Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia
Special feature

Kalle Rovanpera Punya Modal Memadai Jadi Juara Dunia WRC Termuda

Berprestasi sejak belia, Kalle Rovanpera kerap mematahkan rekor di ajang reli. Pereli Toyota Gazoo Racing punya angan jadi juara dunia reli termuda.

Podium: Kalle Rovanperä, Toyota Gazoo Racing WRT

Foto oleh: Toyota Racing

Predikat termuda seolah sangat akrab dengan pemuda Finlandia itu. Namanya tercatat jadi pemenang paling muda kejuaraan reli kelas terbuka nasional di seluruh dunia, setelah menaklukkan Reli Latvia pada usia 16 tahun.

Partisipasinya di reli negara tersebut karena tidak ada syarat surat izin mengemudi. Pereli yang mengawali kiprah dari halaman rumahnya di Puuppola, mencicipi tantangan lebih luas seiring bertambahnya usia.

Ia mengikuti World Rally Championship (WRC) 2 2017 meski tidak penuh. Rovanpera berpartisipasi pada putaran Wales dan Australia. Pemuda yang dikenal pendiam itu menang di Negeri Kanguru dan jadi yang termuda meraup poin pada kompetisi tersebut.

Peruntungan pasangan Rovanpera dan navigatornya Jonne Halttunen membaik tiga tahun kemudian, setelah bergabung dengan Toyota. Mereka akhirnya naik podium pada Reli Swedia 2020, di posisi ketiga. Ia rutin finis lima besar, kecuali pada Reli Italia yang terpaksa mundur.

Musim ini, Rovanpera mendapat momentumnya di kampung halamannya, Reli Arctic. Sayangnya, pengguna Toyota Yaris WRC tersebut gagal menang. Ia harus puas ada di posisi kedua.

Setelah mengalami kekecewaan di Kroasia, Portugal dan Italia, ia membalas dengan titel juara Reli Estonia. Capaian itu membuatnya dinobatkan jadi pemenang satu lomba WRC termuda pada usia 20 tahun, menghapus torehan Jari Matti Latvala.

Baginya usia hanya sekadar angka. Yang paling penting adalah mobil mumpuni dan selalu belajar menghadapi berbagai kondisi.

“Pengalaman sangat membantu dalam hal-hal sederhana. Faktanya, ketika saya berada paling jauh karena mobil. Ketika mendapat kurang dari satu mil, mengemudi selalu lebih mudah, tahu lebih baik apa yang harus dilakukan dalam situasi tertentu dan bagaimana mobil bereaksi,” ujarnya.

“Ketika ada beberapa mil, aka nada banyak kejutan selama reli. Jika ada cuaca atau kondisi yang tidak ada sebelumnya dan Anda harus mengalami untuk pertama kalinya dalam sebuah reli, itu selalu sedikit aneh.”

Baca Juga:

Kini Rovanpera sedang merintis untuk jadi juara dunia WRC paling muda. Mungkin kans tersebut tidak datang musim ini karena dengan lima lomba sisa sulit mengejar gap besar dengan koleganya, Sebastien Ogier.

Koleksi poinnya baru 82 dan bertengger di peringkat keempat. Sementara, Ogier kokoh di puncak dengan keunggulan 66. Peluang lebih terbuka musim depan ketika kampiun WRC tujuh kali tersebut mundur.

Seandainya gagal lagi musim depan dan meraihnya pada 2027, Rovanpera tetap bisa menyandang predikat juara dunia termuda, dengan catatan pereli belia seperti Oliver Solberg (19 tahun), Max McRae (17) atau Fabio Schwarz (16) tak mencuri mahkota lebih dulu.

Pasalnya, Colin McRae mencatatkan namanya di buku sejarah selepas menguasai seri 1995, tepatnya pada usia 27 tahun dan 109 hari.

Mantan pereli yang sekarang jadi  prinsipal Toyota Gazoo, Jari Matti Latvala, mengungkapkan pandangannya soal Rovanpera. Pemuda itu harus mencari pengalaman sebanyak-banyaknya hingga mendapat predikat Raja WRC.

“Dia masih harus mendapatkan beberapa pengalaman dalam ajang yang lebih teknis. Dia mengalami kesulitan dalam beberapa event seperti itu,” Latvala mengungkapkan, dilansir Dirtfish.

“Saya akan mengatakan 2023 atau 2024, dia bisa jadi juara. Menurut saya, 2022 sedikit sulit baginya, ada beberapa kompetisi di mana dia mesti belajar. Tidak diragukan kalau dia bisa memenangi semua reli sekarang.”

Sang ayah, Harri, tidak mau putranya, yang berulang tahun ke-21, terlalu berambisi yang malah jadi bumerang.

“Apa kata Jari Matti?” ia bertanya. Setelah mendapat bocoran, pria 55 tahun tersebut setuju dengan pendapat Latvala.

“Saya pikir juga 2023. Dia masih bisa menimba pengalaman tahun depan dan tentu saja, dia masih punya beberapa reli untuk belajar. Tapi kemudian, dia siap (merebut titel). Untuk memenangi beberapa reli, menurut saya dia mampu melakukan apa pun di mana saja sekarang.”

Kalle Rovanpera, Jonne Halttunen, Toyoya Yaris WRC

Kalle Rovanpera, Jonne Halttunen, Toyoya Yaris WRC

Foto oleh: Bastien Roux

Sebagai pembalap muda, Rovanpera modal memadai untuk bertarung memperebutkan gelar juara. Pemuda, yang mampu menerbangkan helikopter tersebut setelah belajar 45 menit saja, mendapat tempaan sejak anak-anak. Mental tahan banting terbentuk seiring dengan petualangan dalam berbagai ajang reli dan rivalitas dengan lawan yang jauh lebih besar.

Kehadiran orang tua di hampir semua ajang yang diikuti ditambah pendampingan dari co-driver Jonne Halttunen sejak 2017, membuatnya tenang dan lebih fokus pada balapan.

Talenta dan skill balapan Kalle Rovanpera tak perlu diragukan. Ia bisa menaklukkan berbagai medan meski kadang butuh upaya ekstra.

“Gaya balap saya lebih cocok untuk mobil WRC. Saya suka mengemudi dengan rapi dan efisien. Mobil WRC dapat dikemudikan lebih mulus,” tuturnya.

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya M-Sport Ford Berencana Turunkan Mobil Ketiga di Reli Finlandia
Artikel berikutnya Adrien Fourmaux Masih Kembangkan Gaya Mengemudinya

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia