Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia

Pabrikan Ideal bagi Fabio Quartararo jika Tinggalkan Yamaha

Bila pindah ke Honda atau Ducati, Fabio Quartararo bisa jadi menakjubkan. Namun, hal tersebut akan sulit dilakukan oleh juara dunia MotoGP 2021 itu.

Fabio Quartararo, Yamaha Factory Racing

Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images

Di sela-sela balapan putaran keempat Kejuaraan Dunia MotoGP 2022 di Circuit of The Americas (COTA), Austin, Texas, Amerika Serikat, akhir pekan lalu, Fabio Quartararo (Monster Energy Yamaha MotoGP) kembali dicecar pertanyaan soal masa depannya.

Seperti diketahui, hanya empat pembalap yang sudah pasti bakal memperkuat timnya saat ini pada musim 2023 mendatang, yakni Marc Marquez (Repsol Honda), Francesco Bagnaia (Ducati Lenovo), Brad Binder (Red Bull KTM Factory Racing), dan Franco Morbidelli (Monster Energy Yamaha MotoGP).

Tiga nama terdepan diikat sampai akhir MotoGP musim 2024. Sementara, Morbidelli hanya sampai akhir musim 2023. Dengan begitu, akan ada banyak kemungkinan terkait komposisi pembalap di tim-tim untuk musim depan.

“Saya akan memutuskannya sebelum musim panas,” ucap Quartararo saat disinggung soal ke mana dirinya akan bergabung tahun depan, di sela-sela GP Amerika, akhir pekan lalu.

Fabio Quartararo, Yamaha Factory Racing

Fabio Quartararo, Yamaha Factory Racing

Foto oleh: MotoGP

Hasil pada awal musim ini memang sangat tidak ideal bagi Quartararo. Level performa Yamaha YZR-M1 mungkin membuat pembalap asal Prancis tersebut sulit tidur.

Dari empat balapan yang sudah digelar, Quartararo hanya mampu finis ke-9 di Qatar, podium kedua di Indonesia (namun dalam kondisi lintasan basah), ke-8 di Argentina, dan ke-7 di Amerika Serikat.

Hasil-hasil tersebut jelas tidak ideal bagi pembalap dengan status juara dunia bertahan. Yang menyedihkan (dari sisi seberapa kompetitif level M1), Quartararo sejauh ini selalu mampu finis lebih baik di antara empat pengendara Yamaha lainnya.

Sejauh ini, Lusail menjadi hasil terbaik bagi Yamaha karena Morbidelli mampu finis P11. Di Mandalika, Morbidelli lagi-lagi menjadi pembalap paling kompetitif Yamaha setelah Quartararo usai finis di P7.

Di Termas de Rio Hondo, El Diablo – julukan Quartararo – menjadi satu-satunya pembalap Yamaha yang berhasil merebut poin. Adapun di COTA, Andrea Dovizioso (WithU Yamaha RNF Racing) merebut satu poin dengan melibas Morbidelli di area start-finis untuk P15.

Melihat hasil-hasil tersebut, jelas Yamaha sangat membutuhkan Quartararo. Tahun lalu, pabrikan asal Iwata, Jepang, itu sangat yakin dengan kemampuan Morbidelli. Karena itulah mereka mengikat pembalap Italia berdarah Brasil sampai akhir 2023.

Faktanya, Morbidelli justru mengalami krisis. Runner-up MotoGP 2020 itu terlihat kesulitan memahami motor dan seperti kurang percaya diri.

Tim satelit WithU Yamaha RNF juga tidak bisa menjadi pelapis ideal. Dovizioso terkendala usia dan juga sulit beradaptasi dengan karakter mesin motor empat silinder segaris seperti Yamaha YZR-M1.

Pembalap WithU Yamaha RNF lainnya, Darryn Binder, juga belum bisa sepenuhnya diandalkan mengingat statusnya musim ini sebagai rookie. Intinya, tidak satu pun pembalap WithU RNF yang bisa menjadi pilihan bagi tim pabrikan Yamaha.

Kini, ketimbang mencari pembalap baru, tim pabrikan Yamaha harus mampu meyakinkan Quartararo untuk bertahan di Gerno di Lesmo, Italia (markas skuad).

Yamaha berharap mampu bangkit ke level semula dengan kembalinya seri MotoGP ke Eropa. Itulah mengapa balapan di Portimao, Portugal (24 April) dan Jerez, Spanyol (1 Mei) nanti akan sangat krusial bagi Yamaha untuk pembuktian seberapa kompetitif level mereka saat ini.

Fabio Quartararo, Yamaha Factory Racing, Hervé Poncharal, KTM Tech3

Fabio Quartararo, Yamaha Factory Racing, Hervé Poncharal, KTM Tech3

Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images

Pertanyaannya, bila Quartararo akhirnya memilih meninggalkan Yamaha, pabrikan mana yang paling cocok untuknya? Yang pertama sudah pasti bukan Ducati.

Mereka sudah memilih Bagnaia sebagai masa depannya. Tim pabrikan Ducati selama beberapa tahun terakhir juga selalu menarik pembalap dari tim-tim satelit atau pemakai mesin mereka.

Jika itu masih menjadi kebijakan pabrikan asal Borgo Panigale, Italia, tersebut, maka Enea Bastianini (Gresini Racing) dan Jorge Martin (Pramac Racing) bakal menjadi kandidat terkuat jika Ducati mendepak Jack Miller dari skuad pabrikan mereka.

Dari sisi finansial, KTM mungkin bisa memenuhi tuntutan gaji Quartararo. Namun, mereka belum mampu kompetitif secara konsisten.

Aprilia juga berkebang sangat pesat. Tetapi, performa Aprilia RS-GP rasanya juga belum cukup bagi Quartararo. Selain itu, pabrikan asal Noale, Italia, itu diyakini juga bakal kesulitan memenuhi gaji Quartararo.

Dalam beberapa pekan terakhir, Honda juga kerap dikait-kaitkan dengan Quartararo. Ini jelas ide bagus tetapi rasanya hampir mustahil diwujudkan. Masalah utama tentu saja karena masih adanya Marc Marquez.

Problem tersebut bukan hanya karena hak veto Marquez atas rekan-rekan setimnya selama ini. Bergabung ke tim pabrikan Repsol Honda, berarti memasuki rumah Marquez dengan segala konsekuensinya.

Terbiasa sebagai pembalap nomor satu, akan sangat sulit bagi Marquez berganti status menjadi nomor dua. Meskipun banyak yang menganggap ini tantangan, menjadi rekan setim Marquez mungkin bisa dibilang bunuh diri bagi pembalap, lebih daripada perjudian.

Menjadi rekan setim Marquez bagi seorang pembalap yang ingin menguji dirinya di tim terbaik di MotoGP (misal Bastianini atau Martin), bisa jadi satu hal bagus tetapi tidak untuk juara dunia seperti Quartararo.

Baca Juga:

Opsi paling realistis bagi Fabio Quartararo jika meninggalkan Yamaha, adalah Suzuki. Suzuki GSX-RR sangat mirip dengan Yamaha M1 (keduanya memakai mesin inline-four) namun Suzuki tidak memiliki kelemahan.

Kedua motor juga memiliki masalah dengan top speed. Namun, para teknisi Suzuki di Hamamatsu, Jepang, tahu bagaimana menyiasati kelemahan tersebut.

Kedatangan Livio Suppo sebagai manajer tim mulai musim ini, membuat Suzuki lebih kuat dari sisi struktur manajemen tim yang sebelumnya terlihat rapuh sepeninggal Davide Brivio begitu mereka merebut gelar juara dunia pembalap (Joan Mir) dan tim pada MotoGP 2020.

Namun, bagi Fabio Quartararo, pindah ke Suzuki juga bukan tanpa problem. Dari sisi hasil balapan, Maverick Vinales yang pernah membela Suzuki, langsung kompetitif dan memenangi banyak lomba begitu memperkuat Yamaha.

Satu masalah lainnya adalah bayaran Fabio Quartararo. Selama ini, Quartararo dikenal sebagai salah satu pembalap dengan gaji fantastis. Di sisi lain, Suzuki juga sangat berhati-hati dengan apa yang akan mereka investasikan.

Untuk mengatasi halangan finansial ini, minuman berenergi Monster yang menjadi sponsor Fabio Quartararo dan Suzuki, bisa menjadi salah satu alternatif solusi jika keduanya sepakat bekerja sama.        

 

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Alex Rins Merasa Tampilkan Versi Terbaik Dirinya
Artikel berikutnya Andrea Dovizioso Pesimistis Yamaha Bisa Atasi Problemnya

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia