Bobot Gelar Ogier dibandingkan dengan Loeb
Akhir pekan lalu, Sebastien Ogier memastikan gelar kedelapan di Kejuaraan Reli Dunia (WRC) dengan memenangi Reli Monza.
Dengan trofi tahun ini, Ogier berarti hanya sekali kecolongan gelar dalam sembilan tahun terakhir WRC. Sejak 2013, hanya Ott Tanak (juara pada 2019 bersama Toyota) yang berhasil mengusik dominasi Ogier di WRC.
Delapan gelar yang digenggam pereli Prancis tersebut memang masih kalah satu dari kompatriotnya, Sebastien Loeb. Loeb berhasil merebut gelar WRC sembilan kali beruntun pada 2004 sampai 2012 – terbanyak hingga saat ini – dan sudah tidak lagi aktif di WRC.
Ogier memang mencuat begitu Loeb mulai tidak lagi rutin turun penuh sejak 2013. Tetapi, kendati Loeb sudah tidak ada, hal itu bukan berarti Ogier tak mendapatkan tantangan berat dari para rivalnya.
Jumlah gelar Ogier memang masih kalah satu dari Loeb. Namun, pereli yang musim depan hanya akan turun part-time tersebut dinilai lebih berani mengambil tantangan dibanding Loeb.
Sébastien Ogier dan navigator Julien Ingrassia, Toyota Gazoo Racing WRT Toyota Yaris WRC, merebut gelar juara dunia reli kedelapan setelah menang di Reli Monza, akhir pekan lalu.
Foto oleh: Toyota Racing
Ogier sejatinya dibesarkan oleh Citroen. Musim penuh pertama Ogier di WRC, 2009, bahkan membela Tim Citroen Junior. Dua tahun kemudian, Ogier menjadi rekan setim Loeb di Citroen Total WRT. Enggan berada di bawah bayang-bayang Loeb, Ogier pun pergi pada akhir 2011.
Banyak yang menilai, Ogier lebih berani mengambil tantangan dan risiko daripada Loeb. Hasilnya, ia mampu merebut delapan gelar juara dunia bersama tiga pabrikan berbeda.
Setelah merebut empat gelar beruntun bersama Volkswagen (2013-2016), Ogier berani bergabung dengan M-Sport yang sudah tidak lagi didukung pabrikan, dalam hal ini Ford. Namun, ia masih tetap berhasil merebut gelar pada 2017 dan 2018.
Sébastien Ogier dan Julien Ingrassia berdiri di atas atap Ford Fiesta WRC milik M-Sport Ford saat memastikan gelar juara dunia WRC 2018.
Foto oleh: M-Sport
Saat awal bergabung di M-Sport, banyak yang meragukan Ogier mampu melanjutkan hegemoninya. Tetapi insting bagus membuatnya mampu mengalahkan kombinasi Thierry Neuville dan Hyundai, serta Ott Tanak.
Bergabung dengan Toyota sejak 2020, rival berat Ogier tidak hanya pereli tim lain tetapi rekan setim sendiri. Dalam hal ini Elfyn Evans. Dalam dua tahun terakhir, Ogier juara setelah menaklukkan langsung pereli asal Wales tersebut.
Menurut mantan rekan setim di Volkswagen yang kini menjadi bos Ogier di Toyota, Jari-Matti Latvala, menyebut bila pereli 37 tahun itu yang terbaik dalam sejarah WRC dalam duel head-to-head.
Pada Reli Monza, lomba terakhir seri WRC 2021, akhir pekan lalu, terlihat Ogier mampu mengalahkan Evans secara sistematis. Didampingi navigator yang mendampinginya sejak masih di level junior, Julien Ingrassia, Ogier mampu merebut delapan gelar WRC.
Sébastien Loeb dan Daniel Elena, Citroën DS3 WRC, Citroën Total World Rally Team, saat turun di Reli Selandia Baru 2012, musim terakhirnya merebut gelar juara dunia.
Foto oleh: willyweyens.com
Jika Ogier bisa merebut delapan gelar dengan tiga pabrikan berbeda, sebaliknya Loeb. Ia merengkuh seluruh sembilan gelar WRC-nya bersama Citroen. Mungkin banyak yang menilai Loeb hanya bisa juara bersama Loeb.
Namun, ada perbedaan signifikan antara era Loeb dan Ogier, utamanya dari sisi jumlah pabrikan. Jika pada era Ogier pabrikan-pabrikan yang turun hanya Citroen, Ford, Volkswagen, Toyota, dan Hyundai – Citroen dan VW bahkan sudah mundur – Loeb mendapatkan pesaing lebih beragam.
Pada pertengahan era 2000-an, WRC diramaikan dengan pertarungan sengit antara Citroen, Peugeot, Ford, Subaru, Mitsubishi, hingga Skoda. Hebatnya, saat itu, mereka memiliki tim pabrikan masing-masing.
Loeb pun bukan tanpa rival berat. Lihat saja yang terjadi pada 2007, saat ia harus bertarung sengit dengan juara dunia 2000 dan 2002 Marcus Gronholm (Ford). Keduanya mampu menyuguhkan pertarungan epik saat itu.
Satu lagi kelebihan Sebastien Loeb, ia mampu mendobrak sekaligus memupus citra bila pereli asal Prancis hanya piawai di medan aspal.
Sebelum Loeb, Prancis hanya memiliki Didier Auriol (juara dunia 1994) yang mampu kompetitif baik di aspal maupun gravel. Loeb mengubah stigma pereli Prancis identik dengan aspal dengan mampu tampil sama baiknya tidak hanya di gravel tetapi juga salju seperti di Swedia.
Be part of Motorsport community
Join the conversationShare Or Save This Story
Top Comments
Subscribe and access Motorsport.com with your ad-blocker.
From Formula 1 to MotoGP we report straight from the paddock because we love our sport, just like you. In order to keep delivering our expert journalism, our website uses advertising. Still, we want to give you the opportunity to enjoy an ad-free and tracker-free website and to continue using your adblocker.