Reputasi Rossi Membuat Quartararo Tertekan
Fabio Quartararo memimpin klasemen Kejuaraan Dunia MotoGP 2021 dengan keunggulan hingga 34 poin. Namun, ada satu faktor yang membuatnya tertekan.
Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images
Pada paruh pertama sebagai pembalap tim pabrikan Yamaha di MotoGP, Fabio Quartararo mampu menunjukkan performa konsisten. Di antara sembilan balapan yang sudah digelar, Quartararo mampu memenangi empat dan dua finis podium lainnya (semua ketiga).
Namun begitu, pembalap asal Prancis, 22 tahun, itu mengaku masih ada satu hal yang membuat dirinya tertekan.
“Jujur, saya tidak merasa mendapatkan tekanan dari dalam tim sejak awal tahun. Namun, banyak tekanan datang dari luar. Meskipun sudah mencoba tidak mendengarkan, Anda sulit untuk menghindarinya,” ucap Quartararo.
Seperti diketahui, mulai MotoGP 2021, Quartararo memperkuat skuad pabrikan Monster Energy Yamaha MotoGP. Di tim tersebut, Quartararo menggantikan pembalap idolanya saat masih kecil, juara dunia sembilan kali Valentino Rossi.
Selama 15 musim memperkuat tim pabrikan Yamaha di MotoGP (2004-2010, 2013-2020), Rossi mampu merebut 56 kemenangan, total 142 podium, dan 35 pole position untuk mengangkat empat gelar juara dunia MotoGP (2004, 2005, 2008, 2009).
Fabio Quartararo, Yamaha Factory Racing
Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images
“Anda menggantikan posisi raja, Rossi. Secara tidak sadar, tentu akan selalu ada tekanan,” kata Quartararo tentang pembalap 42 tahun yang musim ini menggantikan posisinya di tim satelit Petronas Yamaha SRT.
“Belum lagi komentar dari sejumlah media yang menyebut saya harus mampu hebat, saya memiliki posisi penting di tim, dan sebagainya.”
Setelah hanya finis kelima dengan Yamaha YZR-M1 milik tim pabrikan pada lomba pertama, GP Qatar, Quartararo baru bisa sedikit lega setelah memenangi balapan kedua, GP Doha, yang masih berlangsung di Sirkuit Losail.
“Saya sangat senang dengan kemenangan di Doha itu. Sejak saat itu, semua komentar soal saya berkurang drastis,” ucap Quartararo.
Pada MotoGP 2020 lalu yang hanya berlangsung 14 lomba karena pandemi Covid-19, Quartararo berada di peringkat kedua pada pertengahan musim dan sudah memenangi dua dari tujuh balapan yang digelar.
Setelah memenangi lomba pertama di paruh kedua musim 2020, GP Catalunya, dan finis P9 di Prancis, Quartararo sempat memimpin klasemen.
Namun, performa Quartararo anjlok di GP Aragon dan setelahnya. Ia yang semula difavoritkan juara akhirnya hanya finis di peringkat kedelapan klasemen akhir MotoGP 2020.
“Kemenangan di Portimao tahun ini sangat penting karena musim 2020 lalu GP Portugal bencana bagi saya. Saat itu saya tidak lagi fokus karena sudah kehilangan peluang gelar. Tahun ini, situasinya berbeda karena saya sudah memimpin mulai awal musim,” katanya.
Setelah merebut total enam podium dalam sembilan balapan paruh pertama musim, El Diablo mampu berada di puncak klasemen dan unggul 34 poin atas rival terdekat sekaligus kompatriotnya, Johann Zarco (Pramac Racing-Ducati).
“Musim lalu, saya sudah melakukan awalan bagus tetapi tidak mampu mempertahankan sampai akhir. Kini, saya merasa dalam momen terbaik sepanjang karier. Saya memiliki kepercayaan diri lebih tinggi,” kata pembalap yang debut di MotoGP pada 2019 itu.
“Johann sangat kuat. Demikian pula dengan Ducati. Namun, dengan kepercayaan diri yang bagus, saya mampu tampil lebih cepat. Saya ingin mempertahankan momentum ini sampai balapan terakhir musim ini.”
Be part of Motorsport community
Join the conversationShare Or Save This Story
Subscribe and access Motorsport.com with your ad-blocker.
From Formula 1 to MotoGP we report straight from the paddock because we love our sport, just like you. In order to keep delivering our expert journalism, our website uses advertising. Still, we want to give you the opportunity to enjoy an ad-free and tracker-free website and to continue using your adblocker.
Top Comments