Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia
Analisis

Menyingkap rahasia pengembangan motor Ducati

Pengalaman dua tahun terakhir mengarah pada kesimpulan, bahwa Ducati menjadi yang paling pintar dalam hal mengembangkan motor selama musim MotoGP.

Jorge Lorenzo, Ducati Team, San Marino GP Tata Communications feature

Foto oleh: Tata Communications

Kemenangan Andrea Dovizioso di Misano, Minggu (9/9), memiliki kekuatan simbolis luar biasa karena berbagai alasan. Pertama dan terutama, trek tersebut adalah salah satu yang paling sulit bagi pembalap Ducati era sekarang.

Podium tertinggi di MotoGP San Marino juga ketiga beruntun bagi Ducati – kali terakhir berjaya pada 2008. Jika kita menambah kemenangan Dovizioso dengan torehan Lorenzo, maka jumlahnya menyamai Honda – telah mengoleksi lima lewat Marc Marquez dan satu dari Cal Crutchlow.

Jika jumlah kemenangan tersebut tak tercermin dalam klasemen sementara, itu karena konsistensi Marquez, di mana pembalap Spanyol ini telah berhasil mengendalikan dirinya ketika ada risiko tinggi untuk terjatuh.

Seperti yang diakuinya usai balapan, unggul 67 poin, memungkinkan The Baby Alien menghadapi bagian akhir musim dengan kepercayaan diri merengkuh gelar juara – dan itu karena rivalnya yang terlambat menantang: “Ducati terlambat bangun. Kami menduga mereka terlambat.”

Kata-kata Marquez divalidasi oleh apa yang terjadi tahun lalu, Ducati terbukti meningkat dalam mengembangkan motor ketika musim sudah berjalan. Tidak ada bukti yang lebih baik dari apa yang terjadi tahun lalu dengan Dovizioso.

Pembalap Italia itu hampir ‘membakar’ motornya sendiri, karena memiliki banyak keterbatasan di Austin. Dan sisanya adalah sejarah: dia berjuang dengan Desmosedici GP17 untuk merebut titel melawan Marquez hingga balapan terakhir Valencia, setelah membukukan enam kemenangan.

Andrea Dovizioso, Ducati Team, 2017

Andrea Dovizioso, Ducati Team, 2017

Photo by: Miquel Liso

Pada 2017 pula, DesmoDovi harus menunggu hingga Mugello untuk meraih kemenangan pertama. Sejak saat itu, ia mulai merasa lebih baik saat mengendarai Ducati. Sebelum MotoGP Italia, Dovizioso menorehkan 54 poin, lebih banyak delapan poin dari tahun ini di titik yang sama musim ini.

Periode yang sukses setelah itu dapat dibandingkan dengan apa yang terjadi pada 2018, meskipun kali ini peningkatannya juga telah menguntungkan Lorenzo.

Mungkin sudah terlambat bagi siapa pun untuk mengambil mahkota dari Marquez kali ini, tetapi kasus Lorenzo bahkan lebih serius karena ia mungkin akan meninggalkan tim pada momen terbaiknya, pada level maksimumnya.

Tahun lalu di titik musim ini, Marquez dan Dovizioso telah mencetak jumlah poin sama (199) dan keduanya di puncak klasemen, situasi yang sangat berbeda sekarang.

“Ducati telah membuat kemajuan yang seharusnya kami lakukan, dan ini ditunjukkan di grid. Ini bukan masalah pembalap atau lintasan lagi,” ucap Valentino Rossi di Misano.

Filosofi Ducati terletak pada terus mencoba dan menerapkan elemen-elemen baru demi meningkatkan performa motor. Kita dapat melihatnya di Formula 1 dan itu adalah strategi yang terbukti membuahkan hasil...

Sayangnya bagi Ducati, mereka tidak akan cukup untuk menggusur takhta #93.

Marc Marquez, Repsol Honda Team, with Andrea Dovizioso, Ducati Team

Marc Marquez, Repsol Honda Team, with Andrea Dovizioso, Ducati Team

Photo by: Gold and Goose / LAT Images

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Rins tak beri perlawanan, Crutchlow bingung
Artikel berikutnya Yamaha bermasalah, Rossi tak mengira tiga besar klasemen

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia