Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia

Stoner Lebih Hebat Kendalikan Motor daripada Elektronik

Cristian Gabarrini, manajer teknik Francesco Bagnaia, pernah menjadi rekan kerja Casey Stoner. Ia menyoroti bagaimana pembalap Australia itu lebih efektif dalam mengelola konsumsi bahan bakar daripada perangkat elektronik yang digunakannya untuk memenangi gelar MotoGP pertamanya.

Casey Stoner, Marlboro Ducati Desmosedici

Casey Stoner, Marlboro Ducati Desmosedici

Andre Vor / Sutton Images

Gabarrini adalah pemain kunci dalam karier Casey Stoner, yang mempersembahkan mahkota MotoGP pertama Ducati (2007), sebelum menemaninya ke Honda, di mana ia mengulangi kemenangan pada 2011.

Ketika Stoner memilih pensiun, Gabarrini kembali ke Ducati untuk bertanggung jawab atas bagian teknis bengkel Jorge Lorenzo(2018).

Promosi Pecco Bagnaia ke kelas utama, dengan Pramac Racing, membuat insinyur itu mendapatkan kepercayaan dari rider asal Turin. Sejak saat itu, keduanya tak terpisahkan dan sukses merayakan titel kedua Ducati dalam kategori premier.

Berkat bakat dan konsistensi pembalap #63 dan pengalaman serta sentuhan dari track engineer-nya, Bagnaia memenangi lebih banyak balapan daripada siapa pun (tujuh) di grid MotoGP 2022. Pecco melakukan comeback terhebat dalam sejarah seri ini, 91 poin atas Fabio Quartararo, juara yang sebelumnya.

Ditanya tentang perbedaan antara bekerja dengan Bagnaia dan Stoner, Gabarrini menegaskan bahwa mereka tak berhubungan satu sama lain. Walaupun, pembalap Australia mampu mengumpulkan sepuluh kemenangan, tiga lebih banyak dari sang juara baru.

Ketika diminta untuk mengidentifikasi mana dari dua Ducati yang memiliki keunggulan terbesar dibandingkan prototipe lainnya, teknisi lebih memilih untuk tidak terlalu detail. Namun, ia menyoroti seluk-beluk Desmosedici GP7 itu, yang mengejar merek-merek lainnya di tahun pertama produksi prototipe 800cc.

Baca Juga:

Salah satu langkah yang diperkenalkan bersamaan dengan transisi adalah pembatasan penggunaan bahan bakar, yang berubah dari 22 liter menjadi 21 liter.

"Pada saat itu, elektronik tidak berkembang seperti sekarang, jadi apa yang harus kami lakukan adalah tidak terlalu bergantung padanya, hapus elektronik," kata Gabarrini kepada Motorsport.com.

Artinya ada ketepatan luar biasa dari pembalap #27 dalam penanganan dan manajemen throttle, membuatnya lebih efektif daripada control unit yang digunakan pada saat itu, sesuatu yang diperkuat oleh rekannya, anggota HRC ketika Stoner sampai di sana pada tahun 2011.

"Ketika Casey tiba di Honda, ia meminta agar bisa memegang kendali throttle, dan bagaimana ia berkomunikasi dengan mesin. Pada saat itu, dia lebih efektif karena dia memotong gas lebih cepat daripada yang bisa dilakukan mesin dan elektronik,” tambah sumber berkualitas ini, yang tidak lagi bekerja di Honda.

"Ducati 2007 adalah sepeda motor ekstrem, dengan mesin yang sangat kuat, tetapi hampir tidak bisa dikendarai. Mesin itu sangat haus akan bensin, banyak sekali yang dikonsumsi," lanjut Gabarrini.

Langkah maju yang diambil dalam mengelola mesin dan bahan bakar dalam beberapa tahun terakhir terbukti ampuh untuk membuat Desmosedici kompetitif.

“Selama bertahun-tahun, manajemen mesin telah disetel dengan baik, itulah sebabnya Ducati sekarang menjadi salah satu motor terbaik di grid,” ujarnya.

Race winner Casey Stoner celebrates

Race winner Casey Stoner celebrates

Foto oleh: Ducati Corse

Casey Stoner, Ducati

Casey Stoner, Ducati

Foto oleh: Martin Heath / Motorsport Images

Casey Stoner, Marlboro Ducati Desmosedici

Casey Stoner, Marlboro Ducati Desmosedici

Foto oleh: Andre Vor / Sutton Images

Casey Stoner, Marlboro Ducati Desmosedici

Casey Stoner, Marlboro Ducati Desmosedici

Foto oleh: Andre Vor / Sutton Images

Casey Stoner, Ducati Marlboro Team

Casey Stoner, Ducati Marlboro Team

Foto oleh: Andre Vor / Sutton Images

Casey Stoner, Ducati Marlboro Team Ducati Desmosedici

Casey Stoner, Ducati Marlboro Team Ducati Desmosedici

Foto oleh: Andre Vor / Sutton Images

Remy Gardner, KTM Tech3, Casey Stoner

Remy Gardner, KTM Tech3, Casey Stoner

Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images

Remy Gardner, KTM Tech3, Mick Doohan, Casey Stoner

Remy Gardner, KTM Tech3, Mick Doohan, Casey Stoner

Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images

Francesco Bagnaia, Ducati Team, Casey Stoner

Francesco Bagnaia, Ducati Team, Casey Stoner

Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images

Francesco Bagnaia, Ducati Team, Casey Stoner

Francesco Bagnaia, Ducati Team, Casey Stoner

Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images

Francesco Bagnaia, Ducati Team, Casey Stoner

Francesco Bagnaia, Ducati Team, Casey Stoner

Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images

Rossi, Lorenzo, Stoner, Francia 2012

Rossi, Lorenzo, Stoner, Francia 2012

12

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Pol Espargaro: Honda Buang Waktu dan Uang untuk Saya
Artikel berikutnya Kiat Sukses Bagnaia, Hadapi Kelemahan Lalu Cari Solusi

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia