Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia

Pabrikan Besar Harus Belajar Ini dari Kawasaki

Pabrikan sekecil Kawasaki mampu menjadi yang terbaik di Kejuaraan Dunia Superbike (WSBK) dalam tujuh tahun terakhir.

Jonathan Rea, Kawasaki Racing Team

Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images

Terhitung sejak Tom Sykes menjadi kampiun WSBK 2013, Kawasaki mampu merebut tujuh kali merebut gelar dari delapan kesempatan. Pasalnya, saat Sylvain Guintoli – kini test rider Suzuki di MotoGP – juara pada 2014 bersama Aprilia, Sykes harus puas finis kedua.

Dari sisi statistik, Kawasaki berkembang sangat pesat sehingga mampu melewati Aprilia, Yamaha, dan Honda, untuk menempati peringkat kedua jumlah gelar terbanyak WSBK.

Dengan enam gelar konstruktor (beruntun dari 2015-2020), Kawasaki hanya kalah dari Ducati (17). Honda dan Aprilia masing-masing hanya empat trofi sementara Yamaha dan Suzuki satu.

Sejak kali pertama WSBK digelar pada 1988, untuk gelar pembalap berdasarkan pabrikan, Ducati juga masih yang teratas dengan 14 kali juara. Kawasaki di posisi kedua dengan delapan kali.

Berikutnya ada Honda enam kali, Aprilia tiga. Sementara,  Suzuki dan Yamaha masing-masing baru sekali merebut gelar pembalap dalam 33 musim gelaran WSBK yang sudah berlangsung.

Bila melihat kondisi Kawasaki Racing Team WorldSBK (KRT) saat ini, banyak yang masih memfavoritkan Jonathan Rea sekali lagi mampu juara pada 2021 sekaligus menambah gelar beruntunnya menjadi tujuh, sejak 2015.

Kawasaki sudah melakukan banyak gebrakan dalam beberapa tahun terakhir. Diawali dari keputusan manajemen prinsipal di Jepang yang tidak bertanggung jawab langsung atas tim balap serta tak banyak campur tangan.

Baca Juga:

“Delapan tahun lalu, Kawasaki Eropa diserahi semua tanggung jawab untuk membuat tim pabrikan oleh markas besar di Jepang. Itu menjadi langkah sangat besar bagi kami,” ujar Steve Guttridge, Racing Manager Kawasaki Eropa.

Guttridge mengaku, pihaknya langsung mengajak Provec Racing untuk bergabung ke WSBK pada musim 2012. Saat itu, hanya sedikit teknisi Jepang yang direkrut.

“Tetapi mereka benar-benar sangat pandai. Kami pun bersama mengembangkan motor dengan orientasi balap yang mudah dikendarai siapa saja pembalapnya,” kata Guttridge.

Sukses Kawasaki terbilang sangat cepat. Pada 2012, Tom Sykes – yang kini membela tim pabrikan BMW – hanya kalah 0,5 poin dari Max Biaggi (Aprilia) yang akhirnya juara.

Saat ini, Kawasaki ZX10-RR diyakini sebagai motor dengan paket paling lengkap karena mampu kompetitif di semua sirkuit. Padahal, Ninja ZX-10RR kalah tenaga dibandingkan dengan Ducati Panigale V4 R atau Honda CBR1000RR-R.

“Pada 2013, kami juara bersama Tom Sykses namun gagal mempertahankannya pada 2014. Setelah itu, kami berhasil mengukir rekor demi rekor,” kata Guttridge.

“Sebagai tim dan pabrikan, kami yakin mampu menciptakan dan membuat sendiri motor. Kami harus berterima kasih kepada seluruh kru tim dan Kawasaki Jepang atas bantuan dan kerja sama mereka dengan para teknisi kami.”

Senjata utama Jonathan Rea, Kawasaki Racing Team, mampu merebut enam gelar beruntun WSBK sejak 2015 adalah konsistensi dan pengenalan akan karakter motor.

Senjata utama Jonathan Rea, Kawasaki Racing Team, mampu merebut enam gelar beruntun WSBK sejak 2015 adalah konsistensi dan pengenalan akan karakter motor.

Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images

 

 

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Fogarty Butuh 10 Tahun untuk Menyukai Balapan Lagi
Artikel berikutnya Bradl Dukung Folger Raih Kesuksesan di WSBK

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia