Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia

Razlan Razali: Seharusnya Saya Tidak Merekrut Valentino Rossi

Razlan Razali menyesal telah memboyong Valentino Rossi ke Petronas SRT Yamaha. Itu adalah salah satu dari beberapa hal yang ingin diubahnya selama MotoGP musim lalu.

Razlan Razali

Razlan Razali

Gold and Goose / Motorsport Images

Musim 2021 sangat berat bagi Razali dan koleganya di Petronas SRT. Negosiasi dengan perusahaan minyak Malaysia menemui jalan buntu.

Setelah keinginan mendapat investasi lebih besar kandas, kabar buruk menghampiri. Petronas menarik diri dari MotoGP dengan alasan kesulitan finansial akibat pandemi Covid-19.

Prestasi pun terjun bebas dibandingkan musim 2020, saat mereka jadi tim terbaik kedua MotoGP di belakang Suzuki. Dua pembalapnya, Franco Morbidelli dan Fabio Quartararo, mempersembahkan enam kemenangan serta dua podium.

Sedangkan tahun ini, mereka merosot ke peringkat 10 dari 11 tim. Hanya ada Tech3 KTM yang paling buruk.

Melihat lagi ke belakang, Razali mengungkapkan ada beberapa hal yang membuatnya kecewa dan ingin diperbaiki kalau bisa.

“Jika saya bisa memutar waktu, saya ingin memutuskan pada Juni 2021 untuk menerima tawaran kontrak pertama dari Petronas. Tapi, saya ingin bernegosiasi untuk lebih banyak uang,” ujarnya kepada Speedweek.

Ia pun mengisahkan sempat skeptis dengan ide merekrut Rossi. Namun, setelah melihat sang juara dunia itu naik podium ketiga pada balapan kedua musim 2020 di Jerez, Razali pun mengabaikan instingnya.

Baca Juga:

Pemilik tim baru MotoGP, RNF Racing, itu menjalin kesepakatan dengan Yamaha dan bersedia menampung Rossi.

“Sejujurnya, saya seharusnya tidak mendatangkan Valentino! Selalu ada asumsi bahwa kami tak punya pilihan kecuali merekrut Valentino pada 2021,” katanya.

“Asumsinya adalah kami di bawah tekanan dari Yamaha. Tapi tidak, sama sekali tidak ada tekanan.

“Secara pribadi, saya skeptis hingga Valentino berada di podium ketiga, bersama Fabio Quartararo dan Maverick VInalez di GP Jerez pada Juli 2020. Ketika saya ada di podium bersama ketiga pembalap, saya pun berpikir, ‘Ok, mungkin pembalap ini bisa berhasil’.”

Rasa optimistis berganti dengan kekhawatiran ketika melihat rapor Rossi usai absen karena terpapar Covid-19. Jika sebelumnya, The Doctor rutin tembus 10 besar, setelah melewatkan GP Aragon dan Teruel, hanya mampu bertengger di peringkat ke-12 dalam dua duel penutup. Namun, ia tak bisa berbuat apa –apa.

“Setelah itu, hasil Valentino jadi buruk. Tapi pada titik ini, keputusan untuk Valentino sudah terlanjur diambil.”

Benar saja, Rossi tak bisa menaklukkan YZR-M1 2021. Pencapaian terbaiknya empat kali masuk 10 besar (3 peringkat 10, 1 posisi 8). Ia menutup karier di MotoGP dengan peringkat ke-20 dalam klasemen.

Razali punya analisis sendiri mengenai performa pembalap yang memutuskan pensiun tersebut.

“Saya kira, Valentino menempatkan dirinya di bawah tekanan. Pembalap muda lebih kencang. Valentino sebenarnya mencatatkan best lap lebih baik dibanding masa lalu,” ia mengungkapkan.

“Namun, itu tidak cukup. Dia mau sukses, hati dan pikirannya siap untuk itu, tapi badannya tidak sejalan.”

Valentino Rossi, Petronas Yamaha SRT

Valentino Rossi, Petronas Yamaha SRT

Foto oleh: Dorna

 

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Jorge Lorenzo Nilai Yamaha Belum Selevel Ducati
Artikel berikutnya Shinichi Sahara: MotoGP Musim 2021 Sulit bagi Suzuki

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia