Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia

Mengapa Inggris Sulit Mencetak Pembalap MotoGP

Seperti Amerika Serikat, Inggris juga menjadi negara yang kesulitan meloloskan pembalap ke kategori tertinggi Kejuaraan Dunia Balap Motor, MotoGP.

Cal Crutchlow, Yamaha Factory Racing

Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images

Pada awal-awal digelarnya Kejuaraan Dunia Balap Motor (mulai 1949), sejumlah pembalap Inggris mampu mendominasi kelas tertinggi, 500cc. Pada era 1950-an sampai 1970-an, banyak pembalap Inggris mampu bersaing ketat dengan para rider Italia.

Setelah Leslie Graham menjadi juara dunia kelas 500cc untuk kali pertama pada 1949, banyak pembalap Inggris berhasil mengikuti jejaknya, menjadi kampiun kategori tertinggi, bahkan lebih dari sekali.

Geoff Duke (1951, 1953, 1954, 1955), John Surtees (1956, 1958, 1959, 1960), dan Mike Hailwood (1962, 1963, 1964, 1965), benar-benar dominan dengan empat gelarnya.

Sementara, Phil Read (1973, 1974) dan Barry Sheene (1976, 1977) membuat nama Inggris harum di kelas utama pada era 1970-an berkat gelar-gelar mereka. Tetapi, sejak Sheene juara, tidak ada lagi pembalap Inggris yang mampu menjadi kampiun.

Barry Sheene, Team Suzuki MotoGP, saat turun di kelas 500cc GP Inggris 1977.

Barry Sheene, Team Suzuki MotoGP, saat turun di kelas 500cc GP Inggris 1977.

Foto oleh: Suzuki MotoGP

Jangankan untuk menjadi juara dunia, kemenangan terakhir yang mampu dibuat para pembalap Inggris di kelas MotoGP dan Moto3 sudah terjadi cukup lama.

Padahal, sampai GP Amerika, akhir pekan lalu, Inggris masih berada di peringkat ketiga – di bawah Spanyol dan Italia – negara dengan kemenangan Grand Prix terbanyak dari semua kelas, 409 kemenangan lewat 52 pembalap.

Pembalap Inggris yang terakhir naik podium utama adalah Sam Lowes di Moto2 Doha 2021. Sebelumnya, John McPhee melakukannya di kelas Moto3 pada GP San Marino 2020.

Sejak Cal Crutchlow (foto utama) mundur dari MotoGP pada akhir musim 2020 lalu, praktis Inggris tidak lagi memiliki wakil di kategori tertinggi Kejuaraan Dunia Balap Motor tersebut.

Crutchlow, yang musim ini menjadi test rider dan pembalap cadangan Yamaha Motor Racing pun menjadi pembalap MotoGP terakhir asal Inggris yang mampu memenangi balapan, yakni di GP Argentina 2018.

Dalam satu dekade terakhir, MotoGP dikuasai para pembalap Spanyol. Setelah Casey Stoner (Australia) pada 2011, sembilan gelar berikutnya berhasil direbut para pembalap Spanyol. Bahkan, pada MotoGP 2020, empat pembalap Spanyol mampu menempati enam besar klasemen akhir.

Pembalap Inggris Scott Redding sempat turun di MotoGP antara 2014 sampai 2018. Tampak ia saat memperkuat Elf Marc VDS Racing di MotoGP 2015.

Pembalap Inggris Scott Redding sempat turun di MotoGP antara 2014 sampai 2018. Tampak ia saat memperkuat Elf Marc VDS Racing di MotoGP 2015.

Foto oleh: Honda

Lalu, bagaimana Spanyol memiliki begitu banyak pembalap hebat sementara Inggris justru tidak mampu melanjutkan warisan para pembalap hebat mereka?

Semua tahu, untuk mendapatkan pembalap hebat harus ditanamkan kecintaan terhadap balap sejak kecil. Para pembalap hebat Spanyol seperti Marc Marquez, Joan Mir, hingga Jorge Lorenzo yang sudah pensiun, mulau mengenal motor sejak masih kanak-kanak.

Di Spanyol, setiap akhir pekan atau saat sekolah libur, anak-anak lebih banyak menghabiskan waktu di sirkuit-sirkuit untuk balap go-kart maupun motor. Di Inggris, setiap akhir pekan anak-anak lebih menyukai berlatih sepak bola.

Anak-anak di Spanyol mampu berjam-jam betah di sirkuit karena hampir di setiap kota mereka minimal memiliki satu trek. Selain itu, otoritas Spanyol juga menggenjot dan memberikan motorsport prioritas yang sama dengan cabang olahraga lain.

Berkat dukungan penuh pemerintah itu, Spanyol bukan hanya memiliki banyak sirkuit tetapi biaya bagi para orangtua untuk menyewanya pun menjadi sangat terjangkau.

Jeremy McWilliams, menjadi salah satu pembalap Inggris yang sempat turun di kelas 500cc hingga MotoGP antara 1993-1996, 2000, 2002-2005, dan 2007. Tampak ia saat menggeber motor Ilmor di MotoGP 2007.

Jeremy McWilliams, menjadi salah satu pembalap Inggris yang sempat turun di kelas 500cc hingga MotoGP antara 1993-1996, 2000, 2002-2005, dan 2007. Tampak ia saat menggeber motor Ilmor di MotoGP 2007.

Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images

Di Inggris, jika ingin mengarahkan anak ke balap, Anda harus siap berjuang sendiri. Memang, saat ini di Inggris banyak opsi bagi anak-anak yang tertarik ke balap mulai motocross sampai minimoto. Tetapi, semua pilihan tersebut tidak ada yang murah.

Orang Inggris yang tertarik dengan balap motor mungkin bisa membuat trek sendiri di halaman belakang rumah mereka. Namun, bila mampu secara finansial untuk membuat sirkuit pribadi pun, mereka akan dihadapkan pada sejumlah aturan rumit.

Tidak seperti di Spanyol yang tidak pernah komplain terhadap suara motor, bahkan yang bermesin 2-tak, kebanyakan orang Inggris tidak menyukai suara sepeda motor.

Karena banyaknya sirkuit di seluruh Spanyol, mereka dengan mudah menggelar berbagai kejuaraan lokal. Dari situ, para pembalap belia ini mulai bertarung di ajang seperti FIM CEV Moto3 Junior World Championship maupun Red Bull MotoGP Rookies Cup.

Kedua ajang tersebut sama-sama memakai motor spesifikasi Moto3 bermesin 250cc satu silinder 4-tak. Khusus Rookies Cup, motor yang digunakan hanya satu merek, KTM.

Bradley Smith, Aprilia Racing Team Gresini. Smith pernah mewakili Inggris di MotoGP antara 2013–2020 bersama Yamaha, KTM, dan Aprilia.

Bradley Smith, Aprilia Racing Team Gresini. Smith pernah mewakili Inggris di MotoGP antara 2013–2020 bersama Yamaha, KTM, dan Aprilia.

Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images

Mereka yang turun di dua ajang level Moto3 ini, biasanya langsung dipantau tim-tim di kejuaraan dunia. Jika tidak direkrut, mereka masih melanjutkan jenjang ke FIM CEV Moto2 European Championship.

Masalah utama para pembalap muda di Inggris untuk berkembang juga datang dari finansial. Hal tersebut tidak ditemui para pembalap Spanyol.

Begitu populernya balap motor di Negeri Matador, hampir separuh lebih pembalap muda Spanyol mampu memasarkan dirinya kepada sponsor. Siklus finansial pembalap Spanyol tidak sampai di situ.

Begitu sang pembalap turun di level internasional hingga kejuaraan dunia, ada kecenderungan tim-tim balap asal Spanyol untuk merekrut sponsor serta menggaet pembalap dari negara mereka sendiri.

Di Inggris, kebanyakan pembalap harus mengeluarkan uang besar dari orangtua pada awal karier balap mereka. Dengan kemampuan finansial besar sekalipun, para pembalap muda Inggris masih perlu dibantu sana-sini agar mampu lolos hingga ke MotoGP.

Pembalap Inggris di Moto2, Jake Dixon sempat menggantikan Franco Morbidelli untuk Petronas Yamaha SRT di MotoGP Aragon. Namun, peluang Dixon untuk turun penuh di MotoGP sepertinya sudah habis.

Pembalap Inggris di Moto2, Jake Dixon sempat menggantikan Franco Morbidelli untuk Petronas Yamaha SRT di MotoGP Aragon. Namun, peluang Dixon untuk turun penuh di MotoGP sepertinya sudah habis.

Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images

Salah satu yang membuat Inggris sulit memunculkan pembalap ke MotoGP adalah The Isle of Man TT.

Setelah ajang balap di jalan raya itu dicoret dari Grand Prix pada 1977, Auto Cycle Union (ACU) selaku Federasi Balap Inggris lebih berkonsentrasi untuk menyelamatkan TT ketimbang mengembangkan bakat dan karier para pembalap Inggris ke GP.

Saat federasi-federasi balap di Italia, Spanyol, dan negara lain menginvestasikan uang, waktu, dan upaya keras membina pembalap muda agar mampu ke GP, Ketua ACU saat itu, Vernon Cooper, justru melihat ke belakang. Dan ia tidak sendiri melakukannya.

Saat itu, tim-tim yang didanai oleh dealer-dealer di Inggris selalu memiliki kampanye tahunan ke balap akhir pekan di TT karena sukses di ajang tersebut akan meningkatkan penjualan. Sementara, para importir dari negara-negara lain justru sibuk membawa pembalap ke GP.

Kurang diapresiasinya sepeda motor di Inggris juga berpengaruh sangat signifikan pada industri. Mereka praktis tidak memiliki anggaran cukup untuk mendanai pembalap turun.

Baca Juga:

Para pembalap Inggris (termasuk Inggris Raya) memang masih memiliki nama di World Superbike (WSBK) maupun British Superbike Championship (BSB).

Tetapi, para pembalap muda mereka masih kesulitan bersaing bahkan untuk sekelas balap MotoGP Academy seperti Red Bull Rookies, Asia Talent Cup, British Talent Cup, CEV Junior World Championship, dan sebagainya.

Saat ini, Inggris tidak memiliki wakil di MotoGP setelah Crutchlow mundur. Di Moto2 pun, tinggal Sam Lowes dan Jake Dixon. Sementara, di Moto3 hanya John McPhee.

Tahun depan, nasib Dixon dan John McPhee belum pasti. Sam Lowes memang dipertahankan Elf Marc VDS Racing Team untuk Moto2. Namun, kendati performanya di Moto2 impresif, dengan usia yang sudah 31 tahun, sulit baginya untuk promosi ke MotoGP.

Tahun depan, Inggris akan memiliki tim di Moto3, VisionTrack Honda Racing, yang diperkuat dua pembalap muda negeri tersebut, Scott Ogden dan Joshua Whatley. Namun, rasanya masih butuh waktu lama untuk menantikan adanya pembalap Inggris di MotoGP.  

Cal Crutchlow, Yamaha Factory Racing, saat diminta turun sebagai pembalap pengganti di MotoGP Aragon.

Cal Crutchlow, Yamaha Factory Racing, saat diminta turun sebagai pembalap pengganti di MotoGP Aragon.

Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images

        

 

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Gigi Dall'Igna Yakin Pembalap Ducati Segera Juara Dunia
Artikel berikutnya Pertamina Mandalika International Street Circuit Resmi Disahkan

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia