Tanpa Poin di Assen, Yamaha Ikuti Rekor Negatif Honda
Kegagalan Fabio Quartararo merebut poin di MotoGP Belanda seolah menguak krisis di Yamaha karena tiga pembalap lainnya tak mampu menembus 15 besar (zona poin).
Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images
Dua pabrikan terbesar di kelas MotoGP, Honda dan Yamaha, sama-sama mengalami nasib serupa dalam dua balapan beruntun, GP Jerman dan GP Belanda.
Di Sachsenring, sepekan lalu, Honda sama sekali tidak mampu merebut poin. Sesuatu yang tidak pernah dialami pabrikan terbesar di kelas premier dalam 40 tahun terakhir! Tepatnya saat para pembalap Honda memboikot lomba kelas 500cc GP Prancis 1982 karena menilai Sirkuit Nogaro tidak aman.
Pada hari Minggu (26/6/2022), giliran pabrikan Jepang lainnya, Yamaha, yang tidak mampu merebut poin di kelas MotoGP. Ini kali pertama dialami pabrikan asal Iwata tersebut tidak mampu merebut poin di kelas tertinggi sejak 1989.
Pada Grand Prix of the Nations 1989, putaran kelima musim tersebut, tidak satu pun pembalap pemakai Yamaha YZR500 yang mampu finis 10 besar (zona poin saat itu) kelas 500cc di Circuito Internazionale Santa Monica, Misano, Italia.
Saat itu, tiga pembalap pemakai Honda, yakni Pierfrancesco Chili (HB Honda Gallina Team), Simon Buckbaster (Racing Team Katayama), dan Michael Rudroff (HRK Motors) berhasil naik podium GP Delle Nazioni.
Ketika itu, keenam pembalap Yamaha, yakni Christian Sarron (Sonauto Gauloises Blondes Yamaha Mobil 1), Alessandro Valesi (Team Iberia), Norihiko Fujiwara (Yamaha Motor Company), Freddie Spencer dan Nial Mackenzie (Marlboro Yamaha Team Agostini) serta Waine Rainey (Team Lucky Strike Roberts) tidak mampu finis karena kecelakaan atau masalah teknis.
Sejak saat itu, Yamaha selalu merebut poin – paling tidak satu – dalam 544 balapan kelas premier Kejuaraan Dunia Motor sampai GP Belanda 2022.
Franco Morbidelli, Yamaha Factory Racing
Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images
Jika mengacu pembalap yang memakai sasis dan mesin 100% buatan Yamaha, hasil lomba GP Jerman 1994 juga menjadi noda. Ketika itu, tiga pembalap yang memakai sasis-mesin buatan Yamaha tidak mampu finis di kelas 500cc.
Duet tim pabrikan Marlboro Team Roberts mengalami masalah berbeda: Luca Cadalora tidak bisa start (DNS) sedangkan Daryl Beattie retired karena kehabisan bahan bakar. Adapun pembalap tim satelit Jeremy McWilliams (Millar Racing) mengalami kecelakaan.
Kendati begitu, beberapa pembalap tim privat Yamaha yang turun dengan sasis berbeda, mampu finis di 15 besar alias zona poin. Enam pembalap ROC Yamaha dan dua andalan Harris Yamaha berhasil finis beruntun di P8 sampai P15.
Darryn Binder, RNF MotoGP Racing
Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images
Terlepas dari apa yang menjadi referensi kegagalan Yamaha merebut poin di kelas utama, GP Jerman 1994 atau GP of Nations 1989, apa yang terjadi di Assen pada Minggu siang tetap bakal masuk dalam sejarah buruk pabrikan berlogo tiga garpu tala tersebut.
Pasalnya, sejak kelas utama berganti nama dan teknis dari 500cc menjadi MotoGP sejak 2002, baru kali ini Yamaha YZR-M1 tidak mampu merebut poin.
Seusai lomba MotoGP Belanda, andalan tim pabrikan Fabio Quartararo (Monster Energy Yamaha MotoGP) mengakui melakukan kesalahan kelas rookie.
Andrea Dovizioso, RNF MotoGP Racing
Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images
Rekan setimnya, Franco Morbidelli, menerima dua long lap penalty. Hukuman kedua diberikan karena ia tidak menjalani sanksi pertama setelah tiga lap, sesuai regulasi. Morbidelli akhirnya mundur pada lap kedelapan.
Masih di lap yang sama, Darryn Binder (WithU Yamaha RNF MotoGP) mengalami selip dan terjatuh di sebuah tikungan. Rekan setim Binder yang juga runner-up MotoGP 2017, 2018, dan 2019 Andrea Dovizioso, hanya mampu finis di P16.
Situasi yang dialami Yamaha mungkin tidak sepelik Honda. Namun, tidak bisa dipungkiri bila kedua pabrikan Jepang penguasa MotoGP tersebut harus rela melihat Ducati dan Aprilia mendominasi GP Belanda 2022.
Be part of Motorsport community
Join the conversationShare Or Save This Story
Subscribe and access Motorsport.com with your ad-blocker.
From Formula 1 to MotoGP we report straight from the paddock because we love our sport, just like you. In order to keep delivering our expert journalism, our website uses advertising. Still, we want to give you the opportunity to enjoy an ad-free and tracker-free website and to continue using your adblocker.
Top Comments