Senjata Terakhir Fabio Quartararo Selamatkan Titel MotoGP
Dari segi motor, Yamaha sudah jelas kalah kompetitif dibandingkan Ducati. Namun, juara dunia bertahan Fabio Quartararo masih punya amunisi untuk pertahankan gelar juara dunia.
Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images
Kegagalan mencetak poin di Grand Prix Australia, telah membuat puncak klasemen diambil alih Francesco Bagnaia. Sang rival mampu membalikkan ketertinggalan, dari 91 poin menjadi keunggulan 14 poin atas Quartararo.
Dengan tersisa dua balapan, GP Malaysia merupakan match point pertama Pecco dalam mengunci gelar MotoGP 2022. Ditunjang layout Sepang yang cenderung untungkan Desmosedici GP, perjuangan #20 terasa begitu berat.
Situasi seakan tak berpihak kepada Quartararo, yang hanya mampu menempati start P12 serta menderita cedera patah tulang jari tangan kirinya, walau ditegaskannya cedera ini tidak akan mengganggu performa saat perlombaan.
Menengok sedikit ke belakang, menurunnya kinerja Quartararo pada paruh kedua musim sebenarnya bukan murni disebabkan sang pembalap. Yamaha melakukan kesalahan dengan tekanan ban di GP Thailand.
Kemudian di Aragon, Quartarato tak dapat menghindari kontak dengan Marc Marquez. Sementara di Phillip Island, kurangnya grip dan top speed YZR-M1 memicu bencana yang berujung pada crash El Diablo.
Jika berhasil rebut podium di Mugello serta Red Bull Ring, dua trek ini adalah teritorial skuad Borgo Panigale, itu karena Quartararo yang telah habis-habisan dan melewati limit demi meminimalkan kerugian.
“Saya berkendara melampaui batas, tapi bagi saya ini bukan masalah,” tutur pemuda asal Prancis itu.
“Masalahnya adalah kami berkendara dengan cara yang berbeda dari yang lain. Jadi, ketika saya sendirian, Anda selalu dapat melihat kecepatan saya sangat kuat. Lalu ketika kami berada dalam balapan, itu selalu sulit.
“Saya kira perlu membuat motor yang – untuk masa depan – bisa cocok untuk memenangi balapan. Kami tidak perlu terlalu memikirkan untuk memiliki corner speed sebanyak mungkin. Ini tentang menyesuaikan motor dengan yang lain.”
Fabio Quartararo, Yamaha Factory Racing
Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images
Minggu (23/10/2022) hari ini, GP Malaysia kemungkinan akan menyulitkan pabrikan garpu tala. Trek lurus yang panjang dan zona akselerasi yang keras bakal memudahkan Ducati, jika Quartararo tidak dapat kencang selepas start.
Satu keuntungan yang bisa dimiliki Quartararo adalah Yamaha saat tes pramusim Sepang belum benar-benar berkembang. Secara teori, #20 seharusnya bisa memanfatkaan evolusi YZR-M1 sekarang.
Apalagi, di sisi lain, Bagnaia telah berbicara beberapa kali tentang bagaimana dirinya membutuhkan waktu lebih lama untuk menyiapkan Desmosedici GP22 daripada kebanyakan pada akhir pekan grand prix lainnya.
Quartararo harus memanfaatkan ini. Tetapi, senjata utama yang dimiliki El Diablo dalam perjuangannya untuk mempertahankan mahkotanya adalah pikirannya.
“Fabio sangat kuat secara mental,” kata test rider Yamaha, Cal Crutchlow awal musim ini.
“Posisinya di kejuaraan… ya, motornya bagus di banyak area. Tapi saya pikir dia benar-benar membalap – mungkin tidak di atas apa yang dia punya – tapi dia membalap dengan sangat baik.
“Yang banyak membedakannya adalah pola pikirnya, kepercayaan dirinya pada motor dan feeeling. Dia tidak begitu mudah untuk goyah Jika sesuatu terjadi, dia akan melupakannya dan terus maju.”
Quartararo diketahui memang bekerja dengan seorang psikolog olahraga setelah alami masa-masa sulit dalam kariernya, seperti titik nadir di awal Moto2 2019, atau saat kehilangan gelar juara MotoGP 2020.
Menggunakan latihan mental untuk menenangkan diri dalam momen sulit merupakan kunci kesuksesan Quartararo merebut titel musim lalu.
Dan tahun ini, dia fokus terhadap titik-titik kekuatan Yamaha, agar bisa dimanfaatkan dengan baik, alih-alih mengeluhkan tentang kurangnya tenaga YZR-M1.
“Sebenarnya, 2020 itu mental dan teknis. Sekarang, secara mental, saya tidak merasa seperti saya terlalu banyak berpikir. Jadi, saya tidak merasa seperti tahun 2020 di sisi mental,” tuturnya.
“Saya hanya berusaha melakukan yang terbaik. Saya terlalu banyak mengesampingkan dan risiko melakukan kesalahan sangat dekat. Jadi, itulah yang terjadi hari ini (DNF di Phillip Island).
“Sebenarnya, ketika Anda perlu menghemat ban dan Anda kehilangan grip serta akselerasi, itu bukan yang terbaik. Hari ini, saya membuat kesalahan dengan mengerem terlalu keras dan melebar di Tikungan 4. Tapi ini adalah hal yang perlu kami pahami. Kami butuh lebih banyak grip belakang, karena kami perlu menghemat ban dan berkendara secara terbaik.”
Keunggulan mental diperkuat oleh fakta bahwa Quartararo pernah berada dalam situasi, di mana gelar juara dunia MotoGP dipertaruhkan. Sedangkan rivalnya, Bagnaia, belum pernah.
Kendati demikian, Pecco terus-menerus menekankan, dia pergi ke Sepang tanpa memikirkan match point pertamanya. “Jika saya memikirkan tekanan, saya akan mulai merasakan tekanan.”
Be part of Motorsport community
Join the conversationShare Or Save This Story
Subscribe and access Motorsport.com with your ad-blocker.
From Formula 1 to MotoGP we report straight from the paddock because we love our sport, just like you. In order to keep delivering our expert journalism, our website uses advertising. Still, we want to give you the opportunity to enjoy an ad-free and tracker-free website and to continue using your adblocker.
Top Comments