Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia

Teknisi Ducati Ungkap Rahasia Kecepatan Alvaro Bautista

Teknisi Ducati menyebut tenaga motor yang besar saja tidak akan membantu Alvaro Bautista menjadi kompetitif di World Superbike (WSBK) seperti sekarang.

Alvaro Bautista, Aruba.it Racing Ducati

Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images

Sukses maupun terpuruknya seorang pembalap di satu kejuaraan bukan disebabkan oleh pembalap itu sendiri. Kerja sama di tim – antara pembalap, teknisi, kru, pabrikan, dan lain-lain – diyakini menjadi faktor utama bersinar atau tidaknya seorang rider.

Hal tersebut juga terjadi pada Alvaro Bautista. Kehebatannya di WSBK musim ini, bersaing di posisi atas klasemen melawan Jonathan Rea (Kawasaki Racing Team WorldSK) dan juara dunia Toprak Razgatliogu (Pata Yamaha with Brixx WorldSBK) tidak lepas dari peran tim.

Giulio Nava adalah salah satu sosok penting di balik sukses Bautista memimpin klasemen dari tiga putaran WSBK yang sudah digelar musim ini.

Pria yang menjadi crew chief tersebut mengikuti Bautista di Aruba.it Racing – Ducati setelah sebelumnya mendampinginya di Honda serta saat pembalap Spanyol itu debut di WSBK dengan menggeber Ducati Panigale V4 pada 2019.

Banyak yang berasumsi bila kesuksesan Bautista tidak pernah gagal finis podium dari sembilan race – empat di antaranya menang – yang sudah digelar, tidak lepas dari besarnya power yang dimiliki Ducati Panigale V4 R. Namun, Nava hanya tertawa mendengarnya.

Seperti dikutip GPOne, pria yang menjadi crew chief Bautista itu menjelaskan, selama ini publik menilai top speed di balap hanya disebabkan dari tenaga motor yang besar. Hal tersebut tidak sepenuhnya salah.

“Tetapi, kecepatan itu bukan semata dari power motor karena sirkuit juga memiliki banyak tikungan. Jika Bautista mampu lebih ‘melekat’ di fairing sehingga lebih aerodinamis, di ujung trek lurus ia akan bisa menambah beberapa km/jam,” ucap Nava.

“Hal yang sama juga terjadi saat ia lebih keras berusaha saat keluar tikungan. Tentu, saat memiliki motor dengan tenaga lebih besar, Anda akan mencoba mengeksploitasi untuk mendapat keuntungan.

“Asal tahu saja, Bautista sering melesat lebih kencang bersama Honda dibanding hari ini. Jadi, bila hanya melihat top speed, Anda berarti tak mengerti cara kerja di balapan. Kemenangan itu merupakan hasil dari banyak faktor.”

Alvaro Bautista, Aruba.it Racing Ducati, Iker Lecuona, Team HRC

Alvaro Bautista, Aruba.it Racing Ducati, Iker Lecuona, Team HRC

Foto oleh: Gold and Goose / Motorsport Images

Nava pun lantas menyebut bila kecepatan Bautista sekarang ini sangat dipengaruhi teknik dan gaya balapnya saat masih turun di kelas 250cc (kini Moto2).

“Bautista mampu menjaga kecepatan tinggi di tengah tikungan, membuat lajur yang hampir bulat sehingga memungkinkannya sangat cepat saat keluar tikungan. Ini gaya alami Bautista, sudah menjadi karakternya,” ucap Nava.

Nava menyebut, gaya dan karakter balap alami Bautista inilah yang membuatnya mampu lebih cepat daripada para pengguna Ducati Panigale V4 R lainnya. Selain itu, pengalamannya turun di MotoGP juga banyak membantunya.

Ducati Panigale V4 R memang motor produksi massal, bukan prototipe seperti motor MotoGP. Namun, motor ini didesain sangat mendekati Desmosedici GP, protipe yang diandalkan Ducati di MotoGP, motor yang cukup lama diandalkan Bautista.

“Saya melihat Bautista cenderung lebih cepat mengangkat (menegakkan) motor di tikungan. Sekilas mirip dengan yang dilakukan Dani Pedrosa dengan motor MotoGP saat bermesin 800cc (antara 2007 sampai 2011),” ucap Nava.

“Bautista menikung dengan teknik seperti itu. Mungkin jika hanya pernah mengendarai motor Superbike, ia akan menemui kesulitan.”

Baca Juga:

Lebih jauh Nava juga menyebut bila postur kecil Alvaro Bautista tidak sepenuhnya menjadi faktor yang membuatnya seperti sekarang bersama Ducati.

Pembalap dengan berat total 60 kg (bobot tubuh plus race suit serta helm) seperti Pedrosa memang mampu cepat karena beban motor lebih ringan. Tetapi, kondisi itu juga menjadi problem di area lain. Bandingkan dengan pembalap seperti Rea yang memiliki total bobot 85 kg (dengan race suit dan helm).

“Semua kondisi tersebut memengaruhi balans (kestabilan) motor, karena berat atau ringannya bobot. Tidak ada jaminan pembalap berpostur lebih kecil akan membantu atau sebaliknya,” kata Nava.

“Razgatlioglu berhasil melakukan penyelamatan impresif pada Superpole Race di Estoril. Saya yakin hal itu tidak mampu dilakukan oleh pembalap berpostur 150 cm.”                

 

 

 

Be part of Motorsport community

Join the conversation
Artikel sebelumnya Alex Lowes Perlahan Kembalikan Kepercayaan Diri
Artikel berikutnya Tito Rabat Lakoni Comeback di WSBK Italia

Top Comments

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak menulis sesuatu?

Sign up for free

  • Get quick access to your favorite articles

  • Manage alerts on breaking news and favorite drivers

  • Make your voice heard with article commenting.

Motorsport prime

Discover premium content
Berlangganan

Edisi

Indonesia