Valentino Rossi bisa juara dunia. Bagaimana caranya?
Kendati masih terlalu dini, Loris Capirossi menilai Valentino Rossi berpeluang merengkuh gelar ke-10. Syaratnya, The Doctor tak boleh membuat kesalahan seperti musim lalu.
Foto oleh: Yamaha MotoGP
Pada 2016, Rossi masuk kandidat favorit juara dunia. Namun, ia tercatat empat kali tidak finis balapan. Tiga di antaranya karena membuat kesalahan sehingga terjatuh saat balapan, yakni di Austin, Assen dan Motegi.
Sedangkan, di Mugello, pembalap Italia itu dilanda masalah kegagalan mesin pada Yamaha YZR-M1 yang dikendarainya – ketika bertarung sengit melawan mantan rekan satu tim Jorge Lorenzo.
Kini, tiga balapan telah berlalu dan Rossi memimpin puncak klasemen sementara dengan torehan 56 poin. Unggul enam poin atas Maverick Vinales, serta 18 poin dengan Marc Marquez.
Capirossi menekankan, bahwa konsistensi merupakan kunci penting bagi The Doctor dalam pertarungan melawan Vinales dan Marquez, tentunya perebutan gelar juara MotoGP 2017.
“Tahun ini, (Rossi) mungkin sedikit kurang cepat untuk benar-benar memaksakan diri dalam pertarungan antara Marquez dan Vinales," kata pria berusia 44 tahun itu kepada media Italia, Radio 24.
“Tapi pada beberapa kesempatan, dia akan berada di sana bersama mereka untuk bertarung memperebutkan kemenangan.
“Dia juga akan mampu memenangi beberapa balapan. Apa yang penting adalah dia tidak membuat kesalahan seperti musim lalu.
“Dia harus konsisten dan finis di semua balapan. Lalu, kami akan melihat berapa jumlah poin yang dia cetak pada akhir tahun.”
Harus mulai menang
Pernyataan senada turut dilontarkan manajer Andrea Iannone, Carlo Pernat. Kemenangan menjadi tuntutan utama bagi Rossi, jika pembalap Italia ini masih ingin menjadi juara dunia.
Finis podium boleh saja hal apik. Namun, itu akan menjadi sia-sia jika Rossi tak mampu memenangi balapan, terutama mengalahkan Vinales dan Marquez.
“Vale adalah orang yang aneh. Dia tidak akan secepat dua rivalnya, sebagian karena usia, tapi dia cerdas dan cerdik,” tukas Pernat kepada GP One.
“Sekarang gilirannya, karena dia harus mulai menang dan dia tidak bisa selalu puas finis kedua dan ketiga. Di Eropa, dia memiliki trek yang menguntungkannya.
“Ingat juga, bahwa dia lebih kompetitif dibandingkan Maverick dalam kondisi basah, di mana Marc terlalu sering terjatuh, terutama saat latihan. Saya tidak mengerti ketika dia (Marquez) mengatakan Honda tidak cepat, karena yang lain tidak jauh berbeda.”
Be part of Motorsport community
Join the conversationShare Or Save This Story
Subscribe and access Motorsport.com with your ad-blocker.
From Formula 1 to MotoGP we report straight from the paddock because we love our sport, just like you. In order to keep delivering our expert journalism, our website uses advertising. Still, we want to give you the opportunity to enjoy an ad-free and tracker-free website and to continue using your adblocker.
Top Comments