketika tampil di Termas de Rio Hondo, ia tak sengaja menekan tombol pit limiter.
“Awalnya tidak mudah. Start-nya baik, (meski) kehilangan sedikit tenaga setelah melepaskan kopling dan beberapa motor menyalip saya, tetapi saya naik dua atau satu posisi,” kenang Lorenzo.
“Trek cukup sulit karena (tikungan) hairpin dan chicane; Anda harus ekstra perhatian untuk tidak membuat kesalahan dan jatuh dengan pembalap lain. Jadi, saya sedikit berhati-hati.
“Pada awal balapan dengan tangki (bahan bakar) penuh itu sulit untuk berhenti. Saya membuat beberapa kesalahan aneh, (padahal) biasanya saya tidak begitu. Saya keluar trek dua kali karena tidak bisa menghentikan motor. Saya kehilangan satu atau dua posisi lebih banyak.”
Permasalahan yang dialami sang pengguna nomor #99 tentu saja menjadi catatan buruk kubu Honda. Dengan terjatuhnya Marc Marquez dan Cal Crutchlow, raihan positif di MotoGP Amerika hanyalah finis ke-10 berkat torehan Takaaki Nakagami.
Sedangkan bagi Lorenzo, andai motornya tak mogok di COTA, ia meyakini punya peluang serta berpotensi untuk menembus hasil 10 besar.
“Ketika saya bisa tetap fokus, kecepatannya tidak luar biasa dibanding dengan Marc, misalnya. Namun, saya bisa sedikit lebih cepat daripada saat warm-up,” ucapnya.
“Posisi kami yang sebenarnya adalah kedelapan atau kesembilan, lebih baik dari Qatar atau Argentina. Itu akan menjadi balapan yang lebih baik, tetapi kami tidak finis.”
Baru mengumpulkan tujuh poin dari tiga balapan, Lorenzo tak menutupi kekecewaannya. Sungguh awal musim yang sulit bagi pengoleksi lima gelar juara dunia ini.
“Jelas sangat kecewa. Tiga balapan dan tiga hal berbeda menghentikan kami untuk mendapatkan hasil lebih baik, terutama yang menghentikan kami finis balapan,” keluhnya.
“Benar-benar nasib sial. Ada kejuaraan di mana segalanya berjalan sempurna, seperti yang saya miliki pada 2010, misalnya, dan saat ini kurang lebih sebaliknya.”
Laporan tambahan oleh Gustavo Roche
Be part of Motorsport community
Join the conversationShare Or Save This Story
Subscribe and access Motorsport.com with your ad-blocker.
From Formula 1 to MotoGP we report straight from the paddock because we love our sport, just like you. In order to keep delivering our expert journalism, our website uses advertising. Still, we want to give you the opportunity to enjoy an ad-free and tracker-free website and to continue using your adblocker.
Top Comments