Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia

Polemik Ban Berlanjut, Honda Serang Balik Michelin

Team Manager Honda, Alberto Puig, membalas komentar yang dilontarkan oleh bos Michelin, Piero Taramasso, seputar masalah ban di Grand Prix Indonesia.

Alberto Puig, Repsol Honda Team Team Principal

Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images

Lantaran ban standar 2022 tak dapat meredam suhu panas yang ekstrem saat tes pramusim MotoGP Mandalika, Michelin memilih untuk membawa konstruksi ban yang lebih kaku, yang tidak digunakan sejak musim 2018.

Sementara sebagian besar merasa desain ban yang lebih tua umumnya menawarkan cengkeraman lebih sedikit, tetapi ini mempengaruhi kinerja keseluruhan dari Honda RC213V. Marc Marquez dan Pol Espargaro terseok.

Polyccio sempat khawatir takkan bisa menyelesaikan balapan karena tekanan pada ban depan akibat kurangnya grip belakang, sedangkan The Baby Alien mengalami highside dalam sesi Warm Up, memaksanya absen berlomba.

Dalam pernyataan panjang Honda yang dirilis untuk Motorsport.com, Puig mengatakan bahwa dia merasa keberatan dengan komentar bos Michelin, Piero Taramasso.

“Yah, berbicara terus terang, dan menurut pendapat pribadi dan saya sendiri - saya tidak terlalu terkejut,” ucap pria Spanyol itu.

“Dalam Track Report terakhir saya, saya hanya menyebutkan bahwa kami harus menganalisis situasi dengan Michelin. Itu saja.

“Dan kami melihat bagaimana reaksi Taramasso ketika dimintai pendapat oleh media. Itu tidak perlu sama sekali.

“Agak aneh ketika dia mengatakan, dengan cara yang sopan tentu saja, bahwa Honda tidak tahu bagaimana beradaptasi.

“Honda telah beradaptasi dengan banyak perubahan teknis, termasuk regulasi yang berbeda, ban, ukuran mesin, kelas, dan lain-lain. Sejak awal seri kejuaraan dunia pada1966 dan telah menjadi perusahaan terlama, serta tersukses dalam sejarah GP dengan 25 gelar konstruktor kelas utama dan 21 titel dunia pembalap kelas utama.

“Apakah ini berarti kami tidak tahu bagaimana beradaptasi? Oke, ini pertama kalinya saya mendengar ini.”

Michelin mengungkaokan temuan pada ban didasarkan pada analisis datanya sendiri. Namun, Puig percaya dalam kasus seperti pendapat pembalap berarti lebih dari sekadar garis di komputer, sambil mencatat bahwa Taramasso memiliki mentalitas untuk tidak mengakui kesalahan apa pun.

“Dari pengalaman saya sendiri di balapan, Anda harus berbicara dengan pembalap terlebih dahulu, bukan ke Apple, IBM atau Dell di mana Anda melihat garis di komputer,” tuturnya.

“Anda harus mendengarkan para pembalap dan jika Anda memiliki pembalap yang telah menjadi juara dunia, berkali-kali, Anda dapat berasumsi bahwa pembalap ini adalah orang-orang yang tahu apa yang mereka bicarakan.

“Di paddock ini, pabrikan berbicara dengan pabrikan, pembalap berbicara dengan penyelenggara, IRTA (Asosiasi Tim Balap Internasional) berbicara dengan tim dan berkali-kali kami tidak setuju dalam banyak hal.

“Tetapi selalu dalam batas diskusi dan debat di mana kami berkembang dan menemukan solusi yang baik, yang memungkinkan kami untuk bergerak maju demi kepentingan semua pihak dan olahraga.

“Tuan Taramasso terlihat memiliki mentalitas yang setiap kali seseorang berbicara langsung tentangnya, bannya, dia menjadi hipersensitif, tidak mengakui kesalahan apa pun dari pihaknya dan ini, dari sudut pandang saya, salah dan terlalu radikal.

“Kita semua membuat kesalahan, dia juga.”

Marc Marquez, Repsol Honda Team

Marc Marquez, Repsol Honda Team

Photo by: Gold and Goose / Motorsport Images

Salah satu keluhan yang dicetuskan Tuan Taramasso berasal dari Puig yang tidak mengikuti tes pramusim MotoGP pada Februari lalu, untuk memahami masalah ban Michelin.

Puig – tengah menjalani operasi pada saat tes – menganggap pengalamannya sebagai pembalap memberinya pemahaman yang baik tentang situasi seperti ini. Dia menyoroti fakta bahwa carcass yang dibawa Michelin ke Indonesia dirancang untuk jenis layout sirkuit yang sama sekali berbeda.

“Pemahaman saya, atau kekurangannya, yang disebutkan oleh Tuan Taramasso jelas tidak tepat,” ucapnya.

“Sekadar informasi untuk Tuan Taramasso. Saya membalap selama bertahun-tahun dan bahkan menjalani beberapa balapan yang sangat bagus pada 1990-an, dengan ban Michelin.

“Jadi, saya sangat memahami apa yang dirasakan dan dibutuhkan seorang pembalap dari sebuah ban ketika mereka membalap dengan motor yang menghasilkan lebih dari 200 kilometer per jam.

“Faktanya, Anda hanya bisa memahami ban balap jika Anda pernah balapan.

