Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia
Special feature

Mengenal Karakter Mesin V4 dan Inline-Four Motor World Superbike

Regulasi mesin 1.000cc empat silinder di Kejuaraan Dunia Superbike (WSBK) sudah sangat jelas, pabrikan boleh menggunakan konfigurasi V4 maupun segaris.

Michael Ruben Rinaldi, Aruba.It Racing - Ducati, Jonathan Rea, Kawasaki Racing Team WorldSBK, Toprak Razgatlioglu, PATA Yamaha WorldSBK Team

Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images

Di WSBK saat ini, sebagian besar pabrikan memilih mesin empat silinder segaris (inline-four). Ducati menjadi pendobrak dengan menurunkan mesin berkonfigurasi V4, dua tahun lalu, setelah sebelumnya menurunkan mesin berkonfigurasi L-Twin.

Sejak WSBK 2019, pabrikan asal Borgo Panigale, Italia, tersebut menurunkan Ducati Panigale V4 R. Mesin motor ini berbeda dengan Panigale V4 atau V4 S yang menggunakan mesin Desmosedici Stradale V4 1.103cc yang diadopsi dari mesin Ducati MotoGP.

Ducati Panigale V4 R memakai mesin berkapasitas 998cc berpendingin cairan 4-tak 16-valve desmodromic DOHC 90° V4. Dengan putaran mesin yang lebih tinggi, power pun mudah diraih.

Tidak heran bila Alvaro Bautista langsung menjadi runner-up pada musim pertamanya di WSBK pada 2019. Ducati Panigale V4 R bisa dibilang sebagi motor yang mampu mengubah peta kekuatan di WSBK.

Michael Ruben Rinaldi, Aruba.It Racing - Ducati, melesat di atas Ducati Panigale V4 R.

Michael Ruben Rinaldi, Aruba.It Racing - Ducati, melesat di atas Ducati Panigale V4 R.

Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images

Kendati begitu, saat Honda Fireblade CBR1000RR-R SP diturunkan mulai WSBK 2020, tenaga besar Ducati Panigale V4 R perlahan mulai ditandingi oleh motor yang disebut sebagai mesin inline-four paling bertenaga yang pernah dibuat pabrikan asal Jepang itu.

Seperti Ducati Panigale V4 R, mesin Honda Fireblade CBR1000RR-R SP juga didesain menggunakan teknologi dari Honda RC213V yang diturunkan di MotoGP. Namun, karakter mesin V4 prototipe di MotoGP berbeda dengan yang dipakai di WSBK.

Mesin V4 yang diproduksi massal untuk balap WSBK dikenal mengalirkan tenaga lebih halus, kontras dengan mesin V4 MotoGP, serta memiliki kecepatan bagus di tikungan.   

Dengan power band – rentang tenaga yang dihasilkan mesin saat putaran tertentu – lebih banyak, V4 bisa dengan mudah mengail tenaga besar di berbagai posisi putaran (rpm). Sementara, karakter mesin inline-4 butuh gaya balap stop-and-go.

Jonathan Rea, Kawasaki Racing Team WorldSBK

Jonathan Rea, Kawasaki Racing Team WorldSBK

Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images

Jonathan Rea (Kawasaki Racing Team WorldSBK) mampu mendominasi WSBK dengan menjadi juara dalam enam musim terakhir beruntun (2015-2020) karena gaya balapnya menjadi dasar untuk desain mesin inline-four Kawasaki ZX10-RR.

Pembalap asal Irlandia Utara tersebut mampu menghemat ban dengan selalu berusaha memangkas waktu semaksimal mungkin saat menikung dan secepat mungkin keluar tikungan.

Yamaha YZF R1 yang juga memakai mesin inline-four agak berbeda dengan Kawasaki. Dikenal memiliki handling yang aliran tenaga yang mirip dengan Ducati V4. Poros engkol (crankshaft) model crossplane memang kerap menimbulkan masalah pada top speed R1.

Namun, dengan aliran tenaga yang halus, kecepatan di tikungan tetap menjadi andalan Yamaha di WSBK, seperti di MotoGP.

Toprak Razgatlioglu, PATA Yamaha WorldSBK Team, Michael Ruben Rinaldi, Aruba.It Racing - Ducati

Toprak Razgatlioglu, PATA Yamaha WorldSBK Team, Michael Ruben Rinaldi, Aruba.It Racing - Ducati

Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images

Meningkatnya top speed R1 dalam beberapa tahun terakhir juga membuat Yamaha terus mengembangkan teknologi sistem pengereman. Tujuannya tak lain agar para pembalap mereka bisa lebih nyaman dan aman saat memakai teknik stop-and-go.

“Gaya balap untuk mengendalikan motor bermesin V4 sangat berbeda dengan inline-four,” ucap Leon Haslam (Team HRC), salah satu pembalap paling berpengalaman di grid WSBK.

“Dengan mesin inline, turun dengan gaya balap natural akan semakin sulit karena Anda tidak memiliki tenaga yang merata. Untuk mesin V4, Anda bakal memiliki power yang lebih baik dalam hal corner speed.”

Haslam yang juga pernah turun di WSBK dengan menggunakan Ducati, Suzuki, BMW, Aprilia, dan Kawasaki, menjelaskan, motor-motor bermesin V4 bagus saat masuk tikungan. Namun, para pengguna mesin inline-four juga bagus di area ini.   

“Dengan mesin V4, Anda bisa memanfaatkan torsi untuk fokus saat keluar tikungan. Yang jelas, kekuatan kedua jenis mesin ini berbeda,” kata pembalap asal Inggris, 38 tahun, itu.

Leon Haslam, Team HRC, di atas Honda Fireblade CBR1000RR-R SP saat sesi latihan bebas WSBK Italia.

Leon Haslam, Team HRC, di atas Honda Fireblade CBR1000RR-R SP saat sesi latihan bebas WSBK Italia.

Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images

Karena memiliki power lebih kecil, para pemakai mesin inline-four harus lebih agresif. Jadi, saat kehilangan posisi di torsi rendah, mereka harus mampu lebih menekan di tikungan agar bisa mengail top speed bagus.

“Dengan mesin V4, Anda bisa lebih tenang saat membalap karena tahu memiliki motor dengan tenaga yang lebih besar,” kata runner-up WSBK 2010 tersebut.

Menurut Leon Haslam, setiap motor dan pabrikan pasti berbeda karakter. Tetapi, sistem elektronik saat ini berpengaruh sangat besar.

“Dengan ride-by-wire atau kontrol traksi (control traction) maupun peranti sejenis lainnya, Anda akan bisa memiliki gaya balap yang diinginkan,” ucap Haslam.

Eugene Laverty (RC Squadra Corse) yang turun dengan motor baru BMW M 1000 RR bermesin inline-four, tahu bila memahami karakter motor akan krusial agar bisa memaksimalkan kemampuannya.   

Baca Juga:

“Dengan mesin inline-four, Anda harus memiliki poin dan menentukan titik di tikungan agar mendapatkan traksi dan timing yang tepat saat keluar tikungan,” ujar Laverty.

“Mesin V4 lebih flowing. Anda bisa melihat bagaimana agresifnya Jonny (sapaan akrab Jonathan Rea) yang memakai mesin inline membuat motor selalu terangkat saat keluar tikungan.

“Ketika berganti motor, Anda harus mempelajari gaya mengendara yang sama sekali berbeda. Yang pasti, Anda harus benar-benar memakai akal dan strategi saat perubahan gaya tersebut.”

 

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Rinaldi Senang Bisa Bungkam Kritikus dengan Kemenangan
Artikel berikutnya Kesengsaraan Berlanjut, Bautista-Haslam Belum Ingin Menyerah

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia