Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia

Pembalap WSBK Protes Aturan Yellow Flag

Beberapa pembalap World Superbike (WSBK) kesal dengan regulasi penghapusan waktu lap saat bendera kuning dikibarkan. Mereka menuntut perubahan yang tidak merugikan.

Alex Lowes, Kawasaki Racing Team WorldSBK, Eugene Laverty, RC Squadra Corse

Gold and Goose / Motorsport Images

Dalam Superpole WSBK Estoril, pembalap Barni Racing, Tito Rabat, mengerem keras di Tikungan 1 dan meluncur lurus. Ia pun keluar dari lintasan.

Yellow flag berkibar area berbahaya untuk menandai ada pembalap jatuh atau marshal dalam proses mengevakuasi motor dari gravel. Aturan tersebut hanya berlaku bagi mereka yang lewat zona itu.

Ada tujuh pembalap yang kehilangan posisinya akibat mencapai waktu terbaik dalam periode yellow flag. Alex Lowes gagal start di baris terdepan Superpole Race, bersebelahan dengan Jonathan Rea dan Scott Redding. Ia diturunkan ke urutan kesepuluh.

Setali tiga uang dengan Eugene Laverty, Axel Bassani, Lucas Mahias, Chaz Davies, Alvaro Bautista dan Michael Ruben Rinaldi menjadi korban.

Selepas sesi tersebut, Laverty yang membela GO Eleven, mengutarakan kekesalannya. Ia merosot dari delapan ke-13.

“Itu aturan bodoh. Ketika mereka mengumumkan kepada kami di Aragon, bahwa regulasi ini diterapkan di WSBK, semua orang mengerang. Bagaimana seharusnya bekerja ketika ban kami hanya bertahan satu putaran?” ia mengungkapkan.

“Regulasi ini perlu diubah, tidak masuk akal. Itu menambah apa pun terhadap keselamatan. Saya akan jujur: jika saya berada dalam lap kencang dalam kualifikasi dan melihat bendera kuning, kenapa saya tidak berhenti. Saya hanya punya kesempatan ini.

Baca Juga:

“Kami semua mengendarai lap tercepat di bawah bendera kuning. Jika waktu lap ini dihapus kemudian, itu tak berkontribusi pada keselamatan. Ini lelucon. Jelas bagi setiap orang bahwa hal ini akan terjadi. MotoGP mencoba meniru Formula 1.”

Keluhan serupa diutarakan Chaz Davies yang menilai format itu tidak cocok dengan WSBK, terutama dari aturan ban.

“Saat diberitahu bahwa aturan ini diberlakukan musim ini, setiap orang langsung bertanya-tanya bagaimana jika itu terjadi saat Superpole dan kami di jalan dengan ban kualifikasi. Bagaimana kalau seseorang berkendara di lap cepat dan kemudian sengaja membuat bendera kuning muncul?

“Saya tidak bilang itu kasus di sini, tapi dalam situasi tertentu masih mungkin. Sengaja atau tidak, kami punya situasi seperti itu di agenda kedua yang kami takutkan. Kami butuh solusi lebih baik karena ini satu-satunya kejuaraan dengan ban kualifikasi. Sejauh yang saya tahu, ini seharusnya dipertahankan.

Chaz Davies, Team GoEleven

Chaz Davies, Team GoEleven

Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images

“Anda tidak dapat mempengaruhi akhir pekan pembalap secara tidak adil. Itu bagus karena ada insiden awal musim, sekarang mereka yang bertanggung jawab punya contoh, ada yang harus diselesaikan,” ia menuturkan.

Davies menilai aturan tersebut bisa diaplikasikan di MotoGP. “Di MotoGP, mereka tidak punya (ban) kualifikasi. Mereka punya ban lunak yang memungkinkan untuk melaju lebih dari satu lap cepat. Jika mereka menunjukkan yellow flag, mereka dapat meluncur di titik itu dan bergerak maju. Saya mengemudi pelan kalau melihat bendera kuning. Lap kedua dengan ban kualifikasi masih mungkin terjadi di trek lain, tapi tidak Estoril,” katanya.

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Hasil Race 2 WSBK Estoril: Rea Kembali ke Habitat, Razgatlioglu Konsisten
Artikel berikutnya Jatuh di Estoril, Redding Kesal pada Diri Sendiri

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia