Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia

Ducati Akui Kalah Jauh dalam Pengembangan Motor WSBK

Manajer skuad Ducati, Marco Zambenedetti, mengaku timnya tertinggal jauh dalam pengembangan Panigale V4 R, dibanding para rival dalam Kejuaraan Superbike Dunia (WSBK).

Scott Redding, Aruba.It Racing - Ducati

Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images

Ducati mendapat saingan berat dari pabrikan Yamaha dan Kawasaki. Setelah tiga grand prix awal, penampilan pabrikan asal Borgo Panigale itu kurang bersinar. Pembalap terbaiknya Scott Redding menghuni peringkat ketiga, setelah memetik dua kemenangan saja.

Michael Ruben Rinaldi melompat ke posisi kelima, setelah tampil cemerlang di WSBK Italia. Ia mengoleksi dua kemenangan dan sekali runner-up. Jelas pencapaian keduanya kalah dari Jonathan Rea, wakil Kawasaki Racing yang tak pernah absen dari podium musim ini. Toprak Razgatlioglu, memperkuat PATA Yamaha, duduk di urutan kedua dengan 1 kemenangan, 4 runner-up dan 2 posisi ketiga.

Juara bertahan WSBK unggul 45 poin dari Redding dan 67 poin dari Rinaldi. Gap yang lebar menunjukkan ketimpangan performa.

WSBK ingin menciptakan keseimbangan dan persaingan di trek, dengan menetapkan aturan baru. Mereka mengatur batas putaran untuk masing-masing motor dan komponen mana saja yang bisa diperbarui di luar homologasi. Sistem konsesi seperti MotoGP diterapkan.

Zambenedetti merasa terhukum karena tidak pernah melakukan homologasi baru untuk V4 R sejak debut, dua tahun lalu.

“Ada ruang untuk pengembangan motor, tapi aturan teknik kejuaraan dibekukan pada beberapa bagian, seperti crankshaft, dan juga rpm. Atas alasan ini, lebih sulit berkembang,” ujarnya kepada Motorsport.com.

Baca Juga:

“Menurut pendapat saya, sedikit aneh itu terjadi pada 2021. Kami punya motor lebih tua (dari sisi tanggal homologasi) dan motor lain sudah berbeda dari 2019.

“Saya tidak mengerti kenapa kami masih menjaga pembatasan performa yang sama dengan menghormati yang lain, ketika para pembalap telah berubah total dan kompetitor kami mengubah (motor).

“Semua kondisi di sekitar motor kami berubah dan kami mempertahankan cacat ini. Saya tidak setuju tentang ini. Tapi kami menghormati aturan dan keputusan.”

Ducati menukar Chaz Davies dengan Rinaldi, yang sebelumnya memperkuat tim satelit Go Eleven. Redding mengklaim perbedaan tinggi antara dirinya dan rekan barunya adalah penyebab Ducati sulit melakukan pengembangan.

Alvaro Bautista, Aruba.it Racing-Ducati Team, Chaz Davies, Aruba.it Racing-Ducati Team

Alvaro Bautista, Aruba.it Racing-Ducati Team, Chaz Davies, Aruba.it Racing-Ducati Team

Photo by: Gold and Goose / Motorsport Images

Namun, pandangan itu ditepis oleh Zambenedetti. Menurutnya, situasi sekarang justru lebih mudah diatasi dibanding ketika Davies dipasangkan dengan Alavaro Bautista.

“Gaya balapan lebih punya pengaruh daripada dimensi pembalap. Sulit mengatasi perbedaan antara Alvaro dan Chaz karena gaya balap mereka sangat berbeda,” ia mengungkapkan.

Rider bisa lebih tangguh dua-duanya, tapi dengan cara berbeda. Sulit bagi engineer memahami arah pengembangan yang tepat.

“Tahun ini, gaya balap Scott dan Michael hampir sama. Para rider harus menjahit motor dari sisi ergonomic dan set-up, tapi terlepas dari ini, mereka cukup mirip. Tidak ada perbedaan besar.”

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Kian Mahir Kontrol Ninja ZX-10RR, Rea Optimistis Taklukkan WSBK Inggris
Artikel berikutnya Manajer Razgatlioglu Tepis Rumor soal MotoGP

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia