Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia
Breaking news

Lupakan Qatar, Nakagami Incar Podium di Portimao

Takaaki Nakagami menolak larut dalam kekecewaan atas hasil buruk di Sirkuit Losail, Qatar. Pembalap LCR Honda ingin mencari pelipur lara di MotoGP Portugal akhir pekan ini.

Takaaki Nakagami, Team LCR Honda

Takaaki Nakagami, Team LCR Honda

Gold and Goose / Motorsport Images

Tim yang diperkuat Alex Marquez dan Nakagami kurang maksimal dalam dua balapan pembuka. Mereka pulang dari Qatar dengan tangan hampa.

Pembalap Jepang tersebut gagal finis di MotoGP Qatar dan sampai ke peringkat ke-17 pada MotoGP Doha. Rapor ini lebih baik ketimbang Marquez yang terpaksa mengakhiri lomba secara prematur.

Nakagami kini bertekad untuk naik podium di Portimao yang merupakan pembuka seri Eropa. Ia berharap peruntungannya berubah.

“Bagi saya, itu adalah balapan yang sangat-sangat berat. Setelah tujuh atau delapan lap pertama sungguh sulit. Saya sangat kecewa dengan performa saya, tapi saya melakukan yang terbaik dan sekarang ingin balapan di Eropa,” katanya kepada MotoGP.com.

“Saya melupakan dua balapan tersebut. Saya tak punya ide apa pun untuk memperbaiki ini, jadi saya tak sabar berada di Portimao, kembali ke Eropa. Semoga kami dapat berjuang untuk posisi lebih baik. Kita lihat saja.”

Nakagami menegaskan kalau hasil di Qatar tidak menggambarkan level yang sebenarnya. Ia mengincar podium perdana dalam kariernya. Musim lalu, rider 29 tahun tersebut hampir tembus tiga besar di MotoGP Andalusia.

“OK, ini bukan posisi kami dan performa kami yang sangat buruk, tapi setidaknya saya dapat menyelesaikan lomba. Hanya itu yang bisa saya lakukan,” ujarnya.

“Tentu saja, kami tidak gembira dengan posisi kami dan performa sepanjang dua akhir pekan ini, tapi sekarang kami kembali ke Eropa. Dari Portimao, kami harus menemukan posisi kami, seperti podium atau mungkin kemenangan. Kami harus menemukan perasaan itu. Kami akan melakukan yang terbaik dan melihat apa yang terjadi di Portimao.”

Baca Juga:

Menghindari Jatuh

Nakagami menganalisis penyebab kegagalannya di MotoGP Doha. Ia bertarung dengan Franco Morbidelli dan Pol Espargaro di awal balapan.

Namun, ban depan yang aus menghambatnya bersaing. Karena takut selip, ia terpaksa memperlambat laju motornya.

“Kami mengalami banyak masalah. Awalnya, situasi baik-baik saja. Saya di belakang Morbidelli dan itu masih terkendali. Saya berpikir di mana bisa menyalip dia. Di depan Morbidelli, juga ada Pol, yang mencatatkan waktu mirip dan saya sedikit cepat dari mereka di beberapa tempat, tidak di semua tempat,” Nakagami mengungkapkan.

“Saya masih bingung ke mana saya pergi dan mencoba meningkatkan kemampuan saya. Tapi setelah delapan lap, saya merasakan penurunan performa drastis dari ban depan terutama sisi kanan.

“Setelah itu, saya memikirkan diri sendiri jika terus melaju kencang, saya pasti jatuh dan berakhir di gravel lagi. Itu adalah keputusan sulit tapi ketika saya merasakan kemerosotan performa ban depan, saya memutuskan untuk menuntaskan balapan. Jika saya jatuh, kami tak akan mendapat poin positif.”

Nakagami dan timnya tidak berpikir menggunakan ban medium, yang dipakai para pembalap KTM saat balapan. Sebab, ia tidak merasa nyaman dengan ban tersebut. Padahal, bisa saja itu jadi solusi untuk masalahnya.

“Kami tidak kepikiran menggunakan ban medium di depan. Selama tes, kami selalu mencoba ban medium di depan, siang dan malam, tapi feeling saya kurang bagus. Ban ini asimetris dan saya tidak suka dengan sensasi dari sisi kanan, saat Anda berganti dari ban medium ke lunak,” ucapnya.

“Banyak pembalap tidak menyukainya dan mengeluh karena kami mengubah kompon dan beralih dari medium ke lunak saat kami mulai memiringkan motor. Selama tes, saya jatuh dengan ban medium karena saya tidak punya feeling bagus dan ini sangat sulit dipahami di mana batasnya.

“Kami mengabaikan opsi ini karena terlalu berisiko. Kami tahu bahwa perangkat lunak, meski itu bukan opsi terbaik untuk kami. Kami bisa menggunakannya. Bukan hanya untuk saya, tapi semua pembalap Honda berada dalam kesulitan besar dan setiap orang berkomentar sama. Sulit mengontrol motor.”

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Ezpeleta: Masa Depan Pembalap Inggris di MotoGP Cerah
Artikel berikutnya Temui Presiden, IMI Bahas soal Sirkuit Mandalika

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia