Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia
Special feature

Sulitnya memburu gelar kedelapan (Bagian 1)

Jika seorang pembalap mengoleksi tujuh gelar juara di level tertinggi, jelas mereka masuk jajaran pembalap terbaik dunia.

Marc Marquez, Repsol Honda Team, Valentino Rossi, Yamaha Factory Racing crash

Marc Marquez, Repsol Honda Team, Valentino Rossi, Yamaha Factory Racing crash

Gold and Goose / Motorsport Images

Torehan tujuh gelar sejatinya telah menjadikan seorang pembalap sebagai ikon balap dunia, serta status pembalap terbaik sepanjang masa di tiap-tiap disiplin. Namun, ada satu hal yang tetap menghantui mereka, yakni ambisi gelar kedelapan.

Banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut, seperti kemunculan rival yang lebih muda, dinamika dari kompetisi itu sendiri, atau mengalami kecelakaan fatal sebelum ambisi gelar kedelapan tercapai.

Valentino Rossi

Tak butuh waktu lama setelah pensiunnya Mick Doohan, kejuaraan dunia Grand Prix memiliki ikon jelang era baru, Valentino Rossi. Pembalap muda dengan tampilan nyentrik, disertai talenta jauh di atas rata-rata.

Debut kelas premier tahun 2000, The Doctor menjadi bintang dengan gelar juara dunia terakhir 500cc (2001), berlanjut dengan dominasi musim pertama MotoGP (2002).

Reputasinya semakin melonjak kala pindah dari Honda menuju Yamaha, dan menjadi juara dunia beruntun dengan dua pabrikan berbeda tahun 2003-2004.

Musim 2009, ia menegaskan eksistensi sebagai pembalap terbaik sepanjang masa dengan titel ketujuh pada level tertinggi Grand Prix, 500cc/MotoGP. Namun, itu menjadi gelar terakhirnya sampai saat ini.

The Doctor mengalami cedera Tibia dan Fibula kaki kanannya setelah kecelakaan parah pada sesi latihan MotoGP Italia 2010, dan harus absen empat balapan.

Di saat bersamaan, rekan satu timnya, Jorge Lorenzo, tampil kuat dengan merengkuh gelar musim 2010, panasnya hubungan Rossi dengan X-Fuera memaksa The Doctor hijrah ke Ducati.

Dua musim membela Ducati, Rossi tak bisa menjinakkan Desmosedici GP. Pembalap yang identik dengan nomor #46 itu hanya mengemas tiga podium, Le Mans 2011-2012, dan Misano 2012, ia kembali ke Yamaha setelahnya.

Hubungan Rossi-Lorenzo kembali memburuk tahun 2015, kala itu The Doctor hanya berjarak lima poin dari gelar kedelapannya. Saat itu juga, ia mendapat rival baru, Marc Marquez.

Konflik keduanya dimulai pada MotoGP Malaysia, yang kini dikenal dengan Sepang Clash. Tak jarang Rossi mengkritik Marquez, yang 14 tahun lebih muda darinya, sebagai pembalap yang agresif dan tidak memiliki rasa hormat.

Hubungan keduanya kembali memanas pada MotoGP Argentina 2018, saat Marquez menyenggol Rossi hingga terjatuh. Gestur The Doctor, yang menolak jabat tangan pembalap sang pembalap Honda saat konferensi pers jelang MotoGP San Marino menegaskan rivalitas keduanya belum usai.

Selain hadirnya Lorenzo-Marquez, duet Repsol Honda saat ini, buruknya performa YZR-M1 jadi faktor lain yang membuat gelar kedelapan jauh dari jangkauan Rossi.

Sejak Lorenzo pindah meninggalkan Yamaha, tak bisa dipungkiri YZR-M1 sedikit tertinggal dari Honda-Ducati, yang mendominasi dua musim terakhir. Tak jarang Rossi dan rekan satu tim barunya, Maverick Vinales, mendesak timnya segera meningkatkan performa motor.

Buruknya performa motor bahkan sempat membuat skuat Iwata mengalami fase tanpa kemenangan, yang terhenti setelah Vinales berjaya di Phillip Island.

Tangguhnya rival, ditambah performa motor yang tak kunjung membaik, membuat Rossi semakin jauh dari gelar kedelapan. Bos Repsol Honda, Alberto Puig, pun menganggap The Doctor telah habis.

Baca Juga:

Namun, tak sedikit juga yang memuji kemampuan Rossi untuk tetap kompetitif dengan umurnya saat ini. Ya, 16 Februari mendatang ia genap berusia 40 tahun.

Masih memiliki kontrak dua tahun bersama Yamaha, akankah The Doctor merengkuh gelar kedelapan di level tertinggi Grand Prix, menyamai rekor Giacomo Agostini?

Statistik Valentino Rossi di 500cc/MotoGP (2000-...):

Balapan 322
Pole 55
Menang 89
Podium 196
FL 75
Poin 5128
Gelar juara dunia 500cc (2001), MotoGP (2002, 2003, 2004, 2005, 2008, 2009)
Valentino Rossi, Honda

Valentino Rossi, Honda

Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images

Valentino Rossi, Honda, Max Biaggi, Yamaha

Valentino Rossi, Honda, Max Biaggi, Yamaha

Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images

Race winner Valentino Rossi

Race winner Valentino Rossi

Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images

Valentino Rossi

Valentino Rossi

Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images

Valentino Rossi

Valentino Rossi

Foto oleh: Gauloises Fortuna Racing

Winner Valentino Rossi, Yamaha Factory Racing

Winner Valentino Rossi, Yamaha Factory Racing

Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images

Race winner Valentino Rossi celebrates

Race winner Valentino Rossi celebrates

Foto oleh: Yamaha Motor Racing

2009 MotoGP champion Valentino Rossi, Fiat Yamaha Team celebrates

2009 MotoGP champion Valentino Rossi, Fiat Yamaha Team celebrates

Foto oleh: Yamaha Motor Racing

Jorge Lorenzo, Fiat Yamaha Team, Valentino Rossi, Fiat Yamaha Team

Jorge Lorenzo, Fiat Yamaha Team, Valentino Rossi, Fiat Yamaha Team

Foto oleh: Yamaha Motor Racing

Marc Marquez, Repsol Honda Team, Valentino Rossi, Yamaha Factory Racing crash

Marc Marquez, Repsol Honda Team, Valentino Rossi, Yamaha Factory Racing crash

Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images

10

Jimmie Johnson

Meraih empat gelar NASCAR Cup Series bersama Jeff Gordon, Rick Hendrick menambah jumlah tim di Hendrick Motorsport, dari dua tim menjadi tiga tim full-time. 

Setelah berbincang dengan Gordon, yang juga menjadi pemilik tim baru tersebut, keduanya sepakat menunjuk Jimmie Johnson sebagai pembalap baru Hendrick Motorsport.

Johnson mendapatkan mobil bekas Gordon dan salah satu anggota pertama Rainbow Warriors (kru pit Gordon), Chad Knaus, sebagai kepala kru. Tim dengan nomor #48 itu disponsori Lowe’s, dan memulai debut musim 2002.

Dua kali jadi runner-up (2003-2004), Johnson akhirnya menorehkan gelar pertamanya pada musim 2006, saat Cup Series telah menggunakan format Chase.

Gelar tersebut jadi pembuka dari lima gelar beruntun, yang didapatnya dalam kurun 2006-2010. Dominasinya dihentikan Tony Stewart yang menjadi juara musim 2011, dilanjutkan Brad Keselowski (2012).

Tahun 2013, Johnson kembali berjaya dengan menorehkan gelar keenam. Namun, performarnya menurun dua musim setelahnya, dan terlempar dari lima besar klasemen, ke-11 (2014), dan ke-10 (2015).

Ambisinya menyamai Dale Earnhardt dan Richard Petty akhirnya terwujud tahun 2016, Johnson memenangi babak final four di Homestead Miami Speedway, memberinya gelar ketujuh.

Setelah itu, Toyota dan Ford mendominasi NASCAR dengan Martin Truex Jr. (2017) dan Joey Logano (2018) menjuarai Cup Series. Di saat bersamaan, performa Johnson kembali menurun drastis.

Mobil baru musim 2018, Chevrolet Camaro ZL1, justru membuatnya semakin terbenam. Untuk pertama kali sejak musim debutnya, Johnson tidak sekalipun menyambangi Victory Lane.

Masa depannya semakin abu-abu setelah Lowe’s, sponsornya sejak tahun 2002, meninggalkan tim #48. Begitupun Knaus, yang musim 2019 akan mendampingi William Byron, Rookie of The Year 2018.

Sama seperti Rossi, tak sedikit orang yang beranggapan era Johnson telah selesai. Salah satunya saat balapan Charlotte Roval, di mana ia menabrak Truex jelang bendera kotak-kotak dikibaskan.

Mengomentari hal tersebut, Johnson melalui akun Twitter miliknya, dengan tegas menyatakan dirinya belum habis, dan masih berambisi mengejar gelar kedelapan.

 

Baca Juga:

Dengan sponsor baru, perusahaan finansial Ally, dan kepala kru baru, Kevin Meendering, pembalap 43 tahun itu memiliki motivasi ekstra untuk memburu gelar kedelapan, dan membuktikan dirinya belum habis.

Statistik Jimmie Johnson di NASCAR Cup Series (2001-...):

Balapan 615
Pole 35
Menang 83
Top 5 224
Top 10 352
Daytona 500 2 (2006,2013)
Gelar NASCAR Cup Series 7 (2006, 2007, 2008, 2009, 2010, 2013, 2016)
Jimmie Johnson dan Matt Kenseth

Jimmie Johnson dan Matt Kenseth

Foto oleh: Richard Sloop

Jimmie Johnson merayakan kemenangan

Jimmie Johnson merayakan kemenangan

Foto oleh: Greg Gage

Pemenang Daytona 500 2006, Jimmie Johnson

Pemenang Daytona 500 2006, Jimmie Johnson

Foto oleh: Eric Gilbert

Juara NASCAR Nextel Cup 2006, Jimmie Johnson

Juara NASCAR Nextel Cup 2006, Jimmie Johnson

Foto oleh: Getty Images

Juara NASCAR Nextel Cup 2007, Jimmie Johnson

Juara NASCAR Nextel Cup 2007, Jimmie Johnson

Foto oleh: Getty Images

Juara NASCAR Sprint Cup 2010, Jimmie Johnson

Juara NASCAR Sprint Cup 2010, Jimmie Johnson

Foto oleh: Motorsport.com / ASP Inc.

Jimmie Johnson dengan lima trofi NASCAR Cup Series

Jimmie Johnson dengan lima trofi NASCAR Cup Series

Foto oleh: Motorsport.com / ASP Inc.

Jimmie Johnson, tujuh kali juara NASCAR Cup Series

Jimmie Johnson, tujuh kali juara NASCAR Cup Series

Foto oleh: NASCAR Media

Martin Truex Jr., Furniture Row Racing, Toyota Camry Auto-Owners Insurance, Jimmie Johnson, Hendrick Motorsports, Chevrolet Camaro Lowe's for Pros

Martin Truex Jr., Furniture Row Racing, Toyota Camry Auto-Owners Insurance, Jimmie Johnson, Hendrick Motorsports, Chevrolet Camaro Lowe's for Pros

Jimmie Johnson, Hendrick Motorsports, Chevrolet Camaro Lowe's Rookie Throwback

Jimmie Johnson, Hendrick Motorsports, Chevrolet Camaro Lowe's Rookie Throwback

Foto oleh: Nigel Kinrade / NKP / Motorsport Images

10

Setelah Rossi dan Johnson, akan ada tiga sosok lagi yang akan dibahas pada bagian selanjutnya, ingin tahu siapa saja? Simak terus konten terbaru Motorsport.com Indonesia.

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Kenapa tak ada lagi pembalap Amerika di MotoGP?
Artikel berikutnya Crutchlow bisa rebut titel MotoGP 2020

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia