Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia
Wawancara

Lebih dekat dengan: Alinka Hardianti

Muda, cerdas, dan berprestasi. Tiga kata ini begitu tepat menggambarkan Alinka Hardianti, sosok yang merepresentasikan Kartini dalam dunia balap nasional saat ini.

Alinka Hardianti, Toyota Team Indonesia

Foto oleh: Toyota Team Indonesia

Alinka Hardianti, Toyota Team Indonesia
Alinka Hardianti, Toyota Team Indonesia

Foto oleh: Toyota Team Indonesia

Sejak mengawali karier balap pada 2005 silam, Alinka telah meraih banyak sekali prestasi, baik di dalam maupun luar negeri.

Saat ini, pembalap kelahiran 21 Juni 1992 itu semakin menunjukkan eksistensinya. Ia mengikuti kejuaraan nasional dari empat cabang balap yang berbeda.

Motorsport.com Indonesia mendapat kesempatan mewawancarai secara ekslusif Alinka saat menyambangi markas Toyota Team Indonesia (TTI) baru-baru ini.

Berikut petikan wawancara dengan Alinka:

Bagaimana awal mula Alinka terjun ke dunia balap?

"Tahun 2005, kejuaraan Slalom One Make Race. Saat itu mobil disiapkan dari panitia, dan saya turun sebagai pemula."

Kenapa Alinka memilih balap mobil?

"Dari kecil, saya sudah dekat dengan dunia otomotif. Kebetulan papi [Didi Hardianto] adalah seorang pembalap, dan juga punya tim balap.

"Jadi, tiap akhir pekan saya kalau tidak menemani papi latihan, biasanya diajak ke sirkuit, atau ke bengkel.

"Saya juga meminta untuk belajar mobil manual, papi hanya memiliki mobil balap. Jadi saya diberikan mobil balap yang lama untuk belajar latihan mobil manual, waktu itu saya masih kelas 5 SD."

Apa saja kejuaraan yang diikuti saat ini?

"Saat ini, saya mengikuti empat cabang; Drifting, Slalom, Touring, dan Speed Offroad. Saya mengikuti semua Kejuaraan Nasional (Kejurnas)."

Apa tantangan dari setiap cabang balap yang diikuti?

"Untuk Slalom, atau yang saat ini lebih dikenal dengan istilah Gymkhana, saya menggunakan mobil penggerak roda depan (Front Wheel Drive), dan harus melewati rintangan-rintangan yang menurut saya harus memaksimalkan sepersekian detik untuk menang.

"Slalom itu membutuhkan konsentrasi, serta teknik yang harus sempurna. Karena tidak ada waktu untuk latihan, dan beradaptasi dengan banyak hal.

"Sedangkan drifting berbeda dari cabang lain yang aku ikuti. Cabang yang lain biasanya pemenang adalah yang pertama mencapai garis finis. Drifting tidak demikian. Mereka menggunakan penilaian, dan ada juri yang memberikan nilai.

"Drifting juga bukan semata olahraga balap, tapi memiliki unsur hiburan bagi penonton yang menyaksikan, dan dipenuhi aksi.

"Untuk Touring berbeda dengan Drifting dan Slalom, karena ada pembalap lain yang berada di sirkuit, maka untuk finis pertama harus bertarung dengan pembalap lainnya.

"Speed Offroad jauh berbeda dari ketiga ajang lainnya, karena sirkuitnya bukan di aspal. Mobilnya pun berbeda, lebih seperti Jeep.

"Sirkuitnya di tanah, dan karakternya terhitung lengkap, mulai dari lintasan lurus, tikungan yang membutuhkan grip dan sliding, serta jumping."

Apa kiat Alinka untuk tetap kompetitif di semua ajang?

"Memiliki niat dan tekad untuk berprestasi, bukan untuk sekedar ikut. Saya tidak ingin hanya dikenal sebagai pembalap wanita. Saya ingin dikenal sebagai pembalap wanita yang berprestasi.

"Oleh karena itu, saya selalu fokus dan bersungguh-sungguh pada tiap ajang yang saya ikuti, dan selalu menganggap serius."

Apa pengalaman paling berkesan selama menekuni dunia balap?

"Semuanya, karena tidak semua orang bisa seperti saya. Punya pekerjaan sebagai pembalap itu adalah pengalaman yang sangat tidak terlupakan, karena di Indonesia ini sulit untuk memiliki pekerjaan sebagai pembalap.

"Misalnya saat orang bertanya ‘Alinka pekerjaannya apa? Pembalap', itu sangat jarang. Karena biasanya pembalap di Indonesia itu bukan professional driver, mereka lebih seperti hobi yang mendapatkan sponsor.

"Kalau saya benar-benar pembalap profesional. Saya digaji untuk balapan, dan saya bisa hidup dari sana."

Adakah sosok yang menginspirasi Alinka?

"Yang pasti orang tua, khususnya Papi. Karena beliau selalu mengatakan ‘Jangan jadikan balap sebagai pekerjaan.’

"Itu justu menjadi motivasi untuk mematahkan itu, dan membuktikan bahwa balapan bisa dijadikan mata pencaharian, bahwa pembalap bisa dijadikan profesi.

"Saya melihat beliau mengikuti banyak sekali cabang, mulai dari roda dua hingga roda empat. Karena itu, saya juga mengikuti banyak cabang dalam karier balapku, terinspirasi Papi."

Siapa sosok pembalap idola Alinka?

"Salah satunya papi [Didi Hardianto], kalau di Indonesia ada beberapa pembalap legenda yang saya idolakan, mulai dari Aswin Bahar, Popo Hartopo, Chandra Alim.

"Untuk pembalap luar negeri, ada beberapa drifter, dan ada satu pembalap wanita, yaitu Danica Patrick, dia salah satu inspirasiku. Dia sosok penyemangat saya untuk bisa kompetitif, karena merupakan satu-satunya pembalap wanita yang pernah menjuarai balapan Indy.

"Itu memotivasi saya juga untuk tidak hanya bisa balapan, tapi juga bisa berprestasi di dunia balap."

Alinka Hardianti, Toyota Team Indonesia
Podim ITCC 1600 Max: Demas Agil, Toyota Team Indonesia, Alinka Hardianti, Toyota Team Indonesia
Alinka Hardianti, Toyota Team Indonesia
Alinka Hardianti, Toyota Team Indonesia
Alinka Hardianti, Toyota Team Indonesia
Alinka Hardianti, Toyota Team Indonesia
Alinka Hardianti, Toyota Team Indonesia
Alinka Hardianti, Toyota Team Indonesia
Alinka Hardianti, Toyota Team Indonesia
Alinka Hardianti, Toyota Team Indonesia
10

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Kurang adaptasi, Alinka bersyukur raih podium
Artikel berikutnya Alinka berbagi pengalaman di Toyota Gazoo Racing Festival

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia