Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia
Breaking news

Wacana penggabungan LMP1 dengan DPi

Walau dianggap berbeda konsep, ACO akhirnya membuka wacana penggabungan antara LMP1 dengan DPi dari IMSA. Meski baru bisa dilakukan setelah 2020.

The start of the race

Foto oleh: JEP / Motorsport Images

#8 Toyota Gazoo Racing Toyota TS050 Hybrid: Anthony Davidson, Sébastien Buemi, Kazuki Nakajima, #7 T
Ginetta LMP1
#13 Rebellion Racing Rebellion R-One AER: Matheo Tuscher, Dominik Kraihamer, Alexandre Imperatori
#4 ByKolles Racing CLM P1/01: Oliver Webb, Dominik Kraihamer, Marco Bonanomi
#2 Tequila Patrón ESM Nissan DPi: Scott Sharp, Ryan Dalziel, Luis Felipe Derani
#55 Mazda Motorsports Mazda DPi: Jonathan Bomarito, Tristan Nunez, Spencer Pigot
#9 Team Peugeot Total Peugeot 908: Sébastien Bourdais, Simon Pagenaud, Pedro Lamy
Acura ARX-05 DPi
#31 Action Express Racing Cadillac DPi: Eric Curran, Dane Cameron, Mike Conway

Salah satu masalah utama balap ketahanan adalah sulitnya mencari format tepat bisa diterima semua orang, utamanya dari sisi kategorisasi. Saat ini contohnya, kelas puncak arena WEC diisi oleh kategori LMP1-h. Sementara di arena IMSA, terdapat kelas P berisikan gabungan antara Daytona Prototype International (DPi) dan LMP2.

Dari sisi pabrikan, hal ini jelas merupakan beban dari sisi sumber daya. Dengan regulasi berbeda, artinya harus menyiapkan mobil berlainan yang berarti biaya berlipat ganda. Pabrikan pun pada akhirnya harus memilih, mana dirasa lebih pas dari sisi pengembalian investasi, strategi pengembangan produk, hingga kepentingan pemasaran.

Terancam punahnya LMP1 akibat mundurnya Porsche efektif akhir musim ini membuat ada pihak mengusulkan jika WEC ikut mengadopsi regulasi IMSA DPi. Formula DPi berupa diperbolehkannya mesin dan body kit pabrikan pada sasis LMP2 diyakini merupakan solusi pas untuk mempertahankan gengsi WEC dan Le Mans.

Akan tetapi, memberikan ruang bagi datangnya DPi akan memberikan masalah baru bagi FIA dan ACO. Mau dikemanakan proyek-proyek LMP1 mendatang seperti Ginetta dan SMP Dallara? Bagaimana dengan Toyota yang keikutsertaannya begitu diharapkan. Atau Peugeot? Yang dikabarkan siap terjun jika syarat akan biaya dipenuhi.

Masalah kedua, bagaimana perbedaan performa dengan LMP2 yang menjadi basis DPi? Atau apakah mungkin mengundang pabrikan tetapi dengan mobil berspesifikasi lebih rendah dari LMP1?

Lebih lanjut, sudah menjadi rahasia umum bahwa ACO sendiri merasa kalau konsep DPi sudah melenceng jauh dari ide awal berupa sekadar LMP2 diberi mesin berbeda.

ACO sendiri menyebut tidak adanya minat serius dari peserta DPi untuk tampil di WEC dan Le Mans. Sehingga, pada akhirnya membawa DPi ke Le Mans dan WEC dirasa sebagai ide kurang baik.

Meski begitu, tuntutan akan platform global bagi kejuaraan prototipe sportscar disebut-sebut sangat tinggi. Salah satunya datang dari McLaren.

Jawaban bisa terletak pada waktu dimulainya peraturan LMP1 2020. Karena pada tahun itu, homologasi DPi ada saat ini juga akan selesai.

Sehingga, pembicaraan menentukan satu platform prototipe global dapat dilakukan. Tentu, banyak isu harus dituntaskan. Utamanya soal penyeimbangan hybrid vs konvensional dan teknologi hybrid seperti apa digunakan agar memadai dari sisi biaya.

Disebut-sebut bahwa pembicaraan menuju regulasi LMP1 2020 akan dimulai pada minggu-minggu mendatang. Pantau terus beritanya di Motorsport.com

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya WEC Meksiko: Ferrari dipenalti, Aston Martin menangkan GTE Pro
Artikel berikutnya Toyota hampir pasti bertahan di WEC

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia