Punya Sirkuit Kelas Dunia, Indonesia Jangan Cuma Menjadi Penonton
Pertamina Mandalika International Street Circuit sudah diresmikan pada Jumat (12/11/2021) lalu oleh Presiden RI Joko Widodo. Tentu, banyak harapan dari adanya trek ini.
Peresmian Sirkuit Mandalika memang terbilang unik. Presiden Jokowi langsung menjajal lintasan sepanjang 4,31 km dengan 17 tikungan tersebut dengan sepeda motor Kawasaki W175 yang sudah dimodifikasi (custom) model chopper racer karena menggabungkan gaya chopper dan cafe racer.
Sirkuit Mandalika akan kali pertama digunakan untuk balap Asia Talent Cup (ATC) pada akhir pekan ini, dan seminggu kemudian berbarengan dengan putaran terakhir World Superbike Championship (WSBK) 2021.
Saat momen peresmian, agak menarik mencermati kalimat terakhir dalam keterangan video yang diunggah ke akun Instagram Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir: “Indonesia Bangga”.
Rasanya, mungkin hanya sebagian kecil dari rakyat Indonesia yang tidak bangga dengan adanya sirkuit megah berstandar FIM yang pantas menggelar ajang balap motor sekelas WSBK dan MotoGP seperti Mandalika.
Indonesia juga patut berbangga karena setelah terakhir menggelar WSBK pada 1997 – juga MotoGP – ajang balap berbasis motor produksi massal itu akhirnya kembali bisa diselenggarakan di Tanah Air.
Pertanyaannya, apakah kebanggaan tersebut hanya sebatas memiliki sirkuit megah kelas dunia? Bukankah jauh lebih bangga jika ada satu atau lebih pembalap Indonesia yang mampu menonjol saat ajang-ajang balap itu digelar di Mandalika?
Pertanyaan lain yang tidak kalah penting adalah, seberapa besar pengaruh adanya Sirkuit Mandalika untuk perkembangan olahraga otomotif di Indonesia – khususnya balap motor – dalam hal ini terkait dengan pembinaan pembalap?
Seperti diketahui, pengelolaan Sirkuit Mandalika berada di bawah Mandalika Grand Prix Association (MGPA). MGPA – yang juga promotor lokal untuk WSBK dan MotoGP – sendiri merupakan anak perusahaan milik negara, PT Pengembangan Pariwisata Indonesia (Persero)/Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC).
Dengan iklim dan warna kompetisi serta persaingan di Indonesia, membina pembalap memang sangat tidak mudah. Indonesia belum memiliki kejuaraan balap dengan spesifikasi motor yang dipakai di sejumlah kejuaraan dunia.
Memang ada ajang balap Superbike dan Supersport 600 – yang notabene memakai basis motor produksi massal – baik nasional maupun internasional (baca: Asia dan sekitarnya). Tetapi, rasanya skill, teknik, dan pengalaman pembalap akan lebih terasah jika ia turun di Eropa, khususnya di kiblat balap motor saat ini, Spanyol dan Italia.
Lantas, apa hubungannya dengan keberadaan Sirkuit Mandalika? Trek ini secara teknis sudah berstandar dunia, bisa dipakai untuk ajang balap tertinggi. Akan sangat mubazir jika tidak dimanfaatkan secara maksimal.
Setelah gelaran ATC dan WSBK, bulan ini, alangkah baiknya para pemangku kepentingan olahraga balap di Indonesia – dalam hal ini PP IMI, promotor lokal, dan tentu saja pengelola sirkuit – mulai berpikir untuk mengadakan kejuaraan balap motor dengan spesifikasi motor yang serupa dengan kejuaraan dunia, minimal kategori Moto3.
Galang Hendra Pratama, Ten Kate Racing Yamaha
Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images
Kita juga harus realistis, hampir mustahil pembalap yang berkompetisi di Indonesia bisa langsung turun ke kejuaraan dunia.
Tetapi paling tidak, keberadaan sirkuit sekelas Mandalika yang sudah memiliki standar dari FIM bisa menjadi tempat “berlatih” awal – lewat kejuaraan akan lebih baik tentunya – bagi para pembalap muda Indonesia.
Dari situ, dengan sudah mengenal karakteristik sirkuit kelas dunia serta memakai motor spesifikasi kejuaraan dunia, paling tidak mereka sudah akan memiliki bekal untuk menapaki beberapa jenjang balap internasional: ATC, FIM CEV, dan Red Bull Rookies Cup.
Memiliki sirkuit dan kejuaraan dengan motor spesifikasi kejuaraan dunia saja tentu belum cukup untuk membina pembalap. Perlu ada pihak-pihak lain yang berani “membakar uang” untuk membantu pembalap Indonesia untuk bisa turun di ajang balap internasional.
Indonesia patut bersyukur berkat dukungan Yamaha Indonesia sudah memiliki Galang Hendra Pratama yang sudah turun di ajang pendukung WSBK sejak 2017, World Supersport 300 (2017-2019) dan World Supersport 600 (sejak 2020).
Mario Suryo Aji, Honda Team Asia
Foto oleh: Astra Honda Racing Team
PT Astra Honda Motor (AHM) juga intensif mengirim pembalap binaan mereka ke berbagai ajang balap top, di antaranya mendukung Andi Gilang turun penuh di Moto2 2020 dan Moto3 saat ini.
Mario Suryo Aji dalam beberapa tahun terakhir juga turun penuh di FIM CEV Moto3. Tahun depan, ia akan promosi ke Kejuaraan Dunia Moto3.
Pembalap seperti Galang Hendra maupun Mario Suryo Aji bisa berkipah di level dunia sebelum adanya Sirkuit Mandalika. Pencinta balap motor di Indonesia tentu sangat berharap lebih banyak lagi pembalap Merah Putih turun dengan adanya Mandalika.
Tidak sekadar turun meramaikan grid, publik tentu ingin melihat pembalap mereka mampu konsisten, berharap bisa berlomba selama mungkin di kategori yang diikutinya. Untuk mendapatkan itu, tentu diperlukan torehan impresif, finis podium salah satunya.
Yang pasti, kemegahan dan standar tinggi Sirkuit Mandalika tidak akan lengkap tanpa ada pembalap Indonesia yang menonjol di kejuaraan dunia. Dengan segala fasilitasnya, Mandalika sangat bisa berperan untuk melahirkan pembalap Indonesia untuk kejuaraan dunia di masa depan.
Be part of Motorsport community
Join the conversationShare Or Save This Story
Top Comments
Subscribe and access Motorsport.com with your ad-blocker.
From Formula 1 to MotoGP we report straight from the paddock because we love our sport, just like you. In order to keep delivering our expert journalism, our website uses advertising. Still, we want to give you the opportunity to enjoy an ad-free and tracker-free website and to continue using your adblocker.