Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia

Super GT Tidak Perlu Start ala IndyCar seperti DTM

Bertrand Baguette merasa Super GT tak perlu mengadopsi gaya IndyCar demi membumbui balapan. Hal tersebut diungkapkannya setelah tes pramusim di Fuji Speedway.

Practice Start(GT500)

Foto oleh: Masahide Kamio

Super GT telah lama memakai prosedur rolling start yang lebih tradisional, dengan mobil menyelesaikan dua lap pemanasan sebelum menunggu lampu hijau menyala.

Tetapi GTA, selaku promotor kejuaraan balap mobil sports Jepang itu, menguji start double-file ala IndyCar pada dua hari pengujian di Fuji, akhir Maret lalu.

Ini pun mendorong anggapan bahwa hal tersebut kemungkinan akan diperkenalkan dalam Super GT. Itu juga pernah ditampilkan dalam Super GT x DTM Dream Race 2019.

DTM, kejuaraan balap mobil sports Jerman, memakai prosedur yang sama pada startnya sejak 2017. Namun Bertrand Baguette tak yakin gaya IndyCar cocok bagi Super GT.

Pembalap Tim Real Racing tersebut mengatakan bahwa risiko tabrakan terlalu tinggi apabila Super GT mengadopsi start double-file seperti yang digunakan IndyCar.

"Saya tidak berpikir itu banyak berubah," ujar Baguette kepada Motorsport.com saat dimintai pendapatnya usai uji coba start gaya IndyCar, di mana ia menempati grid ketiga dengan Honda NSX-GT.

Baca Juga:

"Kami hanya sedikit lebih dekat satu sama lain di awal (start), namun begitu lampu hijau menyala, kami masih menjaga jarak. Saya kira ini sangat sulit melakukan hal yang sama seperti DTM, di mana semua mobil benar-benar rapat.

"Kami hanya memiliki delapan balapan per musim dan ini adalah balap ketahanan. Ini berbeda dengan DTM yang lebih seperti balapan sprint dan mereka punya lebih banyak putaran (per musim), jadi bisa mengambil risiko lebih.

"Sementara kami tak bisa mengalami crash di awal-awal musim. Karenanya sulit untuk punya sistem yang sama. Mungkin DTM lebih seperti itu (IndyCar), sebab tidak mudah untuk menyalip dan balapannya singkat," Baguette menjelaskan.

Format start dan restart balapan adalah salah satu faktor pembeda utama antara DTM dan Super GT selama penyatuan Class One yang hanya berumur pendek.

DTM beralih ke prosedur gaya IndyCar untuk restart setelah periode safety car pada 2017, yang dapat sambutan fans, namun tetap memakai standing start di awal race.

Tetapi, DTM akan berhenti menggunakan standing start tahun ini sebagai bagian dari peralihannya ke mesin GT3.

Start Super GT x DTM Dream Race 2019.

Start Super GT x DTM Dream Race 2019.

Foto oleh: Andreas Beil

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Tsuboi Targetkan Menang sejak Balapan Pertama Super GT 2021
Artikel berikutnya Kovalainen Puas dengan Persiapan SARD Hadapi Super GT 2021

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia