Sirkuit di Indonesia Tak Bisa Sekadar Bangun Lalu Selesai
Indonesia tengah berusaha merampungkan pembangunan Sirkuit Mandalika sehingga bisa menggelar MotoGP dan WSBK 2021. Namun, itu bukan trek pertama di Tanah Air yang ingin menjadi tuan rumah balap internasional.
Foto oleh: Two Wheel Motor Racing Photo
Sebelum Sirkuit Jalan Raya Mandalika (4,31 km), Indonesia telah membangun sejumlah trek, baik yang permanen ataupun mengusung konsep street circuit (sirkuit jalan raya).
Salah satunya Sirkuit Internasional Sentul, Bogor (3,96 km), yang pernah menjadi tuan rumah untuk event balap kelas dunia, termasuk MotoGP pada musim 1996 dan 1997 silam.
Ketika itu, Mick Doohan memenangi Grand Prix (GP) Indonesia 1996 kelas 500cc. Sedangkan Valentino Rossi, masih 18 tahun, jadi pemenang kategori 125cc pada 1997.
Pada 2015, sempat muncul keinginan membawa kembali MotoGP ke Sirkuit Sentul. Namun batal karena Dorna Sports menganggap trek legendaris itu tak lagi memenuhi syarat.
Lalu, ada Sirkuit Jakabaring (4,31 km) di Palembang yang dirancang oleh arsitek top Jerman, Hermann Tilke dan disiapkan untuk MotoGP. Pengerjaan rencananya dimulai pada 2017.
Tetapi, keinginan melangsungkan Kejuaraan Dunia Balap Motor paling bergengsi tersebut di Jakabaring menguap. Kesulitan mencari investor membuat pembangunan trek mandek.
Padahal Tilke menilai Jakabaring maupun Sentul sama-sama memiliki potensi bagus serta bisa menantang bila berhasil dibuat menjadi trek modern untuk MotoGP, bahkan F1.
"Saya selalu menjalin kontak dengan pengelola kedua sirkuit tersebut. Namun hingga sekarang belum jelas. Saya tidak tahu apa masalahnya, mungkin urusan politik," ujar Tilke, yang dikenal sebagai arsitek sirkuit kepercayaan FIA, seperti dilansir Bolasport.com.
Kini, Indonesia memilih mewujudkan proyek ambisius lainnya, untuk membangun sirkuit baru dengan pemandangan fantastis di kawasan Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Sirkuit Jalan Raya Mandalika itu menjadi bukti bila mimpi untuk bisa kembali melangsungkan gelaran balap internasional, dalam hal ini MotoGP, belum sepenuhnya sirna.
Pembangunan Sirkuit Mandalika dimulai sejak 2019 dan sampai hari ini masih berjalan. Kabar terakhir, pengerjaan trek sudah masuk tahap pengaspalan lapisan pertama (AC-Base).
Mandalika Grand Prix Association (MGPA), selaku operator lokal, mengabarkan sirkuit telah mencapai progres lebih dari 50 persen dan menargetkan rampung pada Juni 2021.
Pemandangan Sirkuit Mandalika, Lombok, NTB, Indonesia, yang terletak di pesisir pantai.
Foto oleh: Indonesia Tourism Development Corporation / Instagram @itdc_id
Peluang pencinta balap di Tanah Air untuk menyaksikan para pembalap top beraksi di Sirkuit Mandalika mungkin bisa terwujud dalam waktu dekat.
Tetapi, masalah lain bakal menjadi pekerjaan rumah bagi pihak-pihak terkait dengan Sirkuit Mandalika, yakni tentang perawatan dan pengelolaan trek.
Bila Sirkuit Mandalika telah lolos homologasi IMI dan FIM serta didapuk sebagai salah satu tuan rumah MotoGP atau event balap dunia lainnya, maintenance (pemeliharaan) sangat vital.
Sirkuit tak bisa sekadar dibangun lalu selesai. Karena trek tidak setiap hari menggelar balapan, perawatan rutin dibutuhkan agar sirkuit tetap terjaga dan itu butuh biaya besar.
Tentunya publik tak ingin melihat lagi ada trek di Indonesia yang bernasib seperti Sirkuit Lippo Village International Formula (3,2 km), yang sekarang tinggal sejarahnya saja.
Terletak di kawasan Karawaci, Tangerang, Sirkuit Lippo Village dirancang pada tahun 2008 oleh Hermann Tilke sebagai street circuit, konsep yang juga diusung Mandalika.
Sirkuit tersebut tadinya dibuat untuk menjadi tuan rumah A1 Grand Prix 2008-2009. Tetapi, dibatalkan karena hingga tenggat waktu yang ditentukan trek belum siap.
Pembangunan Sirkuit Mandalika, Lombok, NTB, Indonesia, terus dikebut sehingga bisa menjadi tuan rumah MotoGP 2021.
Foto oleh: Mrk1 Consulting
Padahal, Sirkuit Lippo Village berada di lokasi yang sangat strategis dan diproyeksikan sebagai trek kelas internasional di Tanah Air seperti halnya Sentul di Jawa Barat.
Lintasan sempat dipakai untuk melangsungkan beberapa acara balap lokal selama awal 2010-an. Tetapi Sirkuit Lippo Village, praktis tidak berfungsi lagi pada tahun 2012.
Kini sebagian besar area trek digunakan untuk mengakomodasi Universitas Pelita Harapan sebagai tempat parkir dan untuk perluasan kampus, termasuk bangunan paddock.
Pemeliharaan Sirkuit Sentul mungkin contoh yang baik. Pihak pengelola, PT Sarana Sirkuitindo Utama, menggandeng Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dan PT Pertamina (BUMN).
Sentul mengoptimalkan proyek maintenance lintasannya dengan aspal yang diproduksi oleh Pertamina, sebagai perusahaan energi yang juga membuat produk asphalt.
Intinya, sinergi serta kolaborasi antara pengelola, pemerintah daerah dan pusat diperlukan demi menjaga kelangsungan sirkuit. Sehingga dapat rutin menggelar balapan MotoGP atau F1.
Be part of Motorsport community
Join the conversationShare Or Save This Story
Subscribe and access Motorsport.com with your ad-blocker.
From Formula 1 to MotoGP we report straight from the paddock because we love our sport, just like you. In order to keep delivering our expert journalism, our website uses advertising. Still, we want to give you the opportunity to enjoy an ad-free and tracker-free website and to continue using your adblocker.
Top Comments