Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Edisi

Indonesia Indonesia
Breaking news

Bastianini Pembalap Pertama sejak Iannone Tanpa Embel-embel VR46

Sejak Valentino Rossi mendirikan VR46 Rider Academy, banyak jebolan sekolah tersebut menghiasai balapan di berbagai level. Enea Bastianini mampu mendobrak dominasi mereka.

World Champion Enea Bastianini, Italtrans Racing Team

Musim depan di MotoGP, terdapat enam pembalap Italia yang berduel di trek, yakni Francesco Bagnaia, Luca Marini, Danilo Petrucci, Franco Morbidelli, Valentino Rossi dan Enea Bastianini. Mungkin Lorenzo Salvadori akan bergabung kalau Aprilia Racing memilihnya daripada Bradley Smith.

Jika Bagnaia, Marini, Petrucci, Morbidelli punya relasi dekat dengan Rossi, tidak demikian dengan Bastianini.

Pembalap 22 tahun tersebut merangkak naik dari Moto3 hingga MotoGP tanpa ‘campur tangan’ sang juara dunia MotoGP tujuh kali. Ia merupakan rider kedua yang melakukannya setelah Andrea Iannone. 

La Bestia tumbuh di Rimini, tak jauh dari Tavullia, tapi tak pernah jadi bagian dari program pembinaan pembalap muda Rossi.

Baca Juga:

Latar belakang keluarga yang tidak kaya membuatnya mengakses sekolah tersebut. Ia pun merintis karier lewat ajang minibike.

Saat sudah punya nama, Rossi menawarkan kepadanya untuk masuk ke VR46 Rider Academy. Namun, pembalap yang juga atlet loncat indah itu menolak.

Bastianini masuk ke kelas Moto3 pada 2014 lewat Red Bull Rookies Cup. Di musim keduanya, ia berakhir di peringkat ketiga dan naik jadi runner-up pada 2016.

Pada 2017, Bastianini naik ke kelas menengah. Dengan talentanya yang istimewa, ia mampu menyegel gelar juara dunia Moto2 dalam tempo 2 tahun saja sekaligus dipromosikan ke MotoGP oleh tim Esponsorama. Antara Moto3 dan Moto 2, ia mengoleksi enam kemenangan.

Pengalaman pahit dan manis memberikan pelajaran berharga, yakni kerja keras menentukan keberhasilan.

Upayanya meningkat dua kali lipat karena akan beradu dengan para pembalap papan atas. Di samping itu, motor untuk MotoGP lebih rumit.

“Saya masih sangat muda di Moto3. Itu tidak berhasil, saya hanya menikmati. Situasi Moto2 berubah secara signifikan karena motor lebih berat. Anda harus bekerja lebih banyak secara fisik ketika berubah arah dan mengerem,” ujarnya.

Enea Bastianini, Italtrans Racing Team

Enea Bastianini, Italtrans Racing Team

Foto: Gold and Goose / Motorsport Images

“Saya mengerti bahwa saya harus bekerja keras musim dingin lalu. Pekerjaan dalam tim juga berubah karena itu sangat penting. Sekarang saya harus mengambil langkah lain, karena di MotoGP, Anda bisa mengendarai sebuah motor yang banyak berubah.

“Ini terutama berlaku pada bagian elektronik, di mana lebih sederhana di Moto2. Pada MotoGP, Anda harus menyesuaikan setiap tikungan. Saya harap Anda akan menikmatinya, tapi saya juga tahu bahwa saya harus banyak bekerja.

Mengingat musim depan adalah debutnya, Bastianini tak mematok target muluk karena masih perlu beradaptasi.

“Tahun ini sangat penting bagi saya karena saya cepat di setiap balapan. Saya harus belajar banyak musim depan. Kita akan lihat, apa yang saya bisa lakukan di MotoGP tahun depan,” ia menandaskan.

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Raih Enam Kemenangan, Bos Petronas Belum Puas
Artikel berikutnya Tak Hanya di Pemerintahan, Korupsi Juga Terjadi di Dunia Balap

Top Comments

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Edisi

Indonesia Indonesia