Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia

Redding Usulkan Batasan Berat Badan Pembalap

Scott Redding suskes pada musim pertamanya di Kejuaraan Dunia Superbike (WSBK) dengan menjadi runner-up tahun lalu. Namun, ia masih risih dengan tidak adanya batasan bobot pembalap.

Third place Scott Redding, Aruba.it Racing Ducati

Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images

Scott Redding menjadi salah satu pembalap top asal Inggris begitu mampu memenangi GP Spanyol 2008 di kelas 125 cc (kini Moto3) Kejuaraan Dunia Balap Motor. Namun, kariernya di Kejuaraan Dunia Balap Motor tidak semulus rencananya.

Setelah lima musim berkarier di otoGP (2014-2018), Redding pun memilih tawaran dari salah satu tim pabrikan top di WSBK, Aruba.it-Ducati, untuk turun mulai 2020.

Lima kemenangan plus sembilan finis podium lain akhirnya mengantar Redding menempati posisi kedua klasemen akhir WSBK 2020. Ia hanya terpaut 55 poin dari sang juara dunia, Jonathan Rea (Kawasaki Racing WorldSBK Team).

Di WSBK, bobot pembalap jelas memengaruhi performa motor, khususnya untuk faktor power-to-weight. Postur Redding sebetulnya cukup ideal, tinggi 184 cm dengan berat 76 kg. Tetapi, ia masih kalah ringan dari rekan barunya di Aruba.it, Michael Ruben Rinaldi.

Baca Juga:

“Satu hal yang mengganggu saya di WSBK ini adalah tidak adanya batasan berat badan pembalap. Formula 1 memiliki aturan ini tetapi tidak di MotoGP dan WSBK,” tutur pembalap 28 tahun tersebut.

“Pembalap seperti (Alvaro) Bautista dan Rinaldi lebih ringan 10 kg. Ini tidak hanya bagus untuk meningkatkan top speed tetapi juga membuat beban ban depan tidak terlalu berat saat pengereman keras. Keuntungan juga mereka dapatkan saat keluar tikungan.”

Bautista, pembalap skuad pabrikan Honda, Team HRC, dan Rinaldi menggunakan ban Pirelli dengan kompon superlunak, SCX, dalam beberapa balapan Superpole. SCX dirancang Pirelli khusus untuk Superpole race yang hanya berlangsung dalam 10 lap.

“Dengan bobot yang tidak ideal seperti saya, situasi ini jelas tidak menguntungkan. Chaz Davies (rekan setim Redding musim lalu) pernah mencoba ban super-soft SCX ini saat lomba tetapi tidak bisa untuk jarak jauh,” ucap Redding.

“Ban super-soft SCX memiliki grip lebih baik untuk masuk dan keluar tikungan. Bobot yang ringan memang menguntungkan untuk semua pembalap. Saya tidak bisa memakai ban SCX tetapi pembalap lain bisa. Hal itu mungkin sedikit tidak adil.”

Scott Redding mencontohkan regulasi di Kejuaraan Dunia Supersport 300 (WSSP300). Seri junior di WSBK itu menerapkan batasan bobot total motor dan pembalap. Bila terlalu ringan, kekurangan berat itu harus ditambahkan dengan beban khusus.

 

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Rea Klaim Ban Michelin Penyebab Insiden di MotoGP
Artikel berikutnya Aegerter Ingin Segera Berlatih bersama Ten Kate

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia