Alvaro Bautista Nyaris Berhenti Balapan karena Kehabisan Uang
Banyaknya pembalap ternama yang berasal dari Spanyol membuat anak-anak dan remaja berangan-angan jadi seperti mereka. Popularitas mendunia, bergelimang uang, dan berbagai kemudahan lain jadi magnet.
Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images
Salah satu yang terbius impian itu adalah Alvaro Bautista. Lahir di Talavera de la Reina, ia tumbuh di tengah para penggemar motorcross. Ya, di kota itu terdapat sirkuit motorcross Cerro Negro.
Perkenalan dengan beberapa pembalap motorcross membuat tekadnya makin kuat. Beruntung, keluarganya memberi dukungan penuh ketika melihat talenta sang putra meski mereka tidak kaya raya.
Keterbatasan ekonomi membuat karier Bautista hampir berhenti. Apalagi ada masa di mana tim-tim tidak mau mengontraknya sehingga mesti membiayai balapan, termasuk menyediakan motor sendiri.
“Saya terus mendaki. Saya berada di ambang kehancuran. Kami kehabisan uang, semua raib. Mungkin itu takdir, sehingga bisa berlanjut. Faktanya, orang tua saya yang membuat perbedaan,” ujarnya dikutip dari Speedweek.com.
“Selepas Movistar Cup, tak ada tim yang mau bekerja dengan saya, jadi saya berusaha maju sendiri. Kami membeli sebuah motor Yamaha karena lebih murah. Saya punya masalah besar dan tidak bisa lolos ke kejuaraan Spanyol.”
Peluang datang di tengah keterpurukan. Hanya saja mereka mesti menyiapkan modal yang tak sedikit. Pada akhirnya, orang tuanya nekat mencari dana dengan mengajukan pinjaman yang cukup besar.
“Uang raib dan keluarga memutuskan untuk meninggalkan itu. Panggilan muncul di pekan ketika saya berhenti. Sebuah tim menginginkan 18 ribu euro (sekitar Rp312 juta) untuk tiga balapan di akhir pekan,” pembalap 36 tahun itu mengenang.
“Ibu, Ayah dan saya melihat keuntungan dari pilihan tersebut. Jadi kami pergi ke bank untuk mengajukan kredit. Saya lalu berhasil menjadi salah satu yang tercepat di kejuaraan Spanyol. Setahun kemudian, bisa runner-up.”
Sepak bola punya peranan besar dalam kariernya. Tim Atletico de Madrid jadi sponsor saat Bautista mencicipi kelas 125 cc di level dunia pada 2002. Ia mendapat wild card di Jerez, Katalunya dan Valencia.
Clarence Seedorf membuka jalan baginya ke kancah kejuaraan dunia secara penuh setahun kemudian. Eks gelandang AC Milan itu merekrutnya untuk memperkuat Seedorf Racing Team selama dua tahun, dengan pencapaian terbaik akhir musim di peringkat ketujuh.
Bautista baru meraih titel juara dunia bersama MVA Aspar pada 2006 dan menggondol tiket ke kategori 250 cc. Ia bertengger di peringkat kedua dua tahun setelah promosi.
Ia memulai kiprah di MotoGP pada 2010. Selama delapan tahun, Bautista pernah menunggangi motor dari empat pabrikan, yakni Suzuki, Honda, Aprilia dan Ducati.
Seiring dengan penurunan kinerja, rider Spanyol itu memutuskan pindah ke World Superbike. Ia bersama Ducati di musim 2019 dan mampu menggondol posisi kedua.
Alvaro Bautista, Team HRC
Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images
Setahun kemudian, Alvaro Bautista menyeberang ke Honda usai diiming-imingi gaji besar, diprediksi lebih dari satu juta euro pertahun. Gaji ini membuatnya dapat mengangkat martabat keluarga.
Menjadi salah satu pembalap WSBK dengan gaji tinggi, Bautista merasa bersyukur. “Kota (Talavera de la Reina) terletak di tengah Spanyol, di antah berantah. Saya masih tinggal di sana dan ketika berpikir soal karier, saya bisa dibilang beruntung. Saya kenal banyak pembalap di wilayah saya. Berapa banyak dari mereka yang belum menemukan tempat dan waktu yang tepat?” ucapnya.
Be part of Motorsport community
Join the conversationShare Or Save This Story
Subscribe and access Motorsport.com with your ad-blocker.
From Formula 1 to MotoGP we report straight from the paddock because we love our sport, just like you. In order to keep delivering our expert journalism, our website uses advertising. Still, we want to give you the opportunity to enjoy an ad-free and tracker-free website and to continue using your adblocker.
Top Comments