Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia
Special feature

Kalle Rovanpera Kehilangan Senjata Andalan di Paruh Kedua WRC 2022

Perwli Toyota, Kalle Rovanpera, andal dalam membuka jalan di Kejuaraan Dunia Reli (WRC) musim ini. Namun, keunggulan yang dimilikinya itu kini sudah hilang.

Kalle Rovanpera, Toyota Gazoo Racing WRT

Foto oleh: McKlein / Motorsport Images

Bertindak sebagai pembuka jalan di reli-reli musim ini menjadi keunggulan bagi Rovanpera. Bukannya sedikit melambat karena minim pengetahuan akan medan, ia malah langsung meninggalkan rival-rivalnya.

Tak ada yang mengira bahwa Rovanpera bisa langsung tampil mengesankan di WRC 2022. Ia berhasil meraih tiga kemenangan beruntun dari total empat reli pertama yang dilakoninya.

Namun, catatan impresif Rovanpera sempat terhenti di Reli Italia Sardinia, yang mana ia hanya bisa finis di urutan kelima secara keseluruhan.

Untungnya, karena pesaing utamanya saat itu, Thierry Neuville, mengalami crash, tak ada yang bisa mengejar koleksi poinnya.

Narasi Rovanpera sebagai juara dunia reli tahun ini pun mulai bermunculan. Hingga akhirnya anak dari legenda Harri Rovanpera itu sampai pada paruh kedua musim.

Ott Tanak meningkatkan performanya setelah gagal finis di Reli Safari Kenya. Dari Reli Estonia hingga Reli Akropolis Yunani, Tanak mampu selalu finis di podium dan meraih dua kemenangan.

Situasi ini berbanding 180 derajat dengan Rovanpera, yang mana dalam Reli Akropolis Yunani dan Ypres Belgia, pereli berusia 21 tahun tersebut gagal mencetak poin.

Baca Juga:

Tanak pun mampu memangkas selisih poin dengan Rovanpera. Kini, keduanya hanya terpaut 53 poin saja. Padahal, di awal musim, tak ada yang berpikir bahwa Tanak bisa bangkit, mengingat ia gagal mencetak poin dalam dua reli awal.

Lantas, apa yang membuat Rovanpera secara tiba-tiba mengalami penurunan performa? Benarkah Rovanpera belum memiliki mentalitas seorang juara?

Jika berbicara soal mental, Rovanpera justru cukup solid. Itu karena dirinya bisa bersaing dengan pereli-pereli yang lebih senior seperti Tanak dan Neuville.

Bahkan, dengan Elfyn Evans, rekan setim sekaligus pereli yang seharusnya menjadi ujung tombak Toyota Gazoo Racing di musim ini, Rovanpera unggul dalam berbagai aspek. Ia tak membiarkan Evans mencetak satu kemenangan pun sejauh ini.

Akan tetapi, jika berbicara soal teknis, ada satu hal yang hilang dari Rovanpera. Hal itu adalah keunggulan saat turun sebagai pembuka jalan.

Tak jarang Rovanpera bertindak sebagai pembuka jalan di musim ini. Namun, ia mampu memperlihatkan performa yang apik.

Hanya saja, senjata andalan Rovanpera itu hilang saat turun di Reli Akropolis Yunani. Hal itu diutarakan oleh Jari-Matti Latvala selaku Team Principal Toyota Gazoo Racing.

Kalle Rovanpera, Jonne Halttunen, Toyota Gazoo Racing WRT Toyota GR Yaris Rally1

Kalle Rovanpera, Jonne Halttunen, Toyota Gazoo Racing WRT Toyota GR Yaris Rally1

Foto oleh: Toyota Racing

"Apa yang kita lihat dari Kalle (Rovanpera) di musim ini, dia itu bisa tampil cukup kuat di reli-reli seperti Portugal, di mana lebar jalanan dimanfaatkan dengan baik olehnya," tuturnya mengutip DirtFish.

"Kalle memiliki banyak racing line dan ruang untuk dieksploitasi, sehingga itu membuatnya baik-baik saja saat melaju.

"Situasi yang berbeda dihadapi oleh Kalle di Sardinia dan Yunani, yang memiliki jalanan sempit nan teknis. Itu selalu sulit baginya. Saat dia membuka jalan yang fast and flowing, itu tak jadi masalah baginya."

Apa yang dikatakan Latvala ada benarnya. Jika melihat video onboard Rovanpera di Reli Portugal, dan kemudian dibandingkan dengan yang di Reli Akropolis Yunani, ada perbedaan yang terlihat yakni racing line yang bisa dipilih oleh Rovanpera.

Di Yunani, hanya ada satu garis balap yang bisa dimanfaatkan oleh para pereli. Ini membuat tugas pembuka jalan menjadi lebih sulit, karena setelah mereka membuka jalur, gravel yang ada di jalanan menjadi lebih halus, atau bahkan hilang, sehingga pereli di belakangnya mendapatkan grip, traksi dan kecepatan yang lebih baik.

Teori yang sama juga bisa digunakan di Portugal. Akan tetapi, jalanan yang lebih lebar membuat pereli memiliki opsi lain dalam memilih racing line.

Jalanan yang dilewati pereli lain setelah sang pembuka jalur jadi tidak 100 persen bersih. Jika dibandingkan dengan Yunani, di Portugal para pereli memiliki grip, traksi dan kecepatan yang lebih rendah.

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Kalle Rovanpera Bisa Diuntungkan Cuaca di Selandia Baru
Artikel berikutnya Hyundai Kejar Kemenangan Keempat Beruntun

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia