Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia

Penyebab Rins Gagal Juara Bukan Cuma Mir

Alex Rins punya peluang menjadi juara dunia MotoGP pada 2020. Namun, karena beberapa hal, itu gagal terwujud. Tahun ini, pembalap Suzuki tersebut siap mencoba lagi.

Alex Rins, Team Suzuki MotoGP

Foto oleh: MotoGP

Menurut kepala krunya, Jose Manuel Cazeaux, Rins telah melakukan evaluasi performanya sepanjang musim lalu, mempelajarinya dan berusaha memperbaikinya pada 2021.

"Sulit baginya (menerima kegagalan meraih gelar musim lalu), tetapi pada akhirnya dia bisa terima. Terpenting adalah menganalisis apa yang terjadi. Itu dilakukannya," ujar Cazeaux seperti dilansir Mundo Deportivo.

Seperti diketahui, Rins harus menerima fakta kalah dari rekan setimnya, Joan Mir, yang di luar dugaan berhasil keluar sebagai kampiun MotoGP musim lalu.

Tahun ini, Rins telah mengungkapkan ambisinya untuk merebut gelar dari Mir. Cazeaux tidak menampik kemungkinan hal itu meningkatkan tensi di dalam paddock Suzuki.

Tetapi, pria Argetina yang bakal menjadi satu dari tujuh orang komite ahli Suzuki menyusul hengkangnya Davide Brivio itu tak khawatir. Ia yakin rivalitas Rins dan Mir berjalan sehat.

Musim lalu memang menjadi peluang terbaik Rins untuk meraih gelar setelah promosi ke kelas premier pada 2017. Tetapi cedera dan beberapa insiden menjadi hambatan. 

Pembalap 25 tahun tersebut harus absen pada race pembuka, Grand Prix (GP) Spanyol, di Jerez setelah cedera bahu akibat kecelakaan saat menjalani sesi kualifikasi.

Kemudian Rins juga gagal finis dalam dua balapan, GP Austria serta GP Prancis. Di sisi lain, Mir tampil sangat solid sepanjang musim meski hanya menang sekali.

Baca Juga:

Semua itu dinilai Cazeaux sebagai penyebab Rins gagal juara. Artinya, bukan cuma semata gara-gara Mir anak asuhnya tersebut kehilangan kesempatan menjadi juara.

"Tahun lalu, harga yang dibayar terlalu mahal karena jika tidak dua kali jatuh (di Austria dan Prancis) plus cedera, dia memiliki peluang hingga balapan terakhir," kata Cazeaux.

"Saya tahu Alex melakukan persiapan dengan sangat baik dan cedera di Jerez membuat dia frustrasi. Di Austria dia membuat kesalahan, di Le Mans (Prancis) dia terburu-buru."

Terkait ambisi Rins untuk menjadi pembalap nomor satu Suzuki, Cazeaux mengaku belum mendengarnya. Namun, ia memastikan itu hanya akan terjadi di dalam sirkuit.

"Saya pikir semua pembalap ingin menjadi yang terbaik, nomor 1. Terpenting adalah apa yang ditransmisikan tim kepada mereka, aturam main di garasai kami," tutur Cazeaux.

"Kami menjamin bahwa setiap pembalap mendapatkan perlakuan yang sama. Perbedaan terjadi di trek bukan di garasi. Saya harap akan terus seperti itu."

Rins telah meramaikan MotoGP selama empat musim. Pada tahun debutnya, 2017, ia meraih posisi ke-16. Sejak itu, ia memperlihatkan progres signifikan.

Musim berikutnya Rins menduduki posisi kelima klasemen akhir kemudian peringkat keempat MotoGP 2019 dan urutan ketiga  pada 2020. 

Pembalap Suzuki Ecstar, Alex Rins, bersama kepala krunya, Jose Manuel Cazeaux (kanan), di paddock tim.

Pembalap Suzuki Ecstar, Alex Rins, bersama kepala krunya, Jose Manuel Cazeaux (kanan), di paddock tim.

Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Aleix Espargaro: Aprilia Tunjukkan Perkembangan Menarik
Artikel berikutnya Quartararo Suka Perubahan Tikungan 10 Sirkuit Catalunya

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia