Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Edisi

Indonesia Indonesia

Marquez: Tekanan dan Ambisi Gresini Sama dengan Honda

Marc Marquez merasa tekanan yang dihadapinya di Gresini tidak kalah dengan di Honda. Sebab, tim satelit Ducati ini memiliki ambisi sama dengan rivalnya yang lebih besar di MotoGP.

Marc Marquez, Gresini Racing

Setelah 11 tahun bersama tim Repsol Honda yang menghasilkan enam gelar juara, Marquez mengalami paceklik sejak 2021 yang berujung pada keputusan menjajal Ducati Desmosedici GP milik Gresini.

Tim Italia yang dikelola keluarga ini adalah dunia yang jauh dari operasi Honda yang lebih korporat, menciptakan lingkungan yang lebih nyaman bagi Marquez untuk berkembang setelah satu dekade bekerja di pabrik.

Baca Juga:

Sebagai akibatnya, hal ini berarti lebih sedikit komitmen media dan sponsor untuk pembalap Spanyol itu, yang kini bisa menikmati lebih banyak waktu di luar lintasan bersama keluarganya.

Meskipun pembalap 31 tahun itu mengakui ada perbedaan dalam cara Gresini dan Honda beroperasi, ia merasa ada tekanan yang sama besarnya untuk tampil dan meraih hasil besar seperti tim pabrikan.

"Tekanannya sama, karena para rider senang jika naik podium, tim senang jika naik podium, dan itu adalah target tim ini," ujarnya.

"Berada di podium lebih baik daripada berada di posisi lima besar dan memenangkan balapan lebih baik daripada berada di podium. Jadi, memiliki atmosfer yang baik, bercanda, bukan berarti Anda tidak memiliki tekanan atau tidak memiliki ambisi.

Marc Marquez, Gresini Racing

Marc Marquez, Gresini Racing

Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images

"Ambisi kami sama dengan tim pabrikan karena kami di sini untuk bertarung demi hasil terbaik. Tapi, memang benar bahwa jumlah orang di tim ini lebih sedikit dan lebih akrab.

"Saya selalu mengatakan atmosfer yang baik di dalam tim akan sangat membantu. Tapi di tim Repsol Honda, atmosfernya benar.

"Tapi, tentu saja, kulturnya berbeda antara Jepang dan Italia, Spanyol dan Amerika Serikat. Setiap atmosfer akan bagus jika hasilnya bagus."

Marquez meraih podium pertamanya di atas Ducati pada Grand Prix Portugal saat balapan sprint, ketika ia naik dari posisi kedelapan ke P2.

Hasil lima besar di grand prix tersebut gagal diraihnya setelah tabrakan kontroversial dengan rekan setimnya di Ducati, Francesco Bagnaia, yang dianggap sebagai insiden balapan namun membuat Marquez menimpakan kesalahan kepada sang juara dunia dua kali tersebut.

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Espargaro Jelaskan Sebab Vinales Lebih Baik di Portimao
Artikel berikutnya Acosta: Saya Bukan Orang yang Mudah karena Cepat Jengkel

Top Comments

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Edisi

Indonesia Indonesia