Balapan emosional Dani Pedrosa
Menghadapi akhir pekan terakhirnya sebagai pembalap MotoGP, Dani Pedrosa tak dapat menahan rasa harunya.
Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images
Setelah 18 tahun berkarier, Pedrosa menutup kariernya di Sirkuit Ricardo Tormo, di mana ia juga dinobatkan sebagai Legenda MotoGP beberapa hari sebelumnya.
Balapan ini juga menandakan kali pertama The Little Samurai menuntaskan kejuaraan tanpa podium sejak 2001, sekaligus gagal memperpanjang musim dengan kemenangan beruntun, terhenti pada angka 16.
Meski demikian, pembalap 33 tahun itu tetap mendapatkan sambutan hangat dari anggota tim, keluarga, dan teman-temannya saat kembali menuju pit box.
Jelang balapan, tiga kali juara dunia itu tak bisa menahan rasa harunya, terlebih saat melihat kesedihan dari para penggemar yang memadati tribun Ricardo Tormo.
"Saat saya tiba di pit (setelah balapan), pit box dipenuhi banyak orang. Teman-teman dan keluarga saya, itu adalah saat-saat luar biasa,” ujar Pedrosa.
“Saya sedikit lebih emosional sebelum balapan. Orang-orang mendatangi saya, mendoakan yang terbaik, saya melihat para penggemar, terpancar kesedihan dari mereka karena tidak akan mengalami hal seperti ini (melihat saya balapan) lagi.
”Tentu ayah dan ibu saya juga sangat emosional. Mereka tahu sejak saya lahir betapa saya menyukai (balapan), dan seberapa jauh usaha mereka membawa saya sampai sini, ini adalah hal spesial.”
Start dari posisi kesembilan, Pedrosa sempat berada di posisi keempat saat Red Flag dikibaskan. Namun, ia kesulitan memaksimalkan motornya dalam kondisi trek yang sangat buruk.
Alhasil, sang pembalap Spanyol tak mampu berbuat banyak. Ia akhirnya finis kelima setelah disalip Pol Espargaro dan Michele Pirro.
"Saya baik-baik saja setelah itu, saya tak bisa melakukan apa yang saya inginkan saat balapan. Kondisinya sangat sulit, sangat mudah terjatuh,” tuturnya Pedrosa, yang akan menjadi pembalap tes KTM tahun depan.
“Pada dasarnya, saya mengambang di atas air, tidak berpijak pada permukaan aspal. Tak bisa mengerahkan kemampuan terbaik, saya tahu ketika merebahkan motor, saya akan terjatuh.
"Saya coba untuk tidak terjatuh. Saya tak bisa melakukan segala yang saya ingin kan pada balapan terakhir ini, karena tak memiliki kekuatan untuk melakukannya. Karena itu juga saya tidak menekan pada akhir balapan. Saya tahu saya (sebenarnya) bisa melakukan lebih."
Laporan tambahan oleh Oriol Puigdemont
Be part of Motorsport community
Join the conversationShare Or Save This Story
Subscribe and access Motorsport.com with your ad-blocker.
From Formula 1 to MotoGP we report straight from the paddock because we love our sport, just like you. In order to keep delivering our expert journalism, our website uses advertising. Still, we want to give you the opportunity to enjoy an ad-free and tracker-free website and to continue using your adblocker.
Top Comments