Target Valentino Rossi di Balapan Penutup Kariernya
Meski targetnya meleset, Valentino Rossi tetap gembira dengan rapornya di MotoGP Algarve, Minggu (7/11/2021). Ia bertekad menorehkan hasil bagus dalam duel perpisahan di Valencia.
Valentino Rossi, Petronas Yamaha SRT
Gold and Goose / Motorsport Images
Pembalap Petronas Yamaha SRT itu start dari P16 di Portimao 2. The Doctor berhasil menghindari insiden dan menyingkirkan lawan sehingga menjangkau urutan ke-13.
Dalam dua balapan terakhirnya, bagi Rossi sangat penting menikmati setiap momen termasuk duel dengan adik tirinya, Luca Marini.
“Target pertama adalah mencetak poin dan kami berhasil mencapainya. Balapan sangat cepat dan saya menjaga pace bagus sepanjang waktu, dibandingkan saat latihan,” ia mengungkapkan.
“Saya mampu melakukan overtaking, kemudian saya berada di belakang adik saya, Luca, dia sangat kencang. Kami punya balapan bagus bersama-sama. Pada akhirnya, saya bisa mencoba menyerangnya, tapi kemudian, red flag muncul.
“Tapi tak masalah seperti itu, karena kami sudah mendapat poin. Langkah tidak buruk. Itu adalah balapan positif.”
Tinggal punya satu balapan lagi, Rossi mengaku sedikit kecewa jika melihat perjalanannya musim ini. Dia mengaku penampilannya di bawah ekspektasi dengan YZR-M1 2021.
“Bagi saya, sangat penting meraih hasil, kalau Anda dapat berjuang di podium atau lima terbaik. Musim ini, sangat sulit bagi kami. Saya perkirakan bisa lebih bagus. Jadi pensiun adalah keputusan yang tepat,” ujarnya.
“Hanya tinggal satu balapan tersisa, di satu sisi terasa sangat sedih karena hidup saya berubah tahun depan. Tapi, pada sisi lain, bagus juga karena musim ini sangat menuntut dan levelnya sangat tinggi.
“Valencia selalu jadi trek sulit bagi kami, tapi saya ingin fokus dan mencoba mencetak beberapa poin di sana.”
VR46 musim ini berada di posisi ke-20, lebih rendah lima tingkat dari sebelumnya.
Valentino Rossi, Petronas Yamaha SRT
Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images
Super License
Rossi menyaksikan mantan anak didiknya Dennis Foggia gagal meraih gelar juara dunia Moto3 karena terlibat insiden dengan Darryn Binder. Alhasil, Pedro Acosta yang mengukir sejarah dan menyamai rekor Loris Capirossi sebagai juara pada tahun debut di kelas bawah grand prix.
Francesco Bagnaia menilai perlu aturan super license seperti yang diterapkan di Formula 1 untuk mencegah situasi serupa terulang ke depannya.
“Apa yang terjadi dengan Foggia, saya pikir itu tidak salah. Menuntaskan kompetisi seperti itu sangat sulit dicerna,” kata Rossi.
“Tak tahu apa diperlukan super license, tapi tentu saja ada pembalap lain, seperti Binder yang selalu sangat agresif. Tapi saya selalu seperti itu, jadi bukan kejutan. Menurut saya, yang terpenting, bicara antar pembalap, untuk memastikan bahwa saat di lintasan, semua harus saling menghormati lawan.
“Terutama kalau dua pembalap masih tampil di kejuaraan dunia, yang bekerja sepanjang tahun dan melihat musim mereka hancur tanpa alasan pada balapan kedua terakhir. Saya tak tahu apakah masuk akal punya super license.”
Be part of Motorsport community
Join the conversationShare Or Save This Story
Subscribe and access Motorsport.com with your ad-blocker.
From Formula 1 to MotoGP we report straight from the paddock because we love our sport, just like you. In order to keep delivering our expert journalism, our website uses advertising. Still, we want to give you the opportunity to enjoy an ad-free and tracker-free website and to continue using your adblocker.
Top Comments