Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia

Melunak pada Rivalnya, Lorenzo Sebut Marquez Legenda

Berada di luar MotoGP, Jorge Lorenzo lebih bebas bicara soal rival-rivalnya. Mantan pembalap Yamaha tersebut memuji Marc Marquez seorang legenda.

Pemenang Marc Marquez, Repsol Honda Team, posisi kedua Dani Pedrosa, Repsol Honda Team, posisi ketiga Jorge Lorenzo, Yamaha Racing Team

Foto oleh: Repsol Media

Lorenzo punya banyak waktu luang usai kontraknya sebagai rider tes tak diperpanjang pabrikan garpu tala itu.

Sembari menunggu panggilan dari tim yang membutuhkan jasanya, pria 33 tahun itu makin eksis di media sosial.

Baru-baru ini, ia mengadakan sesi tanya jawab di Instagram yang memiliki 1,9 juta pengikut. Banyak yang penasaran dengan pandangannya terhadap rival-rivalnya.

Alih-alih bersikap keras, kali ini juara dunia MotoGP tiga kali tersebut lebih lunak. Ia melontarkan pujian kepada mereka.

“Bagi saya, Marquez adalah seorang legenda. Sebagai lawan, saya bisa bilang bahwa hanya satu Marc Marquez,” ujarnya.

Dua pembalap asal Spanyol tersebut pernah jadi rekan setim di Repsol Honda pada 2019. Sebelum itu, mereka kerap berduel di trek.

Persaingan ketat dimulai sejak GP Spanyol 2013, di mana Marquez melakukan kontak dan membuat Lorenzo melebar.

Rider yang pensiun pada 2019 itu punya riwayat permusuhan panjang dengan Dani Pedrosa. Keduanya saling benci sejak turun di kelas 125cc mulai 2003.

Baca Juga:

Saat sama-sama naik podium, mereka tak saling bicara maupun jabat tangan. Bahkan Raja Spanyol, Juan Carlos, pernah meminta agar mereka berdamai.

Menjawab pertanyaan penggemar soal Pedrosa, Lorenzo berkata, “Dia unik dengan caranya. Angkat topi!”

Lorenzo dan Andrea Dovizioso membangun iklim rivalitas dalam tubuh Ducati. Mereka bahkan tak pernah akur. Pengakuan itu sangat mengejutkan publik.

Peraih kemenangan dalam 68 balapan tersebut menuturkan, “Dia (Dovi) mungkin pembalap yang paling pintar dan paling konsisten di antara kami.”

Kariernya suram usai memutuskan pindah ke Ducati pada 2017. Rapornya terus merosot, bahkan tak mampu mengangkat posisi setelah beralih ke Honda.

Lorenzo tak menutupi penyesalannya. “Sudah sewajarnya. Kita semua melakukan kesalahan dan Anda selalu bisa melakukan yang lebih baik, tapi bisa juga buruk. Secara keseluruhan, saya gembira dengan pencapaian saya,” katanya.  

“Saya pembalap berkarisma? Itu tergantung untuk siapa. Saya kira saya pembalap dengan personalitas diri sendiri, untuk lebih baik atau buruk, saya ikuti jalan  sendiri.”

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya KTM Perkenalkan Kedua Tim pada 12 Februari
Artikel berikutnya Vinales Prediksi Miller Jadi Kejutan

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia