Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia
Nostalgia

Pembalap Setia pada Pabrikan, Pedrosa Paling Awet

Silly Season menjadi momen yang ditunggu penggemar balap. Namun, tak sedikit namanya tak pernah muncul dalam periode tersebut, salah satunya adalah juara MotoGP enam kali, Marc Marquez.

Mick Doohan, Marc Márquez, Repsol Honda Team

Foto oleh: Repsol Media

Loyalitas pada pabrikan yang sama dimiliki segelintir pembalap MotoGP. Mereka mungkin tak mau ambil risiko mengubah gaya balap dan beradaptasi lagi dengan motor baru.

Marquez salah satunya. Meski RC213V tak kunjung kompetitif dalam tiga musim terakhir, pembalap 29 tahun itu tetap setia jatuh bangun dengan Honda.

Ia memberi kesempatan pabrikan sayap tunggal untuk membangun RC213V yang kencang. Setelah itu, kalau dirasa kurang memuaskan, Marquez tak menutup kemungkinan pindah ke tempat lain.

Selain The Baby Alien, ada beberapa rider yang bertahan dengan merek favorit mereka hingga pensiun dari kelas utama. Siapakah para pembalap yang telah menghabiskan seluruh karier mereka dengan pabrikan yang sama?

1. Durasi 6 Musim

Meskipun masih aktif, Takaaki Nakagami jadi bagian dari peringkat ini di mana sudah lima musim bersama Honda di MotoGP dan segera menjalani kontrak keenam hingga akhir 2023. Pilot Jepang bergabung dengan LCR pada 2018 dan tetap bersama tim sejak saat itu, didukung oleh sponsor Idemitsu.

Namun, Nakagami nyaris tersingkir ketika pamor kompatriotnya, Ai Ogura, meroket. Pemuda itu pun menepis tawaran promosi dan memutuskan untuk bertahan selama satu tahun lagi di Moto2. Musim ini jadi periode ujian baginya dan mesti meyakinkan Honda serta sponsor supaya dipertahankan.

Nakagami masih harus menjalani pemulihan panjang sebelum kembali ke kondisi fisik 100 persen, menyusul cedera tangannya yang membutuhkan tiga kali operasi dalam dua bulan.

Kenny Roberts juga telah menghabiskan enam musim bersama Yamaha di kelas 500cc, setelah dua tahun bersama perusahaan Jepang tersebut di kelas 250cc. Ia  menawarkan Yamaha gelar berturut-turut (yang pertama diberikan Giacomo Agostini pada 1975) antara 1978 dan 1980 serta total 22 kemenangan hingga 1983.

Baca Juga:

Tiga keberhasilan lain Yamaha jatuh ke tangan Johnny Cecotto di 1978 dan Jack Middelburg pada 1980. Roberts pensiun pada 1983 dan membentuk tim 250cc sendiri.

Ia diganti Wayne Rainey yang pindah ke kelas 500cc pada 1988, juga dengan Yamaha, dan menjadi runner-up pada musim keduanya. Pilot Amerika Serikat itu kemudian memenangi tiga gelar antara tahun 1990 dan 1992, dan sedang dalam perjalanan menuju gelar keempat pada 1993, musim di mana ia bertarung sengit melawan Kevin Schwantz.

Sayangnya, kecelakaan serius di Misano membuatnya lumpuh dan dengan demikian menghentikan kariernya yang bergelimang kejayaan. Ia juga memiliki enam tahun yang sukses bersama Yamaha.

2. 7 Musim

Franco Uncini melihat kariernya berakhir dengan kecelakaan di Grand Prix Belanda 1983. Ia disenggol Wayne Gardner, secara ajaib ia lolos dari maut dan kembali pada musim berikutnya. Namun, juara dunia 1982 ini akhirnya memutuskan untuk gantung helm tiga musim kemudian, setelah tujuh tahun berkostum Suzuki.

Antara 1992-2013, dia masuk delegasi pembalap sebelum akhirnya ditunjuk sebagai pejabat keselamatan MotoGP untuk FIM. Jabatan ini ditinggalkannya pada akhir musim lalu.

Kenny Roberts

Kenny Roberts

3. 8 Musim

Setelah beberapa balapan untuk Suzuki sekira 1986 dan 1987, Kevin Schwantz menjadi pembalap utama merek tersebut dalam 500cc dari tahun 1988 dan tetap setia hingga 1995, ketika ia memutuskan untuk pensiun karena lelah dengan cedera.

Juara dunia 1993, ia tetap menjadi lawan utama Wayne Rainey, yang kecelakaannya secara tidak langsung berkontribusi pada pengunduran dirinya. Rekor 25 kemenangan dan 51 podium menjadikannya orang Amerika Seikat paling sukses dalam kelas 500cc, di belakang Eddie Lawson.

Meskipun ia tidak mengendarai Yamaha secara berturut-turut selama delapan musim di kelas 500cc, Christian Sarron hanya mengendarai merek Jepang. Pertama, pada 1979 dan kemudian di 1981 sebelum turun lagi ke kelas 350cc dan 250cc, di mana ia memenangi gelar pada 1984.

Ia kembali ke kelas utama pada 1985, memenangi satu balapan tahun itu, serta meraih 17 podium hingga 1990, dan dua kali finis ketiga dalam kejuaraan. Walaupun tidak berhasil mengangkat trofi, ia tetap menjadi salah satu pembalap Prancis yang langka tampil pada level tertinggi dan tidak dapat dipisahkan dari merek Iwata.

4. 9 Musim

Di antara lawan-lawannya, Sarron harus berhadapan dengan Wayne Gardner, yang tiba di 500cc pada 1984 dengan Honda. Keduanya merupakan bagian dari generasi Australia dan AS yang mendominasi kejuaraan selama tahun 80-an dan 90-an.

Pada usia 25 tahun, Gardner memulai debutnya di level tertinggi tanpa perlu masuk ke kelas yang lebih rendah, setelah mencicipi dua balapan 500cc pada tahun sebelumnya. Ia bertahan bersama tim sayap emas selama sembilan musim dan menjadi salah satu pembalap tersukses dengan gelar juara dunia 1987, 18 kemenangan dan 52 podium.

Norick Abe membalap untuk Jepang pada akhir 1990-an dan awal 2000-an. Sebagai pembalap wild card pada 1994, ia membuat tanda dengan memimpin Grand Prix 500cc perdananya. Bahkan saat terjatuh dengan tiga lap tersisa, pria Jepang menggaet kontrak Yamaha untuk musim berikutnya.

Abe bertahan di sana hingga 2002, sebelum menjadi test rider selama satu tahun dan kembali untuk musim terakhir pada 2004. Ia meninggal dunia dalam kecelakaan di jalan raya tiga tahun kemudian, meninggalkan catatan tiga kemenangan dan 17 podium di kelas utama.

Norick Abe

Norick Abe

5. 10 Musim

Hanya empat pembalap yang telah melewati tanda simbolis satu dekade memperkuat satu pabrikan, semuanya dengan Honda. Di antara mereka, Alex Criville, bertahan antara 1992 hingga 2001, setelah sempat membalap untuk berbagai pabrikan dalam kategori yang lebih kecil. Dia adalah pembalap Spanyol pertama dalam sejarah yang dinobatkan sebagai juara dunia 500cc pada akhir 1999.

Criville mengumpulkan 51 podium, termasuk 15 kemenangan di kelas utama, dan dengan demikian membuka jalan bagi seluruh generasi pembalap Iberia yang tiba setelahnya era 2000.

6. 11 Musim

Perwakilan lain dari merek dengan sayap emas, Mick Doohan tetap setia antara 1989 hingga 1999. Mestinya, ia bisa lebih lama lagi di sana tapi takdir berkata lain. Pembalap Australia mengalami kecelakaan di Jerez sehingga dibekap cedera parah.

Meski dipaksan pensiun, ia meninggalkan kejuaraan dengan bangga karena mampu merebut lima titel 500cc, 95 podium termasuk 54 kemenangan.

Cedera pada 2020 di tikungan yang sama dengan Doohan di Jerez, kisah Marquez dan Honda terus berlanjut. Pembalap Spanyol itu sudah menghabiskan 11 musim bersama Honda pada tahap ini.

Ia tiba pada 2013 dan langsung meninggalkan jejaknya, mendominasi MotoGP dan memenangi enam gelar. Dengan salah satu rekor paling mengesankan dalam kategori ini, pembalap #93 akan memulai musim ke-11 bersama pabrikan Jepang, dan secara logis harus meningkatkan jumlah ini karena kontraknya saat ini berjalan hingga akhir 2024.

Ia telah memperingatkan akan mempertimbangkan untuk melangkah lebih jauh jika ia memiliki sarana untuk merebut gelar itu.

7.13 Musim

Pembalap lain dengan umur panjang yang luar biasa dalam sebuah merek, Dani Pedrosa menghabiskan tidak kurang dari 13 musim bersama Honda di MotoGP! Hubungan cintanya dengan HRC semakin indah karena dimulai bahkan sebelum MotoGP sejak 2001 di kelas 125cc.

Dalam lima tahun di kelas ringan, ia memenangi tiga gelar. Pedrosa kemudian membukukan rekor yang lebih mengesankan di kelas premier. Dari 2006 hingga 2018, ia mencetak 112 podium, termasuk 31 kemenangan, dan memperebutkan gelar juara selama sembilan tahun berturut-turut. Meskipun ia tidak pernah memenangi gelar, ia tetap menjadi salah satu pembalap paling berbakat di generasinya.

Pedrosa baru merasakan mesin lain ketika terikat kontrak sebagai test rider bersama KTM.

Dani Pedrosa

Dani Pedrosa

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Persebaran Kru Suzuki di Paddock MotoGP 2023
Artikel berikutnya Yamaha Lihat Situasi Morbidelli dan Marquez Mirip

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia