Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia
Special feature

Maverick Vinales dan Sejarah yang Berulang

Keputusan Maverick Vinales yang meminta kepada Yamaha untuk mengakhiri kontrak lebih awal, membuka kembali ingatan akan kasus serupa sang pembalap pada 2012 silam.

Maverick Vinales, Yamaha Factory Racing

Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images

Di tengah perebutan gelar juara, drama mengiringi MotoGP 2021. Tokoh utamanya siapa lagi kalau bukan Maverick Vinales. Pemuda asal Spanyol itu tak henti-hentinya menjadi tajuk utama pemberitaan.

Mulai dari kemenangan brilian dalam seri pembuka Grand Prix Qatar, performa yang menukik tajam, hingga perpisahan dengan Crew Chief untuk kali kedua.

Usai berganti Ramon Forcada, lalu Esteban Garcia, kini Vinales didampingi Silvano Galbusera, yang tak lain mantan kepala mekanik Valentino Rossi.

Namun bukan soal pergantian Crew Chief yang membuat Vinales begitu disorot, melainkan aksinya yang diduga merusak M1 miliknya di Styria.

Yamaha mengklaim, pembalapnya sengaja menggeber mesin sampai melewati batas putaran maksimal (over-rev) saat menuju pit lane pada lap terakhir.

Sontak saja pabrikan garpu tala menjatuhkan skors kepada Vinales. Namanya ditarik mundur dalam entry list Grand Prix Austria.

Sadar telah berbuat salah, pemakai nomor #12 itu pun melontarkan permintaan maaf. Adalah rasa frustrasi yang mendorongnya untuk berbuat seperti itu.

Bahwa ada rider yang diskors oleh tim balap bukanlah yang pertama di kejuaraan dunia Grand Prix. Romano Fenati pernah berada dalam situasi serupa ketika Sky Racing Team VR46 melarangnya balapan pada Moto3 Austria 2016.

Sementara untuk Vinales, ini merupakan kedua kalinya dia memilih hengkang dari skuad yang diperkuatnya, saat kejuaraan masih berjalan.

Maverick Vinales, Yamaha Factory Racing

Maverick Vinales, Yamaha Factory Racing

Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images

Sembilan tahun lalu, dia mengejutkan paddock Moto3 di Sepang, dengan keputusannya meninggalkan Blusens Avintia Team.

Datang ke GP Malaysia sebagai penantang gelar juara, meski sebenarnya peluangnya tipis, Vinales mengundurkan diri jelang balapan dan terbang kembali ke rumah.

Sandro Cortese akhirnya berhasil keluar sebagai pemenang lomba, sekaligus memastikan gelar juara di Sepang, dengan mendiang Luis Salom naik ke peringkat kedua klasemen sementara.

Belakangan terungkap, alasan Vinales cabut karena dia kesal permintaannya untuk meningkatkan performa FTR Honda tidak digubris oleh Blusens Avintia. Hal ini membuatnya sulit untuk mengimbangi kecepatan Cortese.

Keluhan terbesar Vinales juga adalah tentang level tim. “Ini bukan tentang dukungan,” ucapnya kepada MotoGP.com saat itu.

“Tapi menurut saya, ini adalah tim divisi dua. Saya harus mencoba dan memenangi kejuaraan tahun depan dan saya tidak berpikir bisa melakukannya dengan tim ini. Jadi, itu sebabnya saya mengambil keputusan ini.”

Baca Juga:

Kendati kemudian meminta maaf kepada Blusens Avintia, dan kembali membela tim untuk dua balapan terakhir Moto3 2012, Vinales harus puas menempati peringkat ketiga klasemen akhir, digusur oleh Salom.

Bisa dipastikan, konflik internal antara Vinales dengan Blusens Avintia mengakhiri hubungan kedua belah pihak. Musim 2013, pembalap kelahiran Figueres itu bergabung ke Team Calvo.

Maverick Vinales, Yamaha Factory Racing

Maverick Vinales, Yamaha Factory Racing

Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images

MotoGP 2021 masih menyisakan delapan seri. Meski sudah mengakui kesalahannya dan meminta maaf kepada Yamaha, belum diketahui kelanjutan nasib Vinales ke depannya.

Di satu sisi, skuad Iwata memiliki hak untuk langsung memecat Vinales. Mencari pengganti Top Gun juga rasanya tak sulit dilakukan. Tetapi, bagaimanapun, kehadiran sang pembalap tetap dibutuhkan.

Terlepas dari hasil balapan yang mungkin tidak segemilang rekan setim Fabio Quartararo, potensi dalam diri Vinales tak luntur begitu saja.

Sumbangan poin, sekecil apa pun itu, tetap berarti penting untuk mendongkrak Yamaha di klasemen tim serta konstruktor.

Ditambah, dari sisa balapan tahun ini, ada seri Misano. Musim lalu, Vinales sukses jadi kampiun di MotoGP San Marino. Dia bahkan juga berhasil mengklaim pole position.

Kini, tinggal menunggu keputusan berikutnya dari Yamaha. Menurunkan Vinales mulai putaran di Silverstone, atau justru melirik calon pengganti hingga akhir musim.

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Hasil Warm Up MotoGP Austria: Quartararo Tercepat, Zarco Crash
Artikel berikutnya Statistik Impresif Jorge Martin Jelang MotoGP Austria

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia