Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia
Special feature

Alan Kulwicki: Sang ‘Underbird’ yang melegenda

Memperingati 25 tahun wafatnya Alan Kulwicki pada 1 April lalu, berikut kami tampilkan kilas balik kariernya di NASCAR, dan apa yang membuatnya sangat spesial.

Alan Kulwicki Champion

1993 menjadi tahun kelabu bagi NASCAR, kala itu Kulwicki, sang juara bertahan Cup Series, meninggal setelah mengalami kecelakaan pesawat.

Kejadian tragis ini terjadi hanya beberapa bulan setelah Hooters 500, balapan pamungkas musim 1992 yang menghadirkan pertarungan tiga pembalap antara Kulwicki, Bill Elliott, serta Davey Allison.

Pada balapan itu, Kulwicki finis kedua, dan memimpin 103 lap. Itu cukup untuk memastikan poin tambahan demi mengalahkan pembalap Junior Johnson, Bill Elliott yang memenangi balapan dengan memimpin 102 lap.

Lahir pada 19 Desember 1954 di Greenfield, Wisconsin, Kulwicki memulai balapan kart sejak umur 13 tahun, namun karier balapnya baru benar-benar dimulai pada 1980, tiga tahun setelah menyelesaikan kuliah jurusan Teknik Mesin di University of Wisconsin-Milwaukee.

Tekad untuk sukses

Selama hidupnya, Kulwicki dikenal memiliki determinasi tinggi, dan selalu ingin melakukan segala sesuatu dengan caranya sendiri, dan mengharapkan usaha maksimal sepanjang waktu dari orang-orang disekitarnya.

“Ia memiliki cara untuk membuat semua orang di sekitarnya lebih baik dan bekerja lebih keras,” ujar Wayne Estes, Presiden dan General Manager Sebring International Raceway, yang kala itu menjabat sebagai Public Relation Ford.

“Semua kru nya bekerja keras dan menjadi lebih baik dalam pekerjaanya, begitupun saya, sebagai PR dengan berada di sekitar Alan.”

Beberapa tahun berkutat di kejuaraan yang lebih kecil, seperti USAC Stock Car Series atau ASA, Kulwicki mendapat kesempatan pertama membalap di NASCAR pada 1984. Saat itu, ia mengikuti enam balapan Busch Series (setara dengan Xfinity Series) dengan raihan terbaik kedua di Milwaukee.

Hasil tersebut cukup baginya untuk mencuri perhatian salah satu pemilik tim Cup Series, Bill Terry. Ia pun mendapat promosi dengan mengikuti lima balapan musim 1985, hasil terbaiknya finis ke-13 di Charlotte.

Tahun berikutnya, Terry menghentikan operasional timnya, membuat Kulwicki harus menjalankan timnya sendiri pada musim penuh pertamanya di Cup Series.

Meski hanya memiliki dua orang pegawai penuh-waktu, serta sponsor kecil, Kulwicki mampu menggondol gelar Rookie of The Year bermodalkan anggaran hanya 30 persen dari tim lainnya.

“Kami melihat tulisan [tentang mesin] di tembok saat kami bekerja untuk Alan,” kenang Paul Andrews, Crew Chief yang mendampingi Kulwicki sejak 1988. “Anda dapat melihat betapa berbakatnya seorang pembalap dan teknisi yang bekerja dengannya di bengkel."

Andrews masih sangat mengingat bagaimana dirinya bekerja dengan Kulwicki, dan bagaimana ia berkembang dalam posisi itu.

“Saya merasa Alan mempekerjakan orang berdasarkan potensi yang harus mereka penuhi, dan sesuai dengan keperluan timnya,” ucapnya.

“Saya belum memenuhi syarat sebagai crew chief saat mulai (bekerja dengan Kulwicki), tapi ia melihat saya memiliki potensi dan memberi saya kesempatan.

Tidak semua orang mampu bekerjasama dengan Kulwicki, salah satunya adalah Ray Evernham. Direkrut pada 1991, Evernham hanya bertahan enam pekan sebelum hijrah ke Hendrick Motorsport, ia meraih kesuksesan bersama Jeff Gordon dengan tiga gelar Cup Series (1995,1997 dan 1998).

Mampu menyusun strategi sambil membalap

Memiliki pengetahuan yang dalam terkait mesin menjadi salah satu aset berharga bagi Kulwicki, ia mampu menganalisa mobil lebih dalam kala bertarung dengan kecepatan tinggi di tengah lintasan.

“Kami terkadang ada dalam balapan di mana Alan yang menentukan jumlah bahan bakar dalam mobil, dan berpikir apa yang harus dilakukan pada mobil saat pit stop berikutnya,” jelas Andrews.

“Ia bahkan memperhitungkan berapa lap yang diperlukan untuk memimpin balapan terakhir di 1992 sembari bertarung untuk kejuaraan. Ia memiliki kempampuan untuk melakukan semua itu di balik kemudi mobil.”

"The Underbird"

Kulwicki kerap memposisikan dirinya sebagai pembalap yang tidak diunggulkan. Puncaknya terjadi saat balapan terakhir 1992, di mana ia meminta Ford untuk mengganti nama mobilnya dari Thunderbird menjadi Underbird.

"Saya telah menjadi underdog pada sebagian besar karier saya," akunya. "Saya tidak memilih untuk seperti ini, namun itu yang terjadi. Saya membentuk tim saya sendiri karena tidak ada tawaran dari tim lain."

Memenangi balapan pertamanya di Phoenix tahun 1988, Kulwicki memperoleh tawaran dari tim yang lebih baik secara finansial, khususnya Junior Johnson pada awal 1990an. Namun ia memilih untuk bertahan dengan timnya, yang sudah dibangun dengan susah payah.

“Saya tahu Junior, Bud Moore, dan Wood Brothers meinginkan Alan untuk membalap bersama mereka,” terang Estes.

“Alan hampir bergabung dengan Junior, namun akibat kekeliruan masalah sponsorship, ia menolaknya, dan tidak mendapat sponsor bagi timnya. Setelah itu, saya bertanya kepada Alan mengapa ia menolak tawaran itu saat berada di bengkelnya.

“Ia menjawab ‘Lihatlah sekitar sini, saya memiliki staff yang lengkap dengan bengkel yang bagus. Saya datang ke sini (North Carolina) dengan pickup dan trailer, saya membangun semua ini dan saya tidak bisa meninggalkannya.’ ”

Layak masuk Hall of Fame

Meski pencapaiannya tidak sehebat kandidat Hall of Fame lainnya, Kulwicki pantas diabadikan dalam NASCAR Hall of Fame di Charlotte, North Carolina.

“Apa yang dilakukan dalam kariernya, khususnya memenangi kejuaraan, sangat tidak diperkirakan dan saya rasa Anda tidak akan pernah melihat apa yang dicapainya,” terang Estes.

Bagi Tom Roberts, Public Relations-nya kala itu, ini lebih tentang bagaimana Kulwicki menuju puncak dibanding caranya memenangi gelar 1992.

“Bagi pembalap sekaligus pemilik tim yang memiliki sumber daya terbatas sepertinya, dan mencapai apa yang dilakukannya benar-benar mengatakan betapa hebat dirinya, tutur Roberts.

“Terutama tekadnya untuk sukses dengan caranya sendiri, saat ia mampu melakukannya melalui cara yang lebih mudah. Yaitu dengan membalap dengan orang lain.

“Ia sangat bertekad untuk melakukan denan caranya sendiri, dan ia melakukannya. Itulah sesuatu yang membuatnya layak masuk NASCAR Hall of Fame.

“Alan adalah orang yang spesial, dan tidak akan ada pembalap lain yang memiliki semua talenta yang dimilikinya untuk membalap dan juga memperhitungkan apa yang harus dilakukan untuk menang.

“Ia melakukan pekerjaan yang saat ini mungkin dikerjakan oleh empat atau lima orang, talenta seperti ini hanya ada satu kali seumur hidup.”

Race winner Alan Kulwicki
Alan Kulwicki
Alan Kulwicki
Alan Kulwicki
Alan Kulwicki
Alan Kulwicki battles with Bill Elliott
Alan Kulwicki pits
Alan Kulwicki Champion
Alan Kulwicki wins the 1992 Winston Cup championship
9

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya NASCAR Cup Series: Bowyer sudahi puasa kemenangan
Artikel berikutnya NASCAR Cup Series: Akhirnya Kyle Busch menang!

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia