Petrucci Dorong MotoGP Bikin Regulasi Bobot Minimum
Bobot minimum menjadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan pembalap MotoGP terutama yang berpostur jangkung. Danilo Petrucci memberi saran berdasarkan pengalamannya.
Foto oleh: Marc Fleury
Di masa lalu, mantan pembalap Ducati itu termasuk segelintir yang punya postur raksasa. Seiring dengan perkembangan motor MotoGP, ia kesulitan menyesuaikan fisiknya.
Setang dan motor terasa terlalu kecil untuk Petrucci sehingga ia kesulitan ketika berbelok. Selama satu dekade berkiprah di MotoGP, ia baru menang dua kali dan naik podium dalam 10 kesempatan.
Tak salah kalau dia berpendapat pembalap berpostur kecil akan lebih mudah mengebut terutama di bagian lurus.
“Sekarang, jika Anda mungil dan ringan, Anda punya keuntungan. Masalah saya tahun lalu adalah di trek lurus dan handicap 0,2 atau 0,3 detik adalah sesuatu yang tidak bisa Anda biarkan di MotoGP hari ini. Jika bobot Anda kurang dari 10 kg, maka punya keuntungan 0,2 detik di trek lurus, yang mana saat balapan 20 lap bisa lebih cepat hingga empat detik,” pembalap dengan tinggi tubuh 1,81 meter itu mengungkapkan kepada Crash.net.
Diet ketat dan olahraga lebih banyak mau tidak mau dilakukan pembalap dengan tinggi di atas 1,8 meter. Mereka melakukannya supaya bisa menggeber motor sekencang mungkin. Namun, ada efek samping yang dirasakan.
Sebagai informasi, regulasi Moto3 menetapkan berat minimum kombinasi motor, bahan bakar dan pembalap adalah 152 kg. Sedangkan, Moto2 adalah 217 kg.
“Saya kira hal yang tepat untuk dilakukan adalah menetapkan bobot minimum untuk kombinasi pengendara-motor, seperti di Moto2 dan Moto3. Beberapa pembalap yang lebih pendek akan terhukum, tetapi mereka dapat menambah berat dengan menambah otot.
“Itu sangat mudah dilakukan. Jika Anda menambah otot, Anda punya kekuatan lebih dan Anda dapat mengendarai motor lebih baik.
“Tahun lalu, saya memiliki berat 81 kg dengan lemak tubuh 9 persen, yang mana sangat rendah (rata-rata lemak tubuh atlet pria adalah 6-13 persen). Ya, saya bisa menurunkan lagi hingga 75 kg tapi mustahil saya naik motor.
“Saya mencoba pada awal 2018, saya 76 kg saat itu, tapi tak punya energi. Saya ingat selama Desember dan Januari, saya hanya makan kentang dan wortel untuk makan, dengan dua atau tiga potongan brokoli, semua dikukus!
“Saya tiba di Thailand dengan bobot lebih ringan 5 kg. Namun, saya tak mungkin bertahan dalam situasi ini karena perbedaan dengan pembalap teringan masih 15 kg tapi kondisi fisik lebih buruk.”
Petrucci sangat kesal ketika kalah akibat tubuh yang berat dibanding lawan. Evolusi ban pada 2020 menambah rumit permasalahannya.
“Tinggi saya selalu jadi masalah di MotoGP dan menetapkan bobot (pembalap-motor) mungkin sangat membantu untuk beberapa rider yang selama ini mengalami masalah. Ketika Anda tinggal menemukan 0,2-0,3 detik saat berakselerasi di jalur lurus, yang mana dapat mengubah balapan Anda dan kompetisi, jelas itu sangat mengecewakan,” tuturnya.
“Anda bertarung lawan yang terbaik di dunia, semua orang sangat baik dalam semuanya dan kalah hanya karena Anda lebih besar, itu sulit diterima.”
Danilo Petrucci, KTM Tech3
Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images
Be part of Motorsport community
Join the conversationShare Or Save This Story
Subscribe and access Motorsport.com with your ad-blocker.
From Formula 1 to MotoGP we report straight from the paddock because we love our sport, just like you. In order to keep delivering our expert journalism, our website uses advertising. Still, we want to give you the opportunity to enjoy an ad-free and tracker-free website and to continue using your adblocker.
Top Comments