“Jika Anda berada di kantor atau di depan komputer, Anda dapat memahami beberapa hal, teori, tetapi Anda tidak pernah dapat memahami kenyataan, feeling apa itu ban balap slick.

“Ban yang dibawa Michelin untuk GP Indonesia pernah dipakai di Thailand dan Austria beberapa tahun lalu (2017/2018), trek yang lintasannya lurus panjang.

“Mandalika adalah sirkuit yang sama sekali berbeda. Ini adalah trek di mana Anda tidak memiliki banyak trek lurus yang panjang dan di mana motornya hampir selalu membawa beberapa sudut miring atau dengan beberapa tikungan.

“Trek seperti ini membutuhkan grip yang baik, Anda jelas tidak membutuhkan ban yang keras di trek jenis ini.

Carcass yang lebih tua ini memiliki, dan memiliki, masalah sendiri terutama seputar suhu ban.

“Kita dapat melihat bahwa selama akhir pekan Mandalika sebagian besar kecelakaan terjadi pada dua lap pertama. Masalah yang umum terjadi pada ban 2018 ini dan mengapa Michelin mengembangkan ban baru.

“Selanjutnya, Anda harus mengembangkan mesin MotoGP di sekitar ban musim itu, jadi ketika Anda tiba-tiba mengganti ban ke ban yang tidak dirancang untuk motor (baru), itu sangat memperumit situasi semua tim. Honda bukan satu-satunya pabrikan yang menemukan kecepatan dan feeling pembalap mereka tiba-tiba hilang selama akhir pekan GP Indonesia.”

Marc Marquez, Repsol Honda Team after his crash

Marc Marquez, Repsol Honda Team after his crash

Photo by: Gold and Goose / Motorsport Images

Dikarenakan kondisi trek di tikungan terakhir Sirkuit Mandalika, perlombaan Pertamina Grand Prix of Indonesia dipangkas dari 27 lap menjadi 20 lap.

Puig percaya itu bisa menjadi pilihan pertama untuk mengatasi masalah ban sepanjang tes MotoGP Mandalika. Dia juga menyarankan flag-to-flag, seperti yang terjadi di Australia 2013 dan Argentina 2016, ketika masalah ban memicu masalah keselamatan.

Lebih lanjut, Puig merasa bahwa komentar Marquez dan Espargaro tentang usia ban Michelin oleh Taramasso disalahartikan sebagai tidak terlalu menghormati mereka.

Adapun, highside yang dialami Marquez adalah akibat dari bagian belakang motor Honda. Untuk kasus ini, Puig menegaskan Michelin tak sepenuhnya harus disalahkan atas insiden tersebut.

“Tidak, sama sekali tidak,” katanya ketika ditanya apakah kecelakaan Marquez sepenuhnya kesalahan ban.

“Saya tidak pernah mengatakan itu. Saya mengatakan bahwa kita harus memahami situasi sepenuhnya dan berbicara dengan Michelin untuk kejelasan dan untuk memahami apa rencananya jika situasi seperti ini terjadi lagi.

“Tapi Tuan Taramasso bereaksi berlebihan terhadap kata-kata saya. Saya selalu menganggap Michelin sebagai perusahaan yang sangat maju secara teknis, pemimpin industri dalam pengembangan ban balap untuk mobil dan motor.

“Mereka ahli dalam kompetisi dan telah menghabiskan bertahun-tahun bekerja untuk dan mencapai kesuksesan besar di bidang mereka, serta telah menghasilkan bahan yang sangat bagus selama tahun-tahun balap ini.

Baca Juga:

“Saya telah terlibat dalam balap selama bertahun-tahun dan dengan ini saya dapat memahami, bahwa ketika seorang pembalap jatuh dan tidak ada masalah mekanis yang jelas, maka itu adalah kesalahan pembalap.

“Tetapi dalam semua kecelakaan, ada elemen yang berkontribusi terhadap kecelakaan dan ban adalah bagian dari persamaan.

“Jika Tuan Taramasso tidak dapat memahami atau menerima ini, maka saya tidak memahami mentalitas atau pendekatannya. Anda tahu, ada banyak orang di paddock ini yang berbicara sepanjang hari, terus-menerus membicarakan segalanya.

“Ini bukan kasus saya. Saya tidak banyak bicara. Saya hanya berbicara ketika saya diminta untuk berbicara, atau ketika saya memiliki sesuatu untuk dikatakan. Situasi di Mandalika adalah kasus seperti itu dan satu-satunya hal yang saya katakan adalah bahwa kami berencana untuk berbicara secara mendalam dengan Michelin.

“Itulah intinya. Ada reaksi yang hampir tidak dapat dipercaya untuk ingin lebih memahami situasinya.

“Tuan Taramasso harus memahami bahwa jika beberapa pembalap saya memiliki masalah atau keraguan tentang apa pun tentang motor kami, itu adalah tugas saya, tanggung jawab saya, sebagai Manajer Tim untuk menyelidiki masalah ini dan memberikan solusi kepada pembalap saya.

"Saya mengerti ini adalah pekerjaan saya. Saya melakukannya dengan cara ini dan saya tidak akan berubah.”

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Kembalinya Marc Marquez Ambisi Alberto Puig
Artikel berikutnya Duo Tech3 Minim Pengalaman ke Termas de Rio Hondo

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia