Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia

Nakagami: Daijiro Kato dan Shoya Tomizawa adalah Panutan Saya

Sebagai satu-satunya pembalap asal Jepang di MotoGP, Takaaki Nakagami berbicara soal rekan senegara yang menjadi panutannya dan memiliki kekaguman besar pada Daijiro Kato dan Shoya Tomizawa.

Takaaki Nakagami, Team LCR Honda

Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images

Salah satu adegan paling emosional di MotoGP 2020 adalah ketika Nakagami berhenti di lokasi insiden yang menewaskan Shoya Tomizawa setelah Grand Prix San Marino. Di sana, ia seperti mendoakan mendiang sahabatnya yang meninggal 10 tahun lalu.

Satu-satunya wakil Jepang di MotoGP, Nakagami merasa berkewajiban melanjutkan peran Tomizawa di kelas premier.

Namun, Tomizawa bukan menjadi satu-satunya panutan bagi Nakagami, karena ia juga melihat Daijiro Kato sebagai sosok yang patut dicontoh.

“Ada banyak pembalap yang menginspirasi saya. Ketika masih kecil, saya selalu menyaksikan kejuaraan dunia, baik itu 125cc, 250cc dan 500cc,” kata Nakagami.

“Sulit untuk memilih satu pembalap, tapi Daijiro Kato tetap menjadi idola saya hingga saat ini. Dia memenangi banyak balapan dan menjadi juara dunia kelas 250cc.”

Daijiro Kato, Honda

Daijiro Kato, Honda

Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images

Pada 90-an, Kato beberapa kali naik podium dengan status pembalap wildcard di Suzuka dan juga berhasil meraih dua kemenangan. Hal itu membuatnya mendapat kesempatan turun sepenuhnya di kelas 250cc pada 2000.

Satu tahun berikutnya, Kato berhasil menjadi juara dunia dengan meraih 11 kemenangan dan unggul 49 poin dari rivalnya di urutan kedua.

Pada 2002, Kato dipromosikan ke kelas premier. Di tahun berikutnya, ia mengalami kecelakaan besar di Suzuka, dan itu membuatnya meninggal dunia di usia 26 tahun.

“Sayang, Kato mengalami insiden serius di Suzuka pada 2003. Saya berada di sana dan tidak memercayainya. Hingga sekarang, Daijiro selalu ada dalam pikiran saya,” ujar Nakagami.

 “Tentu saja, sahabat saya, Shoya Tomizawa, juga saya jadikan panutan.”

Baca Juga:

Sekadar informasi, Tomizawa kehilangan nyawanya pada 2010 lalu, setelah tak dapat melakukan pengereman di Sirkuit Misano yang membuatnya menghantam dinding pembatas dalam kecepatan tinggi.

Pria yang meninggal di usia 19 tahun itu menjadi pemenang pertama saat 250cc beralih ke era Moto2 pada 2010. Saat itu, Nakagami tak satu trek dengan Tomizawa karena baru kembali ke kejuaraan dunia pada 2012.

Mengenang Tomizawa, Nakagami memiliki perasaan yang sangat istimewa ketika melakoni Grand Prix San Marino.

“Jadi, saya tidak bisa menyebutkan satu pembalap,” kata Nakagami ketika menjawab pertanyaan untuk memilih satu pembalap Jepang paling berpengaruh di kariernya.

“Ada banyak pembalap kuat dari Jepang di masa lalu dan saya sangat menghormati mereka masing-masing.”

Shoya Tomizawa

Shoya Tomizawa in der tragischen Moto2-Saison 2010

Foto: Gold and Goose / Motorsport Images

 

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya 9 Februari, Ducati Rilis Desmosedici 2021 Secara Virtual
Artikel berikutnya Beirer: Kami Harus Konsisten Finis di Tiga Besar

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia