Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia

Stoner: Harusnya Rossi Tak Bikin Banyak Musuh

Menurut Casey Stoner mantan rivalnya di MotoGP, Valentino Rossi, bisa meraih sepuluh gelar juara dunia, jika tidak memiliki banyak musuh.

Podium: race winner Valentino Rossi, Fiat Yamaha Team, third place Casey Stoner, Ducati Marlboro Tea

Foto oleh: Yamaha Motor Racing

Valentino Rossi akhirnya memutuskan untuk mengakhiri kariernya di MotoGP pada akhir musim lalu. Selama 26 musim turun di Kejuaraan Dunia Balap Motor, pembalap yang dijuluki The Doctor itu meraih sembilan gelar juara dunia (125cc 1997, 250cc 1999, 500cc 2001, MotoGP 2002-2005, 2008, 2009).

Rossi juga dikenal sebagai pembalap yang ramah dengan para rider muda. Itu terbukti dengan kehadiran akademi dan tim VR46 yang didirikan serta dibina olehnya.

Namun, siapa sangka ternyata Rossi memiliki banyak musuh di grid MotoGP saat masih aktif balapan. Pembalap-pembalap yang pernah merasakan rivalitas sengit dan keras dengan rider asal Italia ini antara lain Max Biaggi, Casey Stoner, Jorge Lorenzo, dan Marc Marquez.

Terkadang rival-rival Rossi kerap termakan permainan pikirannya (mind games). Pada saat permainan pikiran sang pembalap menghibur penggemarnya, justru itu membuat lawan-lawannya di MotoGP semakin termotivasi untuk menjatuhkan Rossi.

Itulah yang menurut Casey Stoner membuat rider veteran tersebut gagal meraih gelar juara ke-10. Legenda MotoGP asal Australia itu juga merasa tidak dihormati oleh Rossi.

Baca Juga:

"Benar-benar situasi yang sulit. Kami bisa saja menghormati satu sama lain. Saya menghormatinya tapi ia tidak menghormati saya," ujar Casey Stoner, juara dunia MotoGP 2007 (bersama tim pabrikan Ducati) dan 2011 (Repsol Honda).

"Valentino (Rossi) orang yang baik. Dia ramah terhadap saya saat baru sampai MotoGP. Tapi pada saat saya menjadi lawannya, dia berubah dan menjadikan saya musuh.

"Itulah yang saya rasa menjadi kesalahan terbesarnya, memunculkan banyak musuh. Dia menjadikan saya dan Marc (Marquez) musuh. Dia seharusnya tidak melakukan itu. Jika saja dia tidak menjadikan kami musuh, dia mungkin akan lebih sukses," ujar pemenang 38 Grand Prix di MotoGP tersebut.

Ya, Rossi di akhir kariernya memiliki hubungan yang kurang harmonis dengan Marquez. Insiden terbesar antar keduanya terjadi di MotoGP Malaysia musim 2015, yang kini dikenal sebagai Sepang Clash.

"Setelah ia melakukan itu, Marc membuat karier Valentino penuh dengan masalah. Seharusnya ia tidak menjadikan Marc musuh, karena itu membuatnya gagal juara," ujar Casey Stoner, yang hingga kini masih menjadi satu-satunya juara dunia MotoGP dari Ducati.

"Itu hal yang buruk untuk dilakukan. Jika Anda melakukan itu, tentu orang-orang akan berusaha semaksimal mungkin untuk menjatuhkan Anda. Jika saja dia memiliki lebih sedikit musuh, mungkin ceritanya akan berbeda."

Valentino Rossi, Yamaha Factory Racing, Marc Marquez, Repsol Honda Team

Valentino Rossi, Yamaha Factory Racing, Marc Marquez, Repsol Honda Team

Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Komisi Grand Prix Ubah Aturan Hasil Balapan Red Flag
Artikel berikutnya Jorge Martin Takkan Terpaku Kejar Posisi di Tim Pabrikan Ducati

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia