Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia

Max Biaggi-Valentino Rossi Terjebak Peran Jahat dan Baik

Max Biaggi menyebut rivalitasnya dengan Valentino Rossi di MotoGP tak sebesar apa yang diberitakan media. Menurut mantan pembalap Yamaha tersebut, level persaingan sesungguhnya biasa saja.

Podium: race winner Marco Melandri with Nicky Hayden and Valentino Rossi

Podium: race winner Marco Melandri with Nicky Hayden and Valentino Rossi

Gresini Racing

Duel Biaggi versus Rossi mewarnai sejarah MotoGP. Uniknya, kedua pembalap itu sudah berkonflik bahkan ketika tidak berada di kategori sama akhir ’90-an.

Percikan api di antara mereka timbul sejak Mugello 1997. The Doctor yang memenangi pertarungannya, melakoni lap selebrasi sambil membawa balon boneka dengan nama Claudia Schiffer. Aksi itu kabarnya membuat Biaggi, yang sedang menjalin asmara dengan supermodel Naomi Campbell, jengkel.

Gesekan makin kuat ketika Rossi promosi ke kelas 500cc mulai 2000. Tak hanya saling serang di lintasan, bertukar sindiran jadi sesuatu yang biasa.

Insiden di Suzuka 2001, mungkin paling dikenang penggemar keduanya. Biaggi mengeluarkan sikunya  karena ingin mengusir Rossi ke area rumput ketika melaju pada kecepatan 200 km/jam. Aksi itu dibalas acungan jari tengah.

Mereka adu mulut sesaat sebelum penyerahan trofi GP Catalunya, tahun yang sama. Pada 2002, Rossi melakukan selebrasi dengan duduk miring dan Biaggi sengaja menabrak dengan kecepatan tinggi. Itu hanya beberapa contoh saja, masih banyak episode pertarungan ketat keduanya.

Hampir dua dekade berlalu, Biaggi mengaku merindukan duel mereka. Menurut pria 50 tahun tersebut, sejarah rivalitasnya hanya dibuat media agar kompetisi menarik di mata penggemar.

“Saya kira saat itu, ada kebutuhan untuk rivalitas besar. Seolah ada keberuntungan, ada dua pembalap Italia, satu lebih tua dan satu lagi baru tiba (di kompetisi tertingg) dan menunjukkan potensi hebat,” ujarnya dalam dokumenter soal Rossi dari sudut pandang para lawan, produksi DAZN.

Baca Juga:

“Opini, itu tidak lahir secara kebetulan. Mereka memastikan bahwa rivalitas mencuat. Ketika kami bertemu di kategori yang sama, 500cc, kami tidak saling kenal, tapi seolah-olah permusuhan sudah ada.”

Pemilik tim Moto3, Max Racing Team, itu mereka saat ini terjebak dalam peran orang baik dan orang jahat.

“Saya tidak memilih peran sebagai orang jahat, seperti Rossi tidak memilih peran orang baik. Kami tidak bisa keluar dari tipe karakter dan peran itu lagi. Harus seperti itu, planet rivalitas. Setiap orang harus bicara tentang itu dan terus membahasnya,” Biaggi melanjutkan.

Lebih lanjut, ia mengaku terpancing permainan psikologis ala Rossi yang jadi senjata ampuh memporak-porandakan lawan.

“Tekanan yang diberikannya kepada saya tidak membantu sama sekali. Itu mengambil sesuatu dari saya,” ia mengungkapkan.

Max Biaggi, Yamaha Factory Racing

Max Biaggi, Yamaha Factory Racing

Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Fabio Quartararo Populer di MotoGP karena Tak Butuh Musuh  
Artikel berikutnya Pembalap MotoGP Paling Sering Kecelakaan Sepanjang 2021

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia