Performa tim privatir LMP1 semakin dibatasi
Mobil non-hibrida LMP1 kembali menerima pengurangan performa ronde pembuka FIA World Endurance Championship di Sirkuit Spa, (5/5).
#1 Rebellion Racing Rebellion R-13: Andre Lotterer, Neel Jani, Bruno Senna, Mathias Beche, Gustavo Menezes, Thomas Laurent, #4 ByKolles Racing Team Enso CLM P1/01: Oliver Webb, Dominik Kraihamer, Tom Dilmann, Kang Ling, #11 SMP Racing BR Engineering BR1: Mikhail Aleshin, Vitaly Petrov
Tim privatir LMP1 Ginetta, Rebellion, BR Engineering, serta ByKolles hanya diperbolehkan menampung bahan bakar lebih sedikit dibanding saat tes WEC Prologue di Sirkuit Paul Ricard, Maret.
Aturan ekuvalensi teknologi yang dikeluarkan jelang ronde WEC Spa, (5/5) juga mengurangi jumlah bahan bakar yang bisa digunakan setiap stint balapan.
Jumlah maksimum tenaga bensin, yang diukur dengan satuan megajoule per lap, telah ditingkatkan dari 58,9 menjadi 71,3 mj untuk Toyota TS050 Hybrid, menyesuaikan sirkuit panjang seperti Spa.
Persentase kenaikan bagi tim privatir jauh lebih kecil, dari 99,5 menjadi 106,4 mj per lap, berbeda dari rencana semula 120 mj dimana akan lebih proporsional, menilik dari panjangnya sirkuit.
Revisi ekuivalensi teknologi tidak akan mengubah tenaga puncak mobil-mobil non-hybrid LMP1 karena aliran bahan bakar tetap berada di angka 110 kg per jam.
Namun, hal tersebut berpotensi membuat pembalap tim privatir melakukan teknik lift and coast [lepas gas beberapa saat sebelum menginjak rem] di trek lurus, seperti halnya para pembalap Toyota.
Bahan bakar maksimum yang diperbolehkan tiap stint untuk tim privatir telah dikurangi dari 54 ke 47,1 kg, sedangkan untuk Toyota tetap menampung bahan bakar maksimal 35,1 kg.
Toyota telah mendapat keuntungan bahan bakar sepanjang satu lap di Le Mans, yang setara dua lap di Spa.
Perubahan tersebut diputuskan berdasarkan data yang dikumpulkan oleh Automobile Club de l'Ouest dan FIA selaku pembuat aturan saat tes pramusim.
Toyota membukukan waktu tercepat lebih dari empat detik di depan tim-tim privatir, meski hal tersebut dikarenakan pabrikan asal Jepang tidak menggunakan ekuivalensi teknologi demi melakukan tes ketahanan pada sistem pendinginan.
Waktu tercepat setelah menggunakan aturan ekuivalensi teknologi menjadi lebih lambat daripada raihan waktu Rebellion-Gibson R-13, dua BR1 bermesin AER, dan ENSO CLM-Nissan P1/01.
Meskipun unggul dalam aturan ekuivalensi, pembalap SMP Racing Mikhail Alesin menggambarkan keuntungan yang diraih TS050 saat tes ibarat mobil F1 bermesin V12.
Be part of Motorsport community
Join the conversationShare Or Save This Story
Subscribe and access Motorsport.com with your ad-blocker.
From Formula 1 to MotoGP we report straight from the paddock because we love our sport, just like you. In order to keep delivering our expert journalism, our website uses advertising. Still, we want to give you the opportunity to enjoy an ad-free and tracker-free website and to continue using your adblocker.
Top Comments