Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia
Special feature

Saat Para Legenda Sulit Meninggalkan Dunia Balap

Beberapa mantan pembalap motor top Indonesia kini memiliki aktivitas yang tetap tidak jauh dari balap.

Irwan Ardiansyah, Legenda Motocross Indonesia

Foto oleh: Instagram / Irwan Ardiansyah @irwanardiansyah_official

Sejumlah mantan pembalap motor top Indonesia ternyata tidak bisa lepas dari kegiatan balap. Semua kegiatan maupun profesi yang mereka geluti saat ini tak jauh dari dunia balap.

Berkat pengalaman, prestasi, dan kemampan yang dimiliki, mereka kini memiliki tim balap, menjual produk perlengkapan maupun komponen balap, hingga mendirikan akademi balap dan pelatihan mekanik.

Berikut kegiatan beberapa legenda balap motor baik road race maupun motocross setelah tidak aktif lagi di dunia balap.

Baca Juga:

Hokky Krisdianto

Pencinta balap motor nasional era awal tahun 2000-an, khususnya kelas underbone, pasti mengenal nama Hokky Krisdiato. Mulai balap tahun 1996, pembalap asal Muntilan, Jawa Tengah tersebut merajai balap motor nasional antara 2004 sampai sekira 2010.

Sejumlah gelar juara balap motor nasional direbut mantan pembalap bernomor #57 tersebut di antaranya medali emas PON 2004 perak-perunggu, 2008 emas-perunggu, 2012 emas-perak yang semua untuk Jawa Tengah.

Salah satu prestasi paling mencolok Hokky adalah kampiun Indoprix 2008 bersama Tim Yamaha Petronas FDR Star Motor, dengan menjadi yang terbaik di kelas IP1 (bebek 110cc) dan IP2 (bebek 125cc).

Setelah berjaya bersama Tim Star Motor pimpinan (Alm) Benny Djatiutomo antara 2005-2010, Hokky bergabung ke Tim Trijaya pada 2011. Pada 2012, Hokky menjadi pembalap motor Indonesia dengan kontrak tertinggi, Rp650 juta, saat diikat setahun oleh Honda Tunas Motor.

Hokky Krisdianto

Hokky Krisdianto

Foto oleh: Twitter / Hokky Krisdianto @hokkyk57

Pada 2013, Hokky kembali ke pabrikan lama untuk kemudian bergabung dengan tim asla Malaysia pada 2014. Ia pensiun sebagai pembalap aktif pada 2014 namun beberapa kali turun di trek karena diminta riset oleh sejumlah komponen maupun perlengkapan balap.

Sekira setahun seusai pensiun, Hokky mulau memikirkan untuk membentuk tim balap. Barulah pada 2018, pria kelahiran 15 November 1980 itu mendirikan Honda Duck 57 Racing Team.

Fokus tim ini adalah membina para pembalap muda. Pada 2020 lalu, juara nasional motocross kelas 50cc 2019, Djanoko Mahija, bergabung ke Honda Duck 57 Racing Team.

Kecintaan Hokky Krisdianto akan balap motor di Tanah Air juga membuatnya antusias saat dipercaya menduduki posisi sebagai Ketua Komisi Balap Motor dan Drag Bike Pengurus Provinsi IMI Jawa Tengah periode 2021-2025.

Dengan posisi tersebut, Hokky Krisdianto berharap mampu membantu melahirkan para pembalap motor maupun drag potensial dari Jawa Tengah. 

M. Fadli Imammudin

Mantan pembalap motor yang akrab disapa M. Fadli ini menjadi salah satu rival berat Hokky Krisdianto pada awal era 2000-an. Sejumlah gelar nasional maupun Asia sudah direbut pria kelahiran Cibinong, 25 Juli 1984 tersebut.

Mengawali karier di balap motor pada 2001 dengan turun di kejuaraan daerah (kejurda), M Fadli lalu mulai turun di level kejurnas hingga menjadi kampiun Asia Road Racing Championship (ARRC) 2004 kelas underbone 115cc.

Pada tahun yang sama M. Fadli merebut emas cabang olahraga balap motor pada PON 2004. Total, Fadli mampu mengumpulkan enam gelar juara nasional balap motor dari berbagai kelas (4-tak 110cc 2004, Indoprix 2007 kelas IP1 dan IP2, IRS 2010-2011, dan IRS kelas Supersport 600cc).

Fadli juga sempat turun di Moto2 Malaysia 2013 menggantikan Mike di Meglio di Tim JiR Moto2. Itulah satu-satunya kesempatan M. Fadli turun di level kejuaraan dunia balap motor.

Karier balap motor M Fadli harus berakhir pada 7 Juni 2015 di Sirkuit Internasional Sentul. Saat merayakan kemenangannya di Race 2 kelas Supersort 600cc ARRC, ia ditabrak pembalap Thailand Jakkrit Sawangswat dari sisi sebelah kiri.

M Fadli Imammudin

M Fadli Imammudin

Foto oleh: Facebook / @fadly mohammad

Akibat kecelakaan tersebut, M. Fadli harus kehilangan kaki kiri karena diamputasi. Perubahan besar dalam diri Fadli tidak membuatnya putus asa. Sebaliknya, ia bergabung dengan tim balap sepeda difabel Indonesia pada 2017.

Seperti di balap motor, sederet prestasi pun ditorehkan M. Fadli di ajang balap sepeda khusus difabel. Di antara yang bergengsi adalah perak di Asian Para Games 2017 dan emas pada ajang yang sama setahun kemudian.

Sejumlah gelar ajang balap sepeda juga direbut M Fadli di antaranya di Track Asian Cycling-Paracycling Championship 2019, Thailand Para Cycling Cup 2019 baik nomor track maupun road serta Malaysian Para Track I dan II 2019.

Setahun setelah mengalami kecelakaan yang membuatnya kehilangan kaki kiri, pada 2016 M. Fadli mendirikan sekolah balap 43 Racing School dengan dibantu mantan sesama pembalap top, Ahmad Marta, sebagai pelatih.

Sekolah balap tersebut terus eksis sampai saat ini. Pembalap Indonesia yang kini turun di Kejuaraan Dunia Moto3, Mario Suryo Aji, juga pernah berlatih di 43 Racing School.

Selain fokus pada balap sepeda, M. Fadli juga beberapa kali diminta Astra Honda Racing untuk memberikan pelatihan kepada sejumlah pembalap muda.  

Hendriansyah

Hendriansyah

Hendriansyah

Foto oleh: Facebook / @hendriansyah

Sulit rasanya mengingat era kejayaan balap motor nasional tanpa menyebut nama Hendriansyah. Pembalap asal Yogyakarta itu menorehkan sederet prestasi di balap antara 1996 sampai sekira 2017.

Tidak kurang 10 gelar juara nasional – kebanyakan di kelas underbone – membuat Hedriansyah pantas dijuluki Dewa Road Race di Indonesia. Kelas yang membuat nama Hendriansyah mencuat apa lagi jika bukan underbone 110cc 2-tak tune-up seeded.

Setelah merebut gelar juara nasional kelas ini pada 1999 dan 2000 dengan Yamaha F1Z-R, Hendriansyah kemudian merajai kategori ini antara 2001 sampai sekira 2006 atau 2007 dengan Suzuki RG Sport 110 alias Suzuki Satria 2-tak versi Malaysia.

Setelah gantung helm, Hendriansyah memiliki sejumlah kesibukan yang tidak jauh-jauh dari dunia balap. Di antaranya mengurus toko perlengkapan balap, Hendriansyah Racing Product (HRP). Selain itu, ia juga memiliki sekolah balap dan sekolah mekanik.

Hendriansyah juga tengah fokus mendidik anak ketiganya, Nelson Cairoli, untuk melanjutkan kiprah di balap motor. Sedangkan anak keempatnya, Navarro Danileo, belum begitu serius karena baru akan menginjak usia 5 tahun.

Irwan Ardiansyah

Di mata para pencinta dan penggila motocross di Tanah Air, rasanya hampir mustahil bila tidak mengenal nama Irwan Ardiansyah. Ia adalah juara nasional motocross tujuh kali beruntun pada 1996 sampai 2002.

Setelah pensiun dari motocross, Irwan Ardiansyah sempat menghentak ajang balap motor road race pada awal era 2000-an. Namun, namanya masih di bawah bayang-bayang sang adik, Hendriansyah.

Irwan Ardiansyah, salah satu legenda motocross Indonesia.

Irwan Ardiansyah, salah satu legenda motocross Indonesia.

Foto oleh: Instagram / Irwan Ardiansyah @irwanardiansyah_official

Setelah mundur dari balap baik motocross maupun road race, pria yang akrab disapa Dian itu tetap tidak bisa lepas dari balap. Selain mengelola Ardians Motocross Shop yang menjual berbagai perlengkapan balap, Dian juga memiliki Irwan Ardiansyah Motocross Academy (IAMA).

Dian juga memiliki sekaligus menjadi manajer dan instruktur Ardians MX Team dengan kroser yang tak lain putri dan putranya sendiri, Sheva Anela Ardiansyah (#75) dan Azryan Dheyo Wahyu (#11).

Masih turun di kelas 85cc, keduanya sudah kerap menimba ilmu motocross dengan turun di berbagai kejuaraan di salah satu kiblat motocross dunia, Amerika Serikat.

Pertengahan tahun 2021 lalu, Irwan Ardiansyah membuat gebrakan dengan membuat sirkuit motocross dengan bantuan pihak Keraton Yogyakarta. Berlokasi di dekat Stadion Sultan Agung Bantul, trek sepanjang 1,7 km memiiki karakter dan gaya lintasan supercross.

Karena itulah trek – dengan lahan tanah kas desa setempat seluas 3,5 hektar yang disewa hingga 20 tahun – yang menghabiskan anggaran tak kurang Rp300 juta lebih itu dinamai Circuit Sultan Agung Bantul.   

Aep Dadang Supriyatna

Dekade tahun 2000-an menjadi masa keemasan kroser nasional asal Jawa Barat (Jabar), Aep Dadang Supriatna. Ia bisa dibilang penerus dominasi Irwan Ardiansyah di motocross nasional.  

Aep Dadang adalah juara nasional motocross empat kali beruntun (2003, 2004, 2005, 2006) dan satu gelar Kejurnas Supercross pada 2008.

Berdasarkan pengalamannya di motocross – sempat turun sejumlah kejuaraan di Asia dan Eropa serta pernah tinggal di Australia untuk menimba ilmu motocross – ia pun mendirikan Aep Dadang MX Training And Racing Technique sekitar tahun 2008.

Dengan peserta awal seperti Willy Ahadasi dan kroser yang kini membela tim Astra Honda Racing, Delvintor Alfarizi, pusat pelatihan motocross milik Aep Dadang sempat tidak begitu aktif antara 2010 sampai 2017.

Aep Dadang Supriyatna saat melatih para kroser belia di akademi balapnya.

Aep Dadang Supriyatna saat melatih para kroser belia di akademi balapnya.

Foto oleh: Instagram / Aep Dadang Supriyatna @aepdadang_35

Sejumlah kroser muda di antaranya Farhan Hendro, juga pernah menimba ilmu di Aep Dadang MX Training And Racing Technique. Kini, Aep Dadang juga mengawasi penuh kiprah putra keduanya, Egen Xavier Supriatna, yang terus berprogres.

Egen Xavier sendiri digadang-gadang menjadi penerus sang ayah setelah mampu menjadi runner-up Kejurnas Motocross kelas 65cc Novice (usia 8-10 tahun) pada 2019.

Di pusat pelatihan miliknya, Aep Dadang tidak hanya mengajarkan teknik mengendarai motor motocross untuk melibas berbagai jenis medan – seperti bermed dan flat corner, table top, roller, hingga ski jump – dan fisik.

Ia juga melatih para kroser muda ini dengan pengetahuan tentang mekanikal motor agar benar-benar paham dengan karakter tunggangannya.    

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Mario Aji: Layout Circuit of The Americas Menantang
Artikel berikutnya Jelang Kualifikasi Moto3 Amerika, Mario Aji Berupaya Tembus Q2

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